View Full Version
Rabu, 26 May 2021

Hari Nakba, 73 Tahun Warga Palestina Terusir dari Kampung Halaman

 

Oleh: Ummu Bisyarah

Dua minggu lalu kaum muslim sedunia bergembira menyambut Iedul Fitri, hari kemenangannya. Walau di tengah pandemi Covid 19 yang masih mengganas, itu tak mengurangi kebahagiaan mereka merayakan hari rayanya. Kaum muslim di berbagai negara masih merayakan berbagai perayaan mereka yang unik walau dengan cara yang berbeda.

Di Indonesia kaum muslim masih merayakannya dengan saling kirim hampers lebaran, makan ketupat hingga masih banyak yang mudik walau pemerintah telah melarangnya. Mau bagaimana lagi, tak lengkap rasanya jika momen lebaran tak bersama keluarga tercinta di kampung halaman. Walau jauh dan  harus melewati jalan menerjal, 18,9 juta warga tetap nekat mudik ke kampung halaman mereka.

Berbeda halnya dengan muslim di Palestina. Tepat 15 Mei 2021 mereka memperingati hari berdukanya, yakni hari Nakba. Hari Nakba adalah hari dimana Israel resmi mendeklarasikan negara ilegalnya dan secara buas mencaplok 70 persen wilayah Palestina. Tepatnya di tahun 1948 sebanyak 8 juta warga Palestina terusir dari tanahnya, pergi ratusan kilometer ke barbagai penjuru dunia sebagai pengungsi.

Hal ini bermula tahun 1917 dimana Inggris memenangkan Perang Dunia 1 di tanah wakaf kaum muslim Palestina. Pasukan Inggris dengan congkak memasuki gerbang Baitul Maqdis, merusak berbagai fasilitas umum hingga menara jam tertinggi di masjid Al-Aqsha. Pijakan pertama penjajah ini yang kemudian menjembatani tragedi Nakba, hari pengusiran warga Palestin dari rumahnya.

Sudah 73 tahun mereka yang terusir tidak bisa pulang ke kampung halamannya. Bahkan di hari raya mereka, mereka tetap mengungsi ke berbagai penjuru dunia. Menerima diskriminasi hingga berbagai kekerasan di negri dimana mereka singgah. Sedangkan segelintir muslim yang bertahan di Palestina sekarang dibombardir bertubi - tubi tiada henti oleh zionis Israel laknatullah.

Duka mereka harusnya menjadi duka seluruh kaum muslim di dunia. Karena Rosulullah bersabda:''Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling mencintai, saling menyayangi dan mengasihi adalah seperti satu tubuh, bila ada salah satu anggota tubuh mengaduh kesakitan, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakannya, yaitu dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.'' (HR Bukhari dan Muslim).

Luka Palestina adalah luka yang sudah 104 tahun menganga. Bahkan musuh masih menambah luka itu lagi dan lagi. Berbagai bantuan kita kirimkan pun hanya akan menambal luka itu sementara, sedangkan musuh masih melukai bagian tubuh lainnya. Maka memang tak cukup hanya berbagai bantuan dana dan doa saja. Tapi palestina butuh kekuatan militer untuk mengusir zionis Israel selama-lamanya dari buminya.

Kekuatan besar kaum muslim bukanlah hal yang mustahil. Karena dari segi jumlah kaum muslim tidaklah sedikit, setidaknya ada 2,2 milyar muslim di seluruh dunia. Sayangnya jumlah yang banyak ini bukan jaminan jika kita tak bersatu. Bahkan ini adalah hal yang Allah haramkan.

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara.” (QS Ali Imran:103)

Maka solusi tuntas mengatasi problematika Palestina adalah persatuan umat dalam sebuah institusi. Kita butuh sebuah institusi yang berani mengerahkan tentara melawah Israel.  Kita butuh negara yang lantak tak mau berkompromi dengan negara adidaya seperti Amerika. Kita butuh negara yang tidak takut ancaman negara adidaya, tidak takut diboikot, di bom nuklir bahkan lantang menyuarakan perang pada penganiaya kaum muslim. Maka kaum muslim harusnya berfokus memperjuangkan institusi tersebut karena ianya telah dijanjikan oleh Allah dan dikabarkan dalam bisyarah Rosulullah.

"... Selanjutnya  akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya (no. 18430), Abu Dawud al-Thayalisi dalam Musnad-nya (no. 439); Al-Bazzar dalam Sunan-nya (no. 2796)). Wallahualambissawab. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version