Oleh:
Eriga Agustiningsasi, S.KM || Penyuluh Kesehatan; Freelance Writer
SEANDAINYA. Ya. Seandainya hidup di dunia suka suka kita. Pasti semua yang kita ingini akan kita lakukan. Seandainya keadaan mendukung diri kita, pasti hidup akan penuh dengan kebahagiaan. Seandainya. Nikmat memang jika kita berandai-andai semua yang diingini bisa diraih. Namun, tentu hal ini hanyalah sebuah angan-angan bukan kenyataan.
Kenyataan tak seindah angan-angan. Nyatanya kita hidup di dunia serba terbatas. Tidak semua yang kita ingini terwujud. Tidak semua yang kita impikan terkabulkan. Ya. Hidup di dunia dipenuhi dengan pilihan-pilihan yang mau tidak mau harus kita pilih salah satu, tidak bias memilih dua duanya. Tidak ada abu abu, yang ada hitam atau putih, gelap atau terang, iman atau kafir, taat atau maksiat, pahala atau dosa dan surge atau neraka.
Seandainya surga bisa diraih tanpa pengorbanan, pasti kini tak akan ada manusia yang bersusah payah mentaati syariat Allah yang sangat sempurna dan lengkap. Seandainya surga mampu dilihat oleh mata manusia, pasti manusia akan berbondong bondong taat kepada Allah tanpa tapi, tanpa nanti. Seandainya neraka terlihat oleh mata manusia, pasti manusia tak akan berani untuk bermaksiat bahkan mereka pun tak berani mencampakkan hukum hukum Allah. Ya. Seandainya.
Seandainya hidup di dunia ini tidak ada aturan yang mengikat, pasti manusia akan bebas melakukan apapun. Berkhalwat, ikhtilat, berzina, mencuri, makan minum suka suka, membunuh, korupsi, menghilangkan hak hak orang lain, dan melakukan kemaksiyatan yang lainnya. Ya. Seandainya.
Hidup adalah pilihan. Manusia memiliki hak pilih dalam menjalankan kehidupannya. Apakah memilih hidup suka suka tanpa terikat dengan syariatNya atau hidup penuh perjuangan dan pengorbanan karena setiap amal perbuatan senantiasa terikat dengan syariat Allah tanpa terkecuali. Tentulah setiap pilihan akan menggandung konsekuensi. Tidak ada ceritanya manusia hidup tanpa ada pilihan, tanpa ada konsekuensi. Mustahil!
Allah berfirman,“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” (QS. Al-Isra`:36).
Setiap pilihan mengandung konsekuensi. Sudah jelas kiranya manusia memahami bagaimana konsekuensi atas perbuatannya. Bukankah Allah anugerahkan kepada setiap manusia akal yang sempurna untuk berpikir, menimbang-nimbang amal perbuatan yang akan dilakukan? Tentunya dengan timbangan yang benar tentunya. Ialah syariat Allah mutlak menjadi penimbang baik buruknya perbuatan. Dengan standar halal dan haram bukan maslahat mudharat, bukan juga untung dan rugi secara materi. Melainkan timbangan syariat yang telah tercantum dalam Al Qur’an dan As Sunnah. Allah berfirman.
“Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,” (QS. Al Baqarah : 2).
Jadi, manfaatkan setiap pilihan hidup dengan pilihan yang tepat! Jangan sampai salah pilih ya. Karena istilah “seandainya” sudah tak berlaku lagi. Your life is your choice!
Rasulullah SAW bersabda, "Tak akan bergeser kedua kaki manusia pada hari kiamat sampai selesai ditanya tentang empat perkara, yaitu tentang umurnya, dihabiskan untuk apa; tentang masa mudanya, dipergunakan untuk apa; tentang hartanya, darimana diperoleh dan untuk apa dibelanjakan; dan tentang ilmunya, apakah sudah diamalkan". (HR At-Tarmidzi).*