Oleh: Rochma Ambarwati
Alam kembali membawa duka. Kali ini, satu kota di Jawa Timur, Kota Batu yang identik dengan jargonnya Kota Wisata dihantam banjir bandang Kamis sore, 4 November 2021. Tak hanya menyebabkan kerugian jiwa dan materi, banjir ini haruslah membawa kepada sebuah perenungan mendalam mengenai kehidupan.
Penyebab Banjir
Banjir bandang terjadi di wilayah Kota Batu, pada Kamis (4/11) sekitar pukul 14.00 WIB. Banjir bandang tersebut menyebabkan dampak yang cukup besar di sejumlah titik di Kota Batu.
Tercatat, ada enam wilayah di Kota Batu yang terdampak yakni Desa Sidomulyo, Desa Bulukerto, Desa Sumber Brantas, Desa Bumiaji, Desa Tulungrejo dan Desa Punten. Hingga saat ini, berdasarkan data terakhir, ada enam orang korban yang dilaporkan meninggal dunia. Jumlah ini bisa saja akan terus bertambah mengingat pencarian beberapa orang yang dinyatakan hilang masih terus dilakukan oleh pihak terkait. Banjir bandang tersebut juga memberikan dampak cukup besar pada wilayah Kota Malang, khususnya pada area yang berada di dekat dengan aliran Sungai Brantas. (Radar malang online, 6 November 2021).
Lantas, kalangan praktisi dan pemerhati lingkungan memberikan sejumlah catatan mengenai banjir bandang ini. Selain dari fakta tingginya curah hujan yang terjadi pada Kamis sore lalu, memang terungkap sejumlah hal lainnya yang disinyalir menjadi penyebab atau pun menjadi faktor pendukung terjadinya banjir bandang ini.
Persentase RTH (Ruang Terbuka Hijau) yang dimiliki Kota Batu saat ini sudah sangat jauh berkurang yaitu hanya berkisar 12-15 persen saja. Tentu saja hal ini disinyalir juga memberikan dampak yang mengarahkan pada terjadinya banjir.
Selain itu, Kota Batu juga menghadapi kondisi rusaknya daerah tangkapan air hujan di hulu. Sejumlah lahan yang merupakan hutan primer sudah banyak yang beralih fungsi sebagai lahan pertanian serta wahana pariwisata yang memang menjadi hal yang ditonjolkan di kota wisata satu ini. Ini berkaitan erat dengan alih fungsi lahan yang semakin hari semakin banyak dan mudah untuk dijumpai.
Menyikapi Banjir
Dalam setiap bencana yang dihadirkan Allah Swt di sisi manusia, sudah selayaknya mereka mampu untuk mengambil pelajaran darinya. Karena tentu saja, setiap yang terjadi tak akan pernah lepas dari skenario Allah. Demikian pula halnya dengan bencana banjir bandang yang terjadi. Manusia harus bisa mengambil pelajaran dari apa yang sudah terjadi.
Sebagai kota wisata, tentu identik dengan tempat maksiat. Hotel-hotel, cafe-cafe serta tempat rekreasi yang lainnya. Tempat mengumbar aurat, tempat berkhalwat, tempat melakukan aktivitas yang tak seharusnya dilakukan dan dilarang oleh syariat. Semua kemaksiatan ini sangat membuka peluang untuk mendatangkan kemurkaan Allah Swt.
Oleh sebab itu, bencana banjir bandang datang dan meratakan sejumlah rumah, kandang sapi, jalan serta bangunan yang lain. Bahkan banjir juga merenggut beberapa nyawa. Sudah seharusnya kejadian ini dijadikan moment yang pas untuk mendekatkan diri kepada Allah, lebih banyak melakukan upaya taqorrub ilallah dengan memperbaiki kualitas ibadah dan menambah porsi ibadah sunnah.
Hal terpenting adalah meninggalkan segala kemaksiatan yang telah dilakukan, agar kita bisa disebut sebagai golongan orang yang bertaubat setelah melakukan kemungkaran. Sebagaimana yang disebutkan Allah dalam akhir Surat An-Nur ayat 31 yang berbunyi, "... Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung."
Semoga dengan ini, kita bisa termasuk dalam golongan orang-orang yang beruntung dan terjauhkan dari murka Allah Swt. Aaamiiin. In sya Allah. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google