View Full Version
Jum'at, 03 Dec 2021

Iman, Tak Kasat Mata Tapi Terasa Ada

 

Oleh: Widi

 

Langit pagi itu kelabu.

Udara dingin menelisik malu.

Puluhan Mahasantri duduk bersila menanti seorang guru.

Menyiapkan pikir, jiwa dan hati bersiap mendulang ilmu.

 

Pagi itu, Ustadz Saheri Hafidzahullah, hadir berdiri untuk memaparkan materi perkuliahan Karakter Iman. Tak sedikitpun tampak rasa lelah pada raut wajahnya padahal beliau telah melakukan safar ke luar kota sebelum mengisi kelas pagi itu. Yang nampak hanyalah semangat seorang guru tuk berbagi ilmu pada kami murid-muridnya.

Dalam muqoddimah, beliau menyampaikan sebuah kalimat yang mengusik hati. Kata-kata penuh iman yang menggetarkan jiwa. Diawali dengan dibacakannya Q.S Ibrahim ayat 24-25 yang artinya " Tidaklah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Rabb-Nya. Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat."

Beliau bertutur, orang beriman diibaratkan seperti pohon kurma. Pohon kuma memiliki akar dan batang yang sama panjang. Jika Akarnya tumbuh ke bawah sepanjang 2 meter maka batangnya pun akan tumbuh keatas sepanjang 2 meter pula. Lalu dari batang itu Allah tumbuhkan buah yang dapat menyenangkan hati penanamnya.

Akar, walaupun ia tak kasat mata namun ia menjadi penopang bagi batang agar ia tumbuh menjulang tinggi kokoh menembus langit. Itulah perumpamaan bagi iman manusia. Walaupun iman tak kasat mata, namun ia akan tampak dari lisan,cara berpikir dan perilaku pemiliknya.

Kekokohan iman akan melahirkan keikhlasan dalam menjalankan seluruh syariatnya yang Allah ibaratkan sebagai batang pohon. Dan buah dari iman yang kokoh, pelaksanaan syariat yang penuh keikhlasan itu adalah akhlak yang baik, amal-amal shalih yang atas izin Allah dapat membawa manusia pada kenikmatan hakiki, yakni surga yang Allah janjikan.

Maka, sudah selayaknya kita harus selalu berupaya untuk mengokohkan iman kita, agar ia menjadi akar yang kuat menghujam ke tanah, tak mudah goyah dan  tercabut meski angin kencang menghantam.

Pada praktiknya sangatlah tidak mudah mengokohkan keimanan itu. Maka kita perlu berjamaah  untuk dapat saling mengingatkan dan menguatkan. Itulah makna ukhuwah yang sesungguhnya. Lalu, tanamkan keyakinan dalam diri bahwa Allah selalu melihat kita, Allah selalu bersama kita dan Allah selalu menyaksikan kita. Ucapkan itu setiap malam, setiap hari sampai diri ini merasa malu untuk berbuat dosa karena senantiasa merasa diawasi Allah.

Kemudian, sesi pertama perkuliahan ini ditutup dengan acara rihlah. Berjalan tanpa alas kaki,menyusuri jalan menuju sebuah masjid yang letaknya beberapa meter dari Kuttab Al-Fatih.

Dalam perjalanan kudapati jalanan yang tak  semulus jalan tol. Jalan ini penuh bebatuan, kerikil tajam bahkan ada pecahan kaca yang andai saja aku berjalan tidak dengan kehati-hatian maka tentu itu akan mencelakakanku. Seperti itulah hidup bagi orang bertakwa, penuh dengan kehati-hatian, penuh penjagaan agar diri tidak terperosok pada jurang kemaksiatan dan kenistaan dunia.

Hikmah lainnya adalah sungguh meniti jalan kebenaran memang tidaklah mudah. Jalannya terjal, mendaki lagi sukar. Perlu iman yang kokoh dan sahabat yang bersedia untuk saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran untuk melaluinya agar sampai pada tujuan akhir.  Tetap bersatu dalam jamaah, jangan bercerai berai. Sebab tak ada peradaban yang dipikul seorang diri.

Jalan ini memang melelahkan. Tapi katakan pada jiwa kita bahwa dunia memang tempat untuk berlelah-lelah. Akan ada akhir dari segala kelelahan ini. Lalu, saat kami sampai di akhir perjalanan, kami melihat view kota Bandung yang menakjubkan. Segarnya aroma dedaunan dari pepohonan yang rindang dan harum aroma tanah yang basah terkena tetesan air hujan semalam.  Bagiku mungkin itulah sekelumit gambaran surga.. Aahh.. pasti surga jauh lebih indah dari ini. Maka, wahai jiwa saat lelah datang menghampiri ingatlah tempat  istirahat yang kekal nan abadi ini. Tempat kita berpulang, negeri akhirat. Semoga surga tempat peristirahatan kita. Maka, jangan hentikan langkah kita di jalan ini hingga Allah ridho pada kita dan kita pun ridho dengan apa yang Allah beri.

"Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ’Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya." (Q.S Al-Bayyinah:8) (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google

Wallahu 'alam bish showab


latestnews

View Full Version