View Full Version
Rabu, 04 May 2011

Doa Para Mujahidin Saat Mendapatkan Ujian Dalam Perjuangan

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Di tangan-Nya semua kebaikan. Dia-lah pemilik hakiki semua kekuasaan. Dia berikan kekuasaan kepada siapa yang Dia kehendaki dan dicabutnya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Dia muliakan orang yang Dia kehendaki dan Dia hinakan orang yang kehendaki-Nya. Dan sungguh Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.

Shalawat dan salam semoga terlimpah baginda Rasulillah, Shallallahu 'Alaihi Wasallam, yang telah menunaikan amanat, menasihati umat, dan berjihad di jalan-Nya dengan sebenar-benarnya jihad. Semoga juga shalawat dan salam dilimpahkan kepada keluarga dan para sahabatnya serta umatnya yang senantiasa mengikuti sunnah-sunnahnya dan melanjutkan perjuangannya.

 

 

"Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (QS. Ali Imran: 147)

Kandungan Doa

Doa di atas merupakan salah satu doa yang diabadikan Allah dalam Al-Qur'an. Menunjukkan bahwa doa tersebut sangat berkhasiat dan bermanfaat. Dan pastinya mengandung keberkahan bagi siapa yang membacanya.

Doa tersebut dipanjatkan oleh para mujahidin (orang-orang yang berperang di jalan Allah) dari kalangan ulama, orang shalih dan bertakwa saat mereka menghadapi kesulitan dan cobaan dalam perjuangan. Yakni saat sebagian mereka gugur di medan perang. Bahkan saat pemimpin mereka juga ikut menjadi salah satu korbannya, karena ayat ini dan ayat-ayat sebelumnya menceritakan tentang orang-orang yang Allah cela saat perang Uhud karena meninggalkan medan perang, melemah dan menyerah di hadapan musuh sesudah terdengar desas-desus bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah terbunuh. Namun, mereka itu tetap teguh, tidak melemah, tidak menyerah, dan terus memohon pertolongan kepada Allah Ta'ala.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

كَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ وَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ إِلَّا أَنْ قَالُوا رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

"Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah  kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir"." (QS. Ali Imran: 146-147)

Saat menghadapi kesulitan dan ujian dalam perjuangan, mereka berusaha tetap bersabar dan teguh dalam menghadapi musuh. Namun mereka tidak mengandalkan tekad diri mereka semata, tapi juga bersandar kepada Allah dengan memohon ampunan atas dosa yang menjadi sebab datangnya petaka, memohon diteguhkan kaki saat berhadapan dengan musuh sehingga tidak goyah dan lari kebelakang, serta memohon kemenangan atas orang kafir.

Jadi mereka menggabungkan antara sabar dan meninggalkan kebalikannya (kabur dan menyerah), dengan taubat, istighfar, dan memohon pertolongan. Dan ini menjadi kunci datangnya pertolongan Allah, "Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu." Sehingga Allah memberikan balasan yang baik bagi mereka di dunia dan akhirat sebagaimana yang disebutkan pada ayat sesudahnya,

فَآَتَاهُمُ اللَّهُ ثَوَابَ الدُّنْيَا وَحُسْنَ ثَوَابِ الْآَخِرَةِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

"Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS. Ali Imran: 148)

Pahala di dunia berupa pertolongan, kemenangan, dan ghanimah. Sementara pahala yang baik di akhirat adalah ridha Allah dan kenikmatan abadi di surga. Semua itu dikarenakan mereka senantiasa mengerjakan kebajikan sehingga Allah memberikan balasan yang terbaik. Karenanya di ujung ayat disebutkan, "Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan." Yaitu mereka yang baik dalam beribadah kepada Allah dan baik dalam bermu'amalah dengan makhluk, dan terkhusus –yang merupakan bagian dari makna ihsan- bersikap sebagaimana mereka saat berjihad memerangi musuh. (Disarikan dari Taisir al-Karim al-Rahman, Syaikh Abdurrahman bin Nashir al-Sa'di)

Kenapa Mereka Memohon Ampun?

Sesungguhnya para mujahid juga manusia yang tidak maksum sehingga saat mereka beristighfar mereka mengakui akan kekurangan dan kelemahan diri mereka. Dan ini menjadi pelajaran bagi para mujahid agar tidak merasa menjadi manusia suci. Walaupun mereka sedang mengerjakan amal tertinggi dalam Islam, mereka tetaplah manusia yang penuh dengan kelemahan, khususnya dalam menjaga perintah-perintah Allah Ta'ala. Mereka juga masih bisa salah dalam keputusan dan ijtihadnya. Sehingga mereka akan tetap terbuka menerima teguran dan nasehat, selalu memohon ampun atas kesalahan dan dosa-dosa, dan senantiasa memohon petunjuk kepada-Nya.

Sesungguhnya dosa dan tindakan melampaui batas merupakan sebab terbesar datangnya kehinaan dan kekalahan. Sebaliknya, bersih dari dosa termasuk salah satu sebab datangnya pertolongan dan kemenangan. Sehingga mereka memohon ampunan kepada Allah Ta'ala. Karena tidak ada yang bisa mengampuni dosa kecuali hanya Dia semata.

Sesungguhnya dosa dan tindakan melampaui batas merupakan sebab terbesar datangnya kehinaan dan kekalahan.

Sebaliknya, bersih dari dosa termasuk salah satu sebab datangnya pertolongan dan kemenangan.

Kekalahan pasukan mukminin pada perang Uhud juga dikarenakan dosa-dosa dan tindakan melampaui batas yang mereka lakukan. Hal ini seperti yang disebutkan pada ayat 152, adalah karena tumbuhnya sikap melemah karena berbangga diri, berselisih dan tidak bersatu, menghianati perintah Rasul, dan salah niat dalam berjihad. Karenanya, untuk mendapatkan pertolongan Allah kembali dan kemenangan, mereka diperintahkan untuk bertaubat dan beristighfar.  

Langkah Awal Mencapai Kemenangan

Sesungguhnya langkah awal untuk mencapai kemenangan dalam perjuangan itu datang dari dalam diri para pejuangnya. Yaitu dengan menundukkan hawa nafsunya dan membersihkan jiwanya dari kotoran-kotoran dosa dan kesalahan. Caranya, dengan beristighfar (memohon ampun) kepada Allah, karena tidak ada yang bisa mengampuni dosa kecuali hanya Dia semata.

Itulah yang dilakukan para pengikut Nabi terdahulu saat mereka mendapatkan kekalahan dan memperoleh ujian dalam perjuangan fi sabilillah, sehingga Allah menolong dan memberikan kemenangan bagi mereka atas orang-orang kafir.

"Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah  kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir"." (QS. Ali Imran: 146-147)

Mereka tidak menyalah-nyalahkan kepada pihak lain, tapi mereka meneropong dalam diri sendiri. Mereka mengintrospeksi dosa dan kesalahan mereka lalu memohon ampun kepada Allah Ta'ala. Inilah langkah pertama yang sering luput dari perhatian kebanyakan kita saat banyak fitnah menimpa dan saat menginginkan kemenangan.

Saat banyak fitnah menimpa: tidak menyalah-nyalahkan kepada pihak lain, tapi meneropong dalam diri sendiri. Mengintrospeksi dosa dan kesalahan lalu memohon ampun kepada Allah Ta'ala.

Lalu yang kedua, memohon keteguhan kepadanya, "Dan tetapkanlah pendirian kami". Ini juga tempatnya ada dalam jiwa, karena keteguhan itu berawal dari keteguhan dan kemantapan hati. Hal ini bisa diwujudkan dengan menjaga kesuciannya dari dosa-dosa, istiqamah dalam berbagai ibadah, khususnya shalat malam, tilawah al-Qur'an, dan amal-amal ibadah lainnya. Semoga Allah segera menurunkan pertolongannya kepada umat Islam dan menjadikan agama-Nya di atas agama-agama dan ideologi lainnya. [PurWD/voa-islam.com]

Tulisan Terkait:

1. Jihad Tak Akan Berhenti dengan Kematian Usamah bin Ladin

2. Jika Para Syuhada Tidak Mati, di Manakah Arwah Mereka?

3. Doa Agar Terhindar dari Musibah Agama

4. Bolehkah Menyebut Syaikh Usamah Syahid?

5. Doa' Para Mujahidin Saat Mendapatkan Ujian Perjuangan


latestnews

View Full Version