View Full Version
Ahad, 08 Sep 2024

Gaza Masih Terus Terabaikan, Saatnya Samakan Tujuan

 

Oleh: Yuni Yartina

 

Rasanya sudah lama sekali penjajahan di Gaza berlangsung, namun hingga kini masih belum ada titik solusi. Pertemuan antar pertemuan oleh pemuka negara tak membuatnya ada perubahan. Sementara, nyawa mereka semakin tak ada harganya dihadapan tentara laknat Zionis. Pilu rasanya hati melihat setiap kekejaman yang mereka lakukan bak binatang. Sayangnya, tak ada yang bisa dilakukan oleh negeri Muslim, sekalipun pemimpinnya. Sedihnya, surut semangat masyarakat untuk bersuara akan Palestina pun seperti mulai meredam.

Saat ini dunia dikuasai oleh kejahatan dan keserakahan ideologi kapitalisme. Penerapannya membuat nyawa manusia tak ada harganya. Kita saksikan dampak dari penerapan ideologi ini mampu membiarkan jutaan nyawa melayang. Seorang ayah menangisi kematian anak dan istrinya. Seorang anak menangisi kematian kedua orang tuanya. Tapi bahkan mereka tidak pernah putus asa dengan apa yang menimpa mereka, yang mereka pertanyakan adalah dimana pemimpin-peminpin muslim? Nyatanya pemimpin-pemimpin Muslim sedang sibuk menjalin kerjasama bahkan menjadi kaki tangan dari dalang sesungguhnya.

Tak bisa kita tolak bahwa genosida di Gaza adalah perang ideologi antara Islam dan kapitalisme. Oleh sebab itu yang nyata melakukan perlawanan disana adalah muslim. Sayangnya, Islam baru diemban oleh individu-individu. Belum diemban oleh negara manapun, sekalipun negara mayoritas Muslim. Inilah yang menjadi titik lemah kaum muslimin. Negeri-negeri Muslim yang harusnya disatukan oleh ideologi Islam justru tercerai berai karena ideologi kapitalisme. Dimana, perang yang mereka mulai harusnya menjadi perang antara negara.

Secara global saat ini tak ada hal yang membuat Palestina ditakuti meskipun kemerdekaan telah diraih. Kepemimpinan kaum muslimin atas seorang khalifah telah mengalami kekosongan selama hampir satu abad. Dalam riwayat dari Imam Bukhari-Muslim dikatakan Imam atau khilafah adalah Perisai. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu (laksana) perisai, dimana (orang-orang) akan be llnrperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya. Jika seorang imam (Khalifah) memerintahkan supaya takwa kepada Allah ’azza wajalla dan berlaku adil, maka dia (khalifah) mendapatkan pahala karenanya, dan jika dia memerintahkan selain itu, maka ia akan mendapatkan siksa.”

Selama 13 abad berlangsungnya kekhilafahan atau kepemimpinan Islam, Palestina dan semua wilayah dibawah kepemimpinannya aman, tentram, terjaga dan disegani. Pernah pada masa Khalifah Abdul Hamid II, beliau terus didatangi oleh Zionis Yahudi bahkan dengan sogokan uang, namun beliau selalu dengan tegas menolak untuk mempertahankan wilayah kekhilafahan. Ketika ditolak, Zionis Yahudi tidak pernah berani melakukan tindakan apapun, sebab wilayah Daulah Khilafah memiliki wibawa dan kekuatan besar yang sangat ditakuti. Namun berbanding terbalik saat perisai dari Khalifah telah tiada seperti saat ini. Hal ini yang tidak disadari oleh banyak kaum Muslim.

Jeratan paham sekuler yakni memisahkan agama dari kehidupan dan sikap individualis masih erat melekat pada kaum muslimin, ini keadaan yang sungguh menyedihkan. Masih banyak yang tidak perduli dengan kondisi yang terjadi. Sikap individualis membuat kita hanya memikirkan kehidupan diri sendiri. Terlena dengan kesenangan dan kenyamanan yang kita dapatkan.

Sadarkah kita, bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara. Semua kerakusan dan keserakahan akan musnah, yang tersisa hanya amal yang kita lakukan. Tentunya, amal yang dimaksud bukan hanya amalan-amalan sholat, zikir atau sedekah. Melainkan, amalan perjuangan terhadap Islam, pembelaan-pembelaan terhadap saudara semuslim yang dizalimi. Mengingat lagi sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dari riwayat muslim “Barangsiapa yang bangun pagi tetapi dia tidak memikirkan kepentingan umat Islam maka dia bukan umatku.”.

Sudah saatnya kita menjadi orang yang peduli, bersuara untuk keadilan dan kebenaran yang tepat. Tentunya keadilan dan kebenaran yang kita tuju haruslah sama, yakni dengan tegaknya kembali kepemimpinan yang satu atas seluruh dunia. Maka jadilah orang yang menyuarakan dan memperjuangkannya. Inilah sebaik-baik amal. Semoga Allah istiqomahkan kita. Wallahu alam bish shawwab. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version