View Full Version
Senin, 19 Aug 2024

Legalisasi Aborsi Bukti Kuatnya Liberalisasi

 

Oleh: Gayuh Rahayu Utami

Indonesia adalah negeri mayoritas muslim yang kondisinya semakin mengerikan dan suram. Pergaulan bebas melanda remaja yang ada di negeri ini. Kondisinya pun membuat kekhawatiran bertambah di mana lingkungan hari ini tidak bersahabat. Banyak sekali kasus seks pra nikah dan melakukan tindakan aborsi akibat pemerkosaan di kalangan kawula muda. Pemuda kalangan pelajar terjerumus pergaulan yang sangat jauh dari kata aman. Para orang tua merasakan hal yang sama dengan peristiwa ini.

Pemerintah melegalkan aborsi dengan alasan untuk memberikan solusi kepada warganya akibat pemerkosaan. Sungguh ironis di negeri mayoritas muslim ini kebijakannya terkesan ngawur. Sungguh, kerusakan dalam aspek sosial sangat nyata terlihat secara kasat mata.

Ketua MUI Bidang Dakwah, M. Cholil Nafis mengatakan bahwa pasal terkait aborsi dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan masih belum sesuai dengan ketentuan agama Islam. (mediaindonesia.com,1-8-2024).

Walaupun diterapkan undang-undang, namun pada kenyataannya belum bisa memberikan efek jera kepada warga agar tidak melakukan perbuatan yang dilarang Allah ini. Kasus tindakan asusila tumbuh subur dan dianggap sebagai hal biasa dalam pandangan masyarakat yang saat ini indivualis akibat tatanan kehidupan yang kapitalistik.

Remaja atau pun pemuda mereka adalah garda terdepan untuk perjuangan Islam. Dengan hidup yang berada dalam naungan sistem kapitalisme liberal, pemuda hari ini butuh diselamatkan dari ide-ide yang menjerumuskan mereka kepada jurang kemaksiatan. Kafir barat sengaja menyerang generasi muda agar jauh dari pemahaman Islam dengan penjajahan budaya hedonis, konsumtif. Dari sisi pakaian pun dijajah agar menjauhi pakaian yang sesuai dengan Islam.

Mengingat kasus ini semakin meresahkan bahkan sebagai penyakit masyarakat, maka ada faktor yang butuh ditegakkan untuk menggapai keselamatan dan menjaga nasab atau keturunan. Di antaranya ketakwaan individu.

Pemuda butuh disadarkan bahwa kehidupan ini adalah fana. Mereka butuh diberikan edukasi secara konsisten bahwa hari ini dunia dikungkung oleh sistem kapitalisme global yang menghasilkan generasi yang jauh dari pemahaman agama Islam. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan ibadah kepada Allah dengan cara menambah ibadah nafilah tanpa meninggalkan ibadah yang bersifat wajib.

Selanjutnya adalah menciptakan lingkungan yang saling peduli. Dengan kata lain saling mengingatkan dan saling menasihati ketika ada kemungkaran. Tidak boleh umat Islam bersifat egois dan apatis terhadap kemaksiatan karena tidak sesuai dengan apa yang Rasulullah contohkan.

Kemudian negara wajib memberikan sanksi tegas kepada siapa saja yang melakukan tindakan pemerkosaan. Sanksinya berupa ta'zir yaitu kadarnya ditentukan oleh Khalifah. Sehingga menimbulkan efek jera dan agar berpikir ribuan kali untuk melakukan kemaksiatan tidak seperti ini hari ini.  

Yang tidak kalah pentingnya adalah peran negara untuk mengatasi persoalan ini. Kasus pemerkosaan yang begitu marak membuktikan bahwa negara hari ini tidak mampu menyelesaikan secara tuntas untuk mengatasi tindakan yang tidak senonoh dan merusak nasab. Biang keladinya adalah sistem kapitalisme yang membuat tatanan pergaulan rusak dan merusak.

Dalam naungan Islam, selain menerapkan hukum yang bersifat tegas dan menimbulkan efek jera, negara wajib menyaring media secara seksama dengan melibatkan departemen penerangan agar tidak kemasukan pemikiran pemikiran asing.

Jika ketahuan ada media yang tidak layak, maka dengan tegas negara tersebut memblokir media tersebut dan dijatuhi sanksi kepada media yang bersifat merusak umat. Media dipenuhi dengan konten mengedukasi dan memperkaya kekuatan rohani serta menciptakan sistem sosial yang sesuai dengan aturan Islam. Kemudian sistem pendidikannya adalah berbasis Islam di mana pendidikan adalah tonggak peradaban suatu negara.

Semua ini mustahil diterapkan dalam sistem kapitalisme yang terbukti merusak generasi muda. Satu-satunya harapan adalah mengubah ke arah kehidupan yang sesuai dengan sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Dengan menerapkan hidup sesuai Islam dalam skala negara, maka keberkahan akan datang berlipat-lipat, terciptalah kedamaian yang sejati di berbagai aspek. Remaja pun selamat dari pergaulan bebas dan menjadi generasi yang berkualitas. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google

 


latestnews

View Full Version