View Full Version
Jum'at, 08 Sep 2023

Saat Habib Umar bin Hafidz Dikritik

 

Oleh: Aily Natasya

Kedatangan Habib Umar tempo hari cukup menghebohkan umat muslim di Indonesia. Banyak yang merasa haru, bahagia dan bersyukur atas kehadiran beliau. Namun tak sedikit juga yang ‘salty’ terhadap beberapa perilaku para jamaahnya. Perilaku jamaahnya yang dianggap berlebihan dalam mengelu-elukan Habib Umar seperti mengejarnya, berusaha mencium tangan beliau untuk mendapatkan keberkahan sampai dengan ada video yang mengkritik dan merasa aneh dengan suara Habib Umar yang tidak merdu dalam membaca Al-Qur’an. Dan yang mempermasalahkan hal tersebut justru di kalangan umat muslim sendiri bahkan mereka itu berilmu.

Uhm, nggak tahu juga, ya, yang mempermasalahkan hal-hal temeh seperti itu, tuh, karena nggak tahu, atau bagaimana. Karena semua yang dipermasalahkan dan dipertanyakan itu sama sekali tidak ada yang aneh. Berlebihan? Di Indonesia, Habib Umar itu sangat dikenal, ya, lihat saja jamaahnya. Banyak yang menghormati dan mengidolakan, dan itu nggak salah. Beliau ini ilmunya banyak, guru, ulama, dan keturunan Rasulullah. Jadi, letak salahnya di mana, gitu loh.

Maksudnya begini, di zaman sekarang, banyak banget orang yang menjadikan selebriti sebagai idola mereka. Dan perilakunya pun sama saja dengan yang dilakukan oleh jamaahnya Habib Umar. Bedanya mereka ngejar-ngejar bukan untuk mencari berkah. Dan terlepas dari apakah Habib Umar itu hanya manusia biasa yang belum tentu bisa memberi berkah atau tidak, tapi setidaknya beliau adalah ulama yang bisa mendoakan jamaahnya, umat muslim dengan hal-hal yang baik. Kenapa yang ngejar-ngejar selebriti dianggap sah-sah saja, tapi untuk yang satu itu malah dianggap berlebihan.

Kalau dikata bahwa satu-satunya yang boleh kita idolakan itu hanya Rasul kita, Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam, maka beliau, Habib Umar ini adalah orang yang mampu mengajak atau membuat pengikutnya ingat kepada Allah dan Rasulullah. Bukankah hal tersebut merupakan hal yang baik? Atau, nih, jika ada suatu individu yang berpendapat bahwa hal tersebut bukanlah hal yang seharusnya dilakukan atau bagaimana menurut keyakinan dari pemahaman ilmu yang didapatnya, maka tidak usah disuarakan dengan kata-kata yang seakan-akan menyalahkan dan merasa bahwa apa yang diyakini adalah yang paling benar. Itu dapat menimbulkan perpecahan antar sesama muslim sekaligus penyakit hati. Malah dosa sendiri. Na’udzubillah.

Membaca Al-Qur’an harus dengan suara merdu

Dari Abdullah bin ‘Amru bin bin Al-‘Ash ra. dari Nabi Muhammad saw. beliau bersabda, “ Akan dikatakan kepada orang yang membaca Al-Qur’an. Baca, tingkatkan dan perindah bacaanmu sebagaimana kamu memperindah urusan di dunia, sesungguhnya kedudukanmu pada akhir ayat yang engkau baca.” (Riwayat Abu Daud dan Tirmidzi, baliau berkata: Hadits ini hasan shahih).

Emang bener kalau kita itu disuruh untuk memperindah bacaan A-Qur’an kita. Tapi, memeprindah di sini bukan hanya tentang suara saja, tapi juga tempo bacaannya, tajwidnya, dan juga rasa dari bacaan itu sendiri. Suaranya nggak harus semerdu Misyari Rasyid, asalkan bacaannya tartil, tajwidnya benar, itu saja sudah bagus. Kan, bagaimana pun kalian sendiri yang bilang kalau beliau ini manusia biasa. Ya, emang manusia biasa juga, yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Lagi pula, sibuk banget sama kekurangannya, suaranya, ilmu kalian sebanyak beliaukah? Belum, kan? Mending banyak-banyak belajar aja kalau gitu.

“Barangsiapa yang menuntut ilmu dengan maksud untuk membanggakan diri di hadapan ulama atau untuk mendebat orang-orang bodoh, atau agar ilmunya tersebut semua manusia memberikan perhatian kepadanya, maka dia ada dir neraka.” (HR. Ibnu Majah dalam Al-Muqoddimah (253)).

Terkadang, walau kita tidak punya niat awal menuntut ilmu demi kebanggan diri, kita sering kebablasan sampai tidak sadar kalau kita sedang melakukannya. Islam itu indah, jangan kalian buat suram dengan perpecahan dan kegaduhan yang kalian buat sendiri. Punya banyak ilmu, manfaatkan dengan baik, jangan untuk menghakimi orang sana-sini. Punya pendapat yang berbeda, ingin saling mengingatkan atau menegur, maka sampaikan dengan baik. Jangan bawa-bawa kata-kata yang menghina atau apapun yang dapat menimbulkan perpecahan. Di dunia ini, ilmu itu luas. Lebih baik bertanya, daripada ketahuan kurang ilmunya. Wallahua’lam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google

 


latestnews

View Full Version