View Full Version
Rabu, 10 Jul 2024

Fenomena Anak Durhaka, buah dari Sekularisme

 

Oleh: Lestari Agung 

Sungguh tragis, terjadi lagi fenomena sosial masyarakat yang teramat miris dan menyayat hati. Seorang anak yang tega membunuh orangtuanya sendiri dengan dalih sepele. Terjadi di Duren Sawit, Jakarta Timur, seorang pedagang toko perabot dibunuh oleh anak kandungnya sendiri. Dua pelaku remaja putri ini tega menusuk ayah kandungnya sendiri dengan sebilah pisau karena pelaku merasa sakit hati telah dimarahi setelah ketahuan mencuri uang ayahnya (Liputan6.com, 23/6/2024).

Aksi pembunuhan lainnya juga terjadi di Lampung, seorang ayah yang menderita stroke meninggal dunia setelah dipukul berkali-kali oleh anak kandungnya sendiri. Pelaku kesal dan emosi karena selalu dimintai tolong oleh korban untuk mengantarkan ke kamar mandi (Liputan6.com, 21/6/2024).

Ada apa dengan generasi kita saat ini? Seolah tak ada lagi hati nurani dan rasa kemanusiaan. Pikiran dikuasai oleh hawa nafsu yang mengarah pada kejahatan, tindak kriminal, dan kemaksiatan. Padahal, ini melibatkan orang tua dan anak. Bagaimana mungkin, seorang anak yang dulu ada di rahim ibunya, dijaga ayahnya, dilahirkan, ditimang, digendong, disayang, dibesarkan dengan kasih sayang, malah anak tersebut tega membunuh orangtuanya tanpa rasa kasihan dan iba sedikit pun. Sungguh di luar nalar kemanusiaan.

Harus kita fahami, bahwa orang tua kita merupakan orang pertama yang mengasuh, membesarkan, menjaga, membimbing dan mendidik kita. Orang tua rela bekerja keras sekuat tenaga, mempertaruhkan jiwa raga demi keberlangsungan hidup anak-anaknya dan keluarga. Kita sebagai anak harusnya menyadari akan hal itu. Anak harus menyadari begitu besarnya pengorbanan orang tua selama ini. Sudah saatnya kita sebagai anak harus terus juga berusaha berbakti kepada orangtua.

Dari keridaan orang tua, seorang anak akan mendapatkan keridaan Allah Swt. Sebagaimana Rasulullah saw pernah bersabda, "Orang tua adalah pintu surga yang paling baik. Kalian bisa sia-siakan pintu itu atau kalian bisa menjaganya." (HR.Tirmidzi)

Penegasan kata "paling baik" di atas seolah ingin menunjukkan kepada kita akan pentingnya berbuat baik dan berbakti kepada orangtua. Kasus ini seolah menggambarkan semrawutnya sistem pendidikan, karena dianggap telah gagal mencetak generasi yang berkepribadian terpuji.

Adapun sistem pendidikan hari ini adalah sistem buatan manusia. Sistem kapitalisme yang diterapkan di negara kita telah membuat generasi selalu terkait dengan kemaksiatan. Sistem kapitalis dengan asas sekulernya membuat manusia menjalani kehidupan tanpa disertai dengan ketakwaan, karena sistem ini memisahkan agama dari kehidupan.

Manusia dibuat lupa dan tidak sadar akan hubungannya dengan Allah Swt. dalam menjalankan aktivitasnya. Standar perbuatan bukan didasarkan atas halal dan haram, tetapi mengikuti hawa nafsunya. Hal ini yang bisa membuat manusia terperangkap oleh jebakan setan/iblis untuk melakukan tindakan di luar nalar kita sebagai seorang manusia.

Hal ini berbeda dengan sistem Islam. Islam adalah Rahmatan Lil Alamin, rahmat bagi seluruh alam. Islam adalah ideologi sempurna yang mengatur segala bentuk interaksi antar sesama manusia, seperti sistem sosial, ekonomi, politik dan lain sebagainya. Islam memiliki sistem kehidupan terbaik yang berlandaskan akidah Islam. Islam menuntut rakyatnya melaksanakan seluruh hukum syarak dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Islam mendorong agar masyarakat berfikir jernih dalam beraktivitas dengan berpegang pada standar perbuatan halal dan haram.

Islam juga mengatur sistem pendidikan yang mampu melahirkan generasi yang berkualitas dan berkepribadian Islam, taat syariah, termasuk berbakti kepada kedua orangtua. Pendidikan Islam memiliki tujuan untuk membentuk generasi beriman dan bertakwa dengan berorientasi pada rida Allah Swt.

Sudah saatnya kita bangkit dari keterpurukan berfikir. Kita butuh solusi atas semua keruwetan permasalahan yang ada saat ini. Sebagai rakyat, kita juga butuh perlindungan dari negara. Hanya dengan menerapkan sistem Islam lah, rakyat bisa hidup dengan penuh rasa ketenangan, kebahagiaan, kedamaian, keamanan, dan tentunya dengan keberkahan rida Allah Swt. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version