Oleh: Yuni Yartina
Setiap manusia berhak hidup dalam wilayah yang aman dan penuh keadilan. Namun nampaknya Zionis Israel tak mengambil konsep demikian. Tak cukup hanya Gaza, Zionis Israel menyerang Yaman, Iran dan Lebanon. Dalam hitungan jam telah memakan ribuan korban. Suara dunia mengecil bahkan hampir lenyap tak berdaya menghadapi kondisi ini.
Dunia tenggelam dalam permainan ideologi kapitalisme membuat pemimpin-pemimpin muslim dan lembaga-lembaga Internasional terseret permainan. Hingga genosida oleh Zionis telah menjadi suara biasa yang didengar dunia. Hamas mengatakan diamnya dunia dan komunitas internasional menjadikan Zionis semakin berani melakukan kejahatan perang.
Menjadi bukti bahwa keamanan dan keadilan tak kunjung bisa diberikan oleh demokrasi kapitalisme. Gagal membuka mata dan telinga para penguasa muslim sehingga tak menjawab seruan permintaan tolong dari anak-anak yang terluka, kelaparan dan kehilangan keluarganya. Nasionalisme yang diciptakan oleh demokrasi kapitalisme membelenggu tangan dan kaki para penguasa sehingga tidak merasa genosida ini menjadi urusan bersama. Apalagi, ada barat yang masih kencang mengkampanyekan demokrasi agar terus dipertahankan terutama oleh Gen Z. Sistem yang mengaku menjunjung tinggi kemanusiaan ternyata hanya bungkus.
Nampaknya kita perlu melihat solusi lain yang selama ini tidak dilihat. Solusi hakiki yang menjadi kunci jawaban dari seluruh permasalahan dunia termasuk untuk menghentikan genosida dan penjajahan zionis. Saat ini umat kehilangan perisai, kehilangan pemimpin yang mampu menghapuskan penjajahan. Kepemimpinan umat atas seorang khalifah telah mengalami kekosongan selama satu abad. Selama satu abad itu pula umat merasakan berbagai kesempitan, bahkan tumbuhan dan hewan ikut merasakan dampaknya.
Untuk itu, harus ada satu kepemimpinan oleh seorang Khalifah yang akan memobilisasi pengiriman pasukan tentara pembebas. Dalam riwayat dari Imam Bukhari-Muslim dikatakan Imam atau khilafah adalah Perisai. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu (laksana) perisai, dimana (orang-orang) akan be llnrperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya. Jika seorang imam (Khalifah) memerintahkan supaya takwa kepada Allah ’azza wajalla dan berlaku adil, maka dia (khalifah) mendapatkan pahala karenanya, dan jika dia memerintahkan selain itu, maka ia akan mendapatkan siksa.”
Secara global saat ini tak ada hal yang membuat Zionis Israel takut. Umat haruslah sadar bahwa urusan Genosida di berbagai negeri sudah jelas menjadi urusan bersama terutama urusan kaum Muslim. Tentu saja bukan hanya menjadi urusan umat yang berada disana saja. Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Bukhari dan Muslim).
Umat perlu kesadaran yang sama untuk melihat jalan perjuangan yang lurus. Jalan yang ditempuh oleh Rasulullah dalam meraih kepemimpinan, yakni kesadaran pemikiran tanpa kekerasan fisik. Sudah saatnya bergabung dalam jamaah perjuangan politis yang istiqomah. Yang fokus bertujuan melanjutkan kembali kehidupan Islam. Semua hanya terwujud sebagaimana yang pernah dicontohkan oleh para Khulafaur Rasyidin. Sistem yang dijalankan oleh sahabat Abu Bakar, Umar, Ustman, dan Ali serta para pengikut setelahnya.
Kepemimpinan ini sering kita dengar dengan ucapan Khilafah Islamiyyah. Saat kita menginginkan dan turut memperjuangkan tegaknya Khilafah Islam, tandanya kita ingin segera mengakhiri penderitaan Palestina dan sekitarnya. Sekaligus mengharap keridhoan dari Allah atas berlangsungnya kehidupan dunia. Semoga Allah istiqomahkan kita. Wallahu alam bish shawwab. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google