View Full Version
Kamis, 19 Aug 2021

Mengapa Bersikeras Membela Bahai?

 

Oleh:

Ummu Aisyah

 

MASYARAKAT muslim Indonesia dihebohkan dengan berita Menteri Agama (Menag) yang mengucapkan selamat hari raya Nawruz kepada komunitas Baha'i. Ada yang pro dan ada yang kontra dengan sikap Menag tersebut.

MUI menyebutkan  memang negara melindungi umat agama, tapi jangan offside menjadi melayani yang sama dengan enam agama yang diakui( CNNIndonesia.com,28/7). Di sisi lain terdapat pihak yang membela sikap Menag tersebut, antara lain pernyataan Staf Khusus Menteri Agama, Ishfah Abidal Aziz yang menyebut bahwa langkah Menag Yaqut Cholil Qoumas yang mengucapkan selamat Hari Raya Nawruz kepada masyarakat Baha'i sudah berdasarkan aturan perundang-undangan yang berlaku.

"Dalam hal Menag menyampaikan ucapan selamat Hari Raya bagi umat Baha'i beliau merupakan bagian dari negara. Jadi bagian tugas negara. Offside-nya di mana?"  (CNNIndonesia.com, 29/7). 

Dalam portal berita lain disebutkan juga langkah Menag disambut hangat oleh aktivis kebebasan beragama. Mereka juga berharap agar pemerintah juga turut melindungi dan memenuhi hak-hak kelompok minoritas. 

Melihat fenomena ini sesungguhnya menunjukkan bahwa arus kebebasan beragama semakin kuat. Semua agama dianggap sama, sehingga mengucapkan selamat kepada perayaan agama lain dianggap wajar dan bukan kesalahan. Padahal dalam kacamata islam mengucapkan selamat kepada perayaan agama lain merupakan keharaman. 

Tentu hal ini sangat lazim dalam sistem demokrasi. Demokrasi merupakan sistem yang memisahkan agama dari kehidupan. Agama hanya berada dalam ranah individu dan tidak boleh digunakan sebagai dasar dalam kehidupan bernegara. 

Makin besar kerugian umat Islam akibat sistem demokrasi yg mengagungkan kebebasan beragama. Umat islam tidak bisa menjalankan semua aturan kehidupannya secara menyeluruh karena dianggap intoleransi dengan agama lain.*


latestnews

View Full Version