View Full Version
Ahad, 02 Jan 2022

Moderasi Agama, Buatan Siapa?

 

Oleh:

Siti Hajar M. Sos || Penulis

 

ISU kontroversi terhadap ajaran Islam di Negeri sendiri yang mayoritas Islam sangat menunjukkan ketidaknyamanan bagi pemeluknya. 

Terutama bagi golongan yang taat terhadap agamanya yang menganggap Islam merupakan tolak ukur dalam kehidupan.

Namun jika seseorang ingin menjadi bagian dari Aparatur Sipil Negara (ASN) maka jangan pakai agama.

Seperti kejadian beberapa bulan yang lalu bahwa dilansir dari Jakarta -Sebanyak 51 pegawai KPK akan diberhentikan setelah tidak lolos tes wawasan kebangsaan (TWK) KPK yang kontroversial. Ada sederet contoh soal TWK KPK yang mendapat sorotan publik.

Diketahui KPK mengumumkan hasil asesmen tes alih status pegawai KPK menjadi aparatur sipil negara (ASN) pada Rabu (5/5). Hasilnya sebanyak 75 pegawai tidak memenuhi syarat, di mana tes diikuti oleh 1.351 pegawai. Setelah melalui sederet pertimbangan, sebanyak 24 pegawai KPK yang tak lolos TWK akan dibina, tapi 51 pegawai lainnya tidak dapat 'diselamatkan'.

Melalui Twitter, eks juru bicara KPK Febri Diansyah menyoroti salah satu contoh soal TWK KPK. Pegawai KPK diharuskan memilih Al-Qur'an atau Pancasila.

Pilih yang mana, Al-Qur'an atau Pancasila mengingatkan saya pada pertanyaan tes wawasan kebangsaan KPK," tulis Febri melalui akun Twitter-nya, @febridiansyah, Selasa (1/6/2021).

TWK KPK menggambarkan profiling ASN sejalan arus moderasi. Yakni yang bisa menempatkan nilai ‘kebangsaan’ lebih tinggi dibanding prinsip agama. Salah satu yang kontroversial adalah soal sikap calon ASN ini terhadap jilbab. Apakah berani lepas jilbab bila ada tuntutan pekerjaan dan negara?

Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti menyayangkan adanya pertanyaan"Bersedia Lepas Jilbab.

Abdul mengatakan, pertanyaan tersebut tidak ada kaitannya dengan wawasan kebangsaan dan malah berpotensi memecah belah bangsa.

Menjadi pertanyaan bagi kita kenapa nilai Islam selalu menjadi permasalahan.

Apakah menjadi keharusan bagi kita mengikuti nilai kebangsaan dengan meninggalkan nilai Islam yang kita anut?

Darimanakah nilai Moderasi ini berasal sehingga masif dan gencar sekali diterapkan ketengah-tengah masyarakat khususnya mayoritas yang banyak menganut Islam.

 

Moderasi Beragama Buatan Barat

Barat melihat bagaimana umat Islam hari ini semakin  mendekatkan dirinya untuk kembali pada aturan Islam sebagai tolak ukur dalam setiap melakukan perbuatan. Bahkan Gelora jiwanya menginginkan dalam dirinya terelisasinya Islam kaffah di tengah umat. Bagi Barat ini adalah sebuah ancaman jika umat Islam tetap teguh terhadap keyakinan ajaran agamanaya. Maka  akan mengancam eksistensinya.

Apalagi Barat melihat adanya pengusung Islam ideologis yang berani lantang menyuarakan bahwa dalam Islam ada mengatur sistem ketatanegaraan yang wajib diterapkan.

Hal ini membuat Barat semakin menggencarkan upayanya dalam merusak keyakinan Islam melalui nilai moderasi beragama.

Kemudian baratpun melakukan aksinya membuat  pengelompokkan umat Islam menjadi empat, yang dikenal sebagai politik belah bambu, yaitu Islam fundamentalis (menolak nilai-nilai demokrasi dan budaya Barat serta menginginkan negara Islam otoriter), Islam tradisional (mengharapkan masyarakat konservatif), Islam sekularis (mengupayakan dunia Islam sekular seperti Barat) dan Islam modernis (membayangkan dunia Islam jadi bagian modernitas global, sekaligus mengharapkan reformasi Islam). (fajarsatu.com)

Istilah Islam moderat merupakan jalan tengah, yang merevisi pemahaman umat Islam, bahwa Islam tidak radikal, Islam toleran, Islam penuh kasih sayang, Islam menghormati keragaman, Islam tidak memaksakan agama, Islam tidak anti Barat, serta Islam terbuka dengan perubahan dan kemoderenan.

Melalui pemahaman ini justru menjauhkan umat dari Islam karena telah terkooptasi oleh ide liberalisme. 

Dengan demikian, semakin kentaralah bahwa ideologi Kapitalisme yang diemban Barat, menciptakan permusuhan terhadap Islam dan merekayasa berbagai peristiwa serta melakukan provokasi-provokasi sebagai pintu masuk permusuhan terhadap Islam ideologis, sehingga memunculkan Islamofobia.

Lebih dari itu, jika umat Islam mengemban ideologis maka menjadi ancaman besar terhadap hegemoni Barat di dunia, sehingga Barat bernafsu mengarahkan umat pada Islam moderat. Yang menjadi sasaran untuk ikut mengokohkan idenya, yakni dengan membuat aturan wajib dalam negara dan bahkan membuat program penguatan moderasi beragama mulai dari kalangan ASN para, ulama, mahasiswa dan bahkan sampai pada  tingkat Taman Kanak-Kanak  ide Moderasi wajib ditanamkan. selajutnya ide ini diharapkan semakin massif arus moderasi beragama ini hingga  umat Islam mengadopsinya. 

Apakah ide ini harus kita biarkan begitu saja tanpa ada tindakan bagi Umat Islam untuk membendungnya?*


latestnews

View Full Version