

Adalah kisah seorang wanita yang hidup dalam gubuk. Ia selalu menyembah Tuhannya, melaksanakan shalat lima waktu, dan berpuasa di bulan Ramadhan. Ia lebih bahagia daripada wanita yang hidup di istana yang megah, yang diapit oleh menara-menara tinggi, para pembantu dan banyak pengawal.
Wanita mukminah yang tinggal di rumah reot yang hanya tersedia roti sya’ir (yang terbuat dari gandum) dan air tawar bersamanya kitab dan tempat memuji Tuhan-Nya, lebih bahagia daripada wanita yang hidup di menara gading dengan kamar yang diliputi beludru. Dia tidak mengetahui siapa Tuhannya, siapa tuannya, dan dia juga tidak mengikuti Rasulnya. Sungguh, pahamilah makna kebahagiaan. Kebahagiaan bukan dalam definisi yang sempit dan menyesatkan. Banyak orang menyangka bahwa apa yang dipikirkan adalah benar. Mereka mengira bahwa kebahagiaan adalah dolar, dinar, dirham, real, kasur yang empuk, pakaian yang indah, makanan yang lezat, minuman yang enak, dan kendaraan yang mewah. Tidak!
Kebahagiaan adalah kerelaan hati. Kebahagiaan adalah tenangnya hati kecil kita. Kebahagiaan adalah ketenangan jiwa, ketenteraman sanubari, hati yang terbuka, budi pekerti yang baik, akhlak mulia yang dibarengi dengan sifat menerima dan merasa cukup dengan nikmat yang diberikan.