View Full Version
Jum'at, 30 Jul 2021

Catatan Ibadah Haji 1442 Hijriyyah

JAKARTA (voa-islam.com)--Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency) kembali menyelenggarakan Web Seminar (Webinar) MINATalks pada Rabu (28/7) malam dengan mengangkat tema “Catatan Ibadah haji 1442 Hijriyyah”.

Webinar MINATalks kali ini menghadirkaan narasumber: Eko Hartono, Konsul Jenderal RI Jeddah, Arab Saudi; Ade Marfuddin -Pengamat Haji, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; dan Imaam Yakhsyallah Mansur – Dosen Sekolah Tinggi Shuffah Al-Qur’an Abdullah bin Mas’ud. Sebagai moderator Sri Astuti, wartawan Kantor Berita MINA dan Host Rana Setiawan, Kepala Liputan Kantor Berita MINA.

Dalam sambutannya, Pimpinan Kantor Berita MINA yang diwakili Kepala Redaksi Bahasa Arab Rifa Berliana Arifin mengatakan rasa syukurnya atas terselenggara Webinar MINATalks kali ini.

“Alhamdulillah dengan izin Allah dan kehendak-Nya Webinar MINATalks ini dapat terlaksana. Saya mewakili pimpinan MINA mengucapkan terimakasih kepada narasumber dan juga para peserta yang Alhamdulillah pada malam hari ini cukup banyak dari beberapa wilayah Indonesia dan juga luar negeri,” katanya.

“Mudah-mudahan topik yang diangkat MINATalks ini bisa memberikan informasi yang komperhensif kepada umat Islam khususnya terkait menyikapi informasi dan menguatkan tekad serta semangat kita dalam menjalankan ibadah Haji,” tambahnya.

Menurutnya, ketiga narasumber yang dihadirkan dalam Webinar MINATalks ini adalah sebuah kombinasi yang baik untuk disimak bersama.

Konjen RI di Jeddah, Arab Saudi, Eko Hartono memberikan catatannya saat melaksanakan perjalanan ibadah Haji 1442 H, yang masih di masa pandemi yang digelar terbatas dikhususkan bagi warga Saudi dan ekspatriat yang menetap di sana.

Ia juga memberikan gambaran dan video saat mengikuti ibadah haji 1442 H, yang ditayangkan dalam webinar ini. Menurutnya, hal ini menjadi pembanding bagaimana situasi haji ketika normal dan masa pandemi yang sangat berbeda.

Eko mencatat, setidaknya ada tiga catatan penting yang menjadi perhatian khusus dalam pelaksanaan ibadah haji tahun ini.

Pertama, waktu haji jauh lebih singkat, hanya 6 hari yaitu dari tanggal 18-23 Juli. Kedua, kemandirian jamaah sangat penting, mengingat tidak diizinkannya jamaah berkerumun. Ketiga, Pelayanan transportasi dan katering yang masih perlu dievaluasi.

"Pemerintah Arab Saudi secara umum sudah cukup baik tapi tidak terlalu baik dalam pelaksanaan ibadah haji tahun ini. Mereka lebih fokus pada pengamanan, namun sayangnya dalam pelayanan masih kurang," ujar Eko.

Hal ini, menurut dia, dikarenakan selama ini pemerintah Saudi banyak menggatungkan kepada pelaksana haji pada negara-negara lain, khususnya dari Indonesia sebagai negara pengirim calon jamaah haji terbesar.

Ade Marfuddin, Pengamat Haji dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang juga Ketua Umum Rabithah Haji Indonesia mengatakan, navigasi atau pandu arah pelaksanaan ibadah haji yang telah dipersiapkan pemerintah Saudi saat ini menjadi sangat penting di masa pandemi ini.

"Pelaksanaan Haji dalam kondisi pandemi seperti ini perlu disikapi dengan bijak, harus menjadi pembelajaran bagi seluruh umat Muslim bahwa ada saatnya musim haji dibatasi karena kondisi-kondisi darurat," imbuhnya.

Imaam Yakhsyallah Mansur, Dosen Sekolah Tinggi Shuffah Al-Qur'an Abdullah bin Mas'ud menyatakan, syarat kesanggupan berhaji di masa pandemi ini salah satunya adalah ilmu.

“Hanya ibadah haji yang mencantumkan syarat istito’ah (kemampuan) yaitu biaya, kemananan perjalanan, kesehatan, kemampuan fisik, waktu, dan satu lagi adalah ilmu, “ katanya.

Ilmu yang dimaksud Yakhsyallah adalah agar dalam melaksanakan haji di tengah pandemi, jangan sampai salah paham mengambil keputusan dan dalam menjalankan syarat rukunnya.

Selanjutnya, Imaam menjelaskan, umat Islam harus bersyukur dan berbahagia, perhelatan haji masih bisa diselenggarakan di tengah pendemi, meski dalam keterbatasan.

“Kalau kita hanya menyalahkan, justru akan menambah problematika. Maka mari kita bangun narasi positif, semoga pandemic segera berakhir,” jelas Imaam Yakhsyallah.

Dalam kondisi saat pandemi, penyelenggara memang harus berani melakukan perubahan mendasar, tapi bukan hal prinsip. Prinsip dalam Islam adalah adanya ruksah (keringanan).

Pada webinar ini diberikan doorprize menarik yaitu lima buku "Nasehat Untuk Orang Beriman" persembahan dari MINA Publishing House untuk lima peserta terbaik dan sertifikat elelktronik (e-certificate) bagi semua peserta. *[Ril/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version