View Full Version
Rabu, 08 Dec 2021

Erupsi Semeru dan Evaluasi Sistem Mitigasi

 

Oleh: Siti Saodah, S. Kom

Erupsi Semeru menyisakan duka mendalam bagi korban terdampak letusan. Mereka harus rela kehilangan tempat tinggal hingga sumber penghasilan seperti pertanian sayur mayur yang menjadi mayoritas pencarian warga lereng Semeru. Mereka yang menjadi korban mengalami trauma terutama anak-anak. Pasalnya saat terjadi erupsi tak ada peringatan dini akan letusan Semeru sehingga mereka berlarian menyelamatkan diri.

Pro kontra tentang peringatan dini menjadi tanda tanya publik. Menurut Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menjelaskan bahwa proses mitigasi dan peringatan dini sudah berjalan lancar saat terjadi awan panas. Khofifah menyebut  Pusat Vulkanologi dan Mitigasi  Bencana Geologi (PVMBG) mengkonfirmasi sistem peringatan dini berjalan (regional.kompas.com). Namun pendapat ini dibantah oleh Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Eko Lelono ia mengatakan bahwa pukul 13.30 WIB terekam getaran banjir pada seismograf. Tetapi tidak ada peringatan dini sampai pukul 15.00 WIB, saat itu masyarakat sudah berhamburan panik menyelamatkan diri, pungkasnya (porosnews.com).

Namun hal ini bukan menjadi prioritas utama yang dibahas oleh pemerintah, karena saat ini korban selamat sedang membutuhkan uluran tangan. Semua pihak bahu membahu memberikan bantuan baik berupa makanan, obat-obatan atau pemulihan trauma korban anak-anak. Banyak masyarakat dan lembaga-lembaga amal yang memberikan bantuan hingga masyarakat yang berdoa untuk korban erupsi Semeru. Semua kalangan memberikan kontribusi yang terbaik untuk korban Semeru.

Meskipun sudah banyak bantuan berdatangan untuk korban Semeru, namun yang harus menjadi catatan penting adalah bagaimana peran pemerintah terhadap penanganan korban bencana. Pemerintah harus mampu memberikan kontribusi besar bagi pemulihan korban yang kehilangan harta benda serta keluarga. Andilnya pemerintah menangani korban bencana akan dinilai oleh publik. Bukan hanya sebatas pencitraan, datang ke lokasi namun tak memberikan kontribusi besar bagi para korban. Namun yang menjadi pertanggungjawaban besar adalah dihadapan Allah SWT, bagaimana peran pemimpin mengurusi rakyat yang terkena bencana.

Pemimpin bertanggungjawab terhadap rakyat yang dipimpinnya. Abdullah bin Umar mengatakan, Rasulullah SAW bersabda Ketahuilah: kalian semua adalah pemimpin (pemelihara) dan bertanggung jawab terhadap rakyatnya. Pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya tentang rakyat yang dipimmpinnya. Suami adalah pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawabannya tentang keluarga yang dipimpinnya. Isteri adalah pemelihara rumah suami dan anak-anaknya. Budak adalah pemelihara harta tuannya dan ia bertanggung jawab mengenai hal itu. Maka camkanlah bahwa kalian semua adalah pemimpin dan akan dituntut (diminta pertanggungjawaban) tentang hal yang dipimpinnya.

Disamping itu pemerintah juga perlu melakukan evaluasi terhadap sistem mitigasi bencana bersama seluruh pihak terkait. Terutama warga yang tinggal di daerah rawan bencana seperti tanah longsor, letusan gunung, banjir bahkan tsunami dan sejenisnya. Warga daerah rawan bencana perlu mendapatkan edukasi terkait evakuasi jika terjadi bencana alam. Jangan sampai kejadian sama terulang kembali di daerah lain sehingga mereka tak mendapatkan peringatan dini bencana. Jika peringatan dini bencana terpasang dengan baik maka diharapkan dapat mengurangi risiko korban jiwa yaitu manusia, hewan ataupun tumbuhan.

Namun demikian bencana alam adalah kuasa Allah, tak ada yang tahu bencana akan datang kapan. Meskipun manusia sudah membuat alat canggih, mahal, bagus, semua SOP sudah dilakukan tapi Allah sebagai pemilik alam semesta, bisa kapan saja memberikan tandanya. Dan ini menjadi peringatan bagi kita, bahwa kita hanya mahluk Allah yang lemah, terbatas, serta membutuhkan pertolongan Allah.

Sebagai muslim tentu kita ingin taat terhadap pencipta-Nya dengan mentaati aturan-Nya dan Menjauhi Larangan-Nya. Namun yang menjadi pertanyaan, kenapa Allah memberikan bencana ini ? Bisa jadi bencana ini adalah teguran bagi manusia karena telah membuat kerusakan dimuka bumi, kemaksiatan, atau mencampakkan aturan-Nya. Atau ini adalah bentuk ujian bagi hamba-Nya yang taat dan bersabar. Waalahualam bisshowab. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version