Oleh:
Novita Fauziyah
GELIAT kesadaran umat Islam untuk hijrah makin tumbuh. Bahkan banyak artis juga yang memutuskan untuk hijrah. Kesadaran untuk hidup berislam kaffah makin kuat. Hijrah kemudian menjadi trendsetter dan banyak kaum mileniah terinspirasi untuk hijrah.
Hijrah secara bahasa adalah berpindah dari sesuatu ke sesuatu yang lain atau meninggalkan sesuatu menuju sesuatu yang lain. Hijrah identik dengan perubahan. Perubahan yang dimaksud tentu perubahan ke arah yang lebih baik.
Dalam sejarah, hijrah menjadi momentum agung yang ditandai dengan pindahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta sahabat dari Mekah ke Madinah untuk mempertahankan dan menegakkan akidah dan syariat Allah. Islam kemudian tegak di Madinah, mengatur segala aspek kehidupan.
Hijrah saat ini seperti menjadi kebutuhan. Hijrah menuju kondisi yang lebih baik sesuai tuntunan Islam menjadi hal yang penting. Namun jangan sampai perubahan tersebut hanya berhenti pada individu saja. Perubahan juga harus terjadi di tataran masyarakat hingga aturan yang diberlakukan.
Kondisi yang karut marut saat ini tak bisa dipungkiri ya sahabat. Bukan karena pandemi, namun penerapan sistem kapitalis sekuler lah penyebabnya. Adanya pandemi semakin menegaskan betapa rapuhnya sistem kapitalis sekuler. Berbagai solusi yang ditawarkan tak pernah menyeleseikan masalah dan hanya berpihak para korporasi, bahkan saat pandemi sekalipun.
Di bidang hukum, kejahatan merajalela dan kita saksikan kemunculan para tikus berdasi yang tak ada habisnya. Penegakan hukum tajam ke bawah tumpul ke atas. Hukum buatan manusia bisa diotak atik sesuai kepentingan. Di bidang ekonomi, kesenjangan antara si kaya dan si miskin makin menganga, utang negara juga makin menumpuk. Padahal negeri ini dikaruniai Allah berbagai sumber daya alam.
Namun sayangnya hanya dinikmati oleh para kapitalis. Kemudian di tengah penanganan pandemi yang tak ujung usai, masyarakat juga terus disuguhkan dengan berbagai kebijakan yang dzalim. Mulai dari pembatasan aktivitas yang tak diiringi dengan jaminan kebutuhan secara menyeluruh sampai mencuatnya rencana perluasan objek pajak yang kian mencekik. Masih banyak kerusakan dan kedzaliman yang dipertontonkan akibat penerapan sistem kapitalis sekuler yang menihilkan peranan agama dalam mengatur aspek kehidupan.
Kondisi ini mestinya makin membuat sadar seluruh kaum muslimin bahwa selama aturan buatan manusia yang menjadi tuntunan maka umat akan terus terpuruk. Perubahan di level individu saja tidak cukup. Individu menjadi baik namun masyarakat dan tata aturan yang berlaku masih belum berubah maka perubahan yang dilakukan masih dianggap parsial. Padahal perubahan itu harus menyeluruh. Perubahan yang dimaksud tentu adalah mengarah pada Islam karena Islam adalah satu-satunya solusi dan tuntunan untuk menjalani kehidupan. Berislam juga harus secara menyeluruh sebagaimana firman Allah:
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu”. (TQS. Al-Baqoroh:208).
Maka dari itu hijrah harus dilakukan secara menyeluruh dan bersama-sama. Tak bisa hanya individu dan di aspek tertentu saja. That’s why dibutuhkan perubahan di semua level dan harus bersama-sama untuk menuju sistem kehidupan yang terbaik. Yuk hijrah menuju Islam kaffah untuk meraih kehidupan yang penuh berkah.*