View Full Version
Kamis, 02 Dec 2021

Menilik Makna Ahlul Sunah Wal Jamaah Anti Radikalisme

 

Oleh: Sri Maulia Ningsih,S.Pd

Fenomena radikalisme yang diafiliasikan ke gerakan atau organisasi-organisasi kampus yang berkonsep Ahlul sunah wal jamaah kembali digaungkan. Pasalnya isu radikalisme ini menyasar generasi muda yang dapat melahirkan perpecahan dan membahayakan kedaulatan kesatuan bangsa. Hal itu di ungkapkan oleh Ketua Majelis Pembina Komisariat Sahabat PMII Kabupaten Konawe Ramdan SH dalam kegiatan masa penerimaan anggota baru (MAPABA) oleh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dengan konsep membentuk insan ahlul sunah wal jamaah (Aswaja) anti radikalisme.

Ia menjelaskan bahwa organisasi seharusnya menjadi pelindung ideologi kedaulatan bangsa dan negara dari paham-paham radikal. ” Organisasi harus menjadi pelindung ideologi dan keutuhan bangsa, bukan menjadi pemecah,” kata Ramdan dalam kegiatan masa penerimaan anggota baru (Mapaba) di Aula Sekolah Pendidikan Pertanian (SPP) Wawotobi, Minggu 14 November 2021, (IndoSultra.com, 16/11/21).

Menilik dari pernyataan tersebut, sebagai generasi muslim, kita tentu harus lebih teliti memahami konsep dari ahlul sunnah wal jamaah anti radikalisme yang dimaksudkan. Sebab, jika kita menilik makna dari ahlul sunah wal jamaah tersebut kedalam konsep syariat tentu kita akan dapati bahwa konsep dari pernyataan diatas kontradiktif dan sesuatu hal yang keliru dari makna dasarnya.

Mengapa? Karena makna dari ahlu sunnah wal jamaah itu sendiri adalah kelompok yang senantiasa berpegang teguh pada syariat Islam, yang berpedoman pada alqur'an dan as-sunah yang dicontohkan oleh baginda muhammad saw sebagai suri tauladan kita.

Adapun makna dari radikalisme adalah pemahaman mendasar dalam beragama. Jadi, jika kita memaknai kedua konsep tersebut maka hal itu akan sangat kontradiktif dari konsep dasarnya yang kesemuanya sama-sama didasari oleh konsep agama dan syariat Islam.

Dengan kata lain, generasi Islam berusaha untuk dijauhkan dari konsep dasarnya yang seharusnya memahami dasar-dasar atau pondasi dari agama mereka. Tetapi  justru mereka diarahkan untuk anti dari ajaran mendasar agamanya sendiri, bukan tidak mungkin kelak mereka akan menjadi perusak ajaran Islam kaffah.

Patut kita curigai hal ini senada dengan propaganda-propaganda barat yang sangat dengki dengan kebangkitan Islam dan generasinya.Pergerakan mahasiswa seharusnya menjadi agen of change bukan sebagai pembebek agenda barat yang selalu mendiskreditkan Islam dengan monsterisasi Islam semisal radikalisme, fundamentalis, intoleran maupun terorisme.

Oleh karena itu sebagai generasi muda maka seharusnya semakin mengopinikan syariat Islam dan bangga menjadi pejuang Islam.Sebab generasi muda adalah agen of change yang akan mengembalikan makna dari ahlu sunnah wal jamaah secara syar'i, yakni selalu berpegang teguh pada tali agama Allah dan tidak menjadi agen barat yang justru menjauhkan kita dari pemahaman Islam yang benar.

Sebagai generasi Islam tentu kita menginginkan perubahan terjadi di negeri tercintai ini dengan landasan yang paripurna, yaitu dengan sistem Islam karena ketika kita melihat kondisi sistem kapitalisme saat ini tentu sangat jauh dari kata ideal.

Kesenjangan dimana-mana sudah lama kita saksikan, seperti kerusakan moral masyarakat, pergaulan bebas muda-mudi, budaya korupsi yang bahkan mencapai top heavy corruption tanpa malu dilegitimasi dengan peraturan perundang-undangan, biaya politik yang mahal, pendidikan yang dikapitalisasi dan masih banyak lagi.

Perubahan itu sunatullah, kita bergerak atau diam perubahan akan tetap ada, hanya saja arah dari perubahan itu tergantung siapa yang membawa dan dengan sistem apa mereka  membawa perubahannya. Apakah perubahan ke arah yang buruk seperti yang terjadi di sistem kapitalisme hari ini, ataukah dengan sistem Islam yang sudah terbukti pernah mempimpin hingga 2/3 dunia, dengan peradaban yang luar biasa pesat  dalam bidang sosial, ekonomi, politik, dan pendidikan.

Salah satu contoh adalah pada masa pemerintahan Khalifah Umar Bin Abdul Aziz, dimana saat itu sangat sulit untuk menemukan orang miskin penerima haknya (zakat) karena masyarakat telah hidup  sejahtera.

Generasi muslim syogianya bangga dengan kesempurnaan ajaran Islam dan prestasinya dalam memimpin dunia. Sejarah ini tentunya akan mudah diulang oleh umat Islam jika generasinya paham dengan makna ahlu sunah wal jama’ah secara syar’i. Dengan demikian mereka akan menjadi pemuda tangguh dan berakidah lurus yang sulit disetir oleh kepentingan barat.  Bukan hanya itu generasi Islam wajib memahami siapa musuh yang sebenarnya,  sehingga mereka tidak mudah ikut terpengaruh oleh istilah radikalisme yang diopinikan oleh kaum barat, wallahu a”lam bisshowab. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version