View Full Version
Jum'at, 12 Jan 2024

Apakah Benar Gaza Lemah?

 

Oleh: Aily N

Calon presiden Prabowo Subianto menyebut Gaza pada debat calon presiden tempo hari sebagai contoh akibat dari negara yang tidak memiliki kekuatan militer. Beliau mengatakan bahwa kita bisa saja ditindas seperti Gaza jika kekuatan militer kita lemah. Kekayaan negara juga bisa diambil oleh pihak lain. Walau mungkin beliau mengambil Gaza sebagai contoh karena sekarang yang sedang  marak dibicarakan adalah tentang peperangan antara Israel dan Palestina, warga Indonesia yang memang terkenal sebagai pendukung nomor satu Palestina menganggap bahwa pernyataan beliau tersebut sama sekali tidak benar.

Palestina lawan Israel. Tapi Israel punya teman-teman yang mendukung aksi penyerangannya dari dana, akomodasi, fasilitas, dan lain-lain. Dan tidak main-main, teman-temannya ini Amerika Serikat, Prancis, Inggris, Kanada, Jerman, yang mana kita tahu bahwa negara-negara tersebut adalah negara yang kaya dan dominan. Apa pun bisa mereka bantu demi Israel memerangi Gaza. Jadi, peperangan ini sedari awal sama sekali tidak seimbang.

Awalnya, banyak sekali yang berharap bahwa Prabowo yang menjabat sebagai Menteri Pertahanan bisa meyakinkan kemiliteran Indonesia untuk mendukung kemerdekaan di Gaza. Namun nyatanya, yang keluar justru berbeda. Bukan malah mendukung, pernyataan beliau jadi terkesan mengejek Gaza.

Bukti Gaza tidak lemah, mereka ditindas selama 75 tahun dan mereka hampir tidak pernah diberi kesempatan untuk memperkuat diri. Negara-negara muslim lain pun tak kunjung bertindak secara militer. Justru di situlah letak kehebatan Gaza. Mereka berperang dengan negara-negara besar tersebut tanpa bantuan kemiliteran dari negara lain selain daripada Iran, namun mereka masih bisa bertahan sampai saat ini. Sumber daya manusia mereka pun terbukti sebagai sumber daya manusia terbaik di abad ini.

Negara-negara muslim—khususnya Indonesia—memang mendukung palestina. Tapi bentuk dukungannya berbeda. Sejauh ini negara Indonesia hanya membantu dari segi logistik, belum sampai ke kemiliteran. Padahal tak bisa dipungkiri bahwa itulah yang paling dibutuhkan oleh Gaza untuk melawan Israel dan kawan-kawannya.

Namun Gaza tetap memiliki pejuang-pejuangnya yang luar biasa cerdas dan kuat. Bahkan standar untuk menjadi bagian dari hamas sangatlah tidak biasa, seperti harus bisa istiqomah shalat subuh minimal 3 bulan berturut-turut, wajib mempelajari tafsir Al-Qur’an, wajib menghafal 40 hadits Arba’in (Imam Nawawi), dan lain-lain. Jadi, kemiliteran mereka tidak hanya diperkuat di otak dan otot, tapi juga hati mereka. Mereka perkuat jiwa dan raga mereka dengan latihan militer dan pembangunan akidah.

Mungkin bisa saja kekuatan militer di negara kita ditingkatkan demi mencegah negara lain menjajah kekayaan alam kita. Namun apakah kita bisa selamat dari penjajahan dari orang-orang kita sendiri seperti pejabat yang korupsi? Jangan salah, pejabat yang korupsi juga musuh yang harus kita waspadai. Jangan sampai kita lengah dan lupa akan hal itu. Maka selain kemiliteran negara yang harus ditingkatkan, maka hukum keadilan di negara ini juga harus ditingkatkan demi tercapainya tujuan melindungi kekayaan alam kita.

Juga, sudah sepatutnya kita malu jika menganggap bahwa Gaza ditindas karena lemah. Karena sebenarnya kita juga lebih lemah. Negara muslim lain yang hanya bisa menonton penderitaan rakyat Gaza akibat kebiadaban Zionis Israel tanpa bisa menolong apa-apa selain logistik, juga lemah. Wallahu a’lam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version