Oleh: Badrul Tamam
“Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya kenikmatan yang telah Engkau berikan, dari berubahnya kesehatan yang telah Engkau anugerahkan, dari siksa-Mu yang datang secara tiba-tiba, dan dari segala kemurkaan-Mu.”
Sumber Doa
Diriwayatkan dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'Anhuma, ia berkata: termasuk salah satu doa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
اَللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ
“Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya kenikmatan yang telah Engkau berikan, dari berubahnya kesehatan yang telah Engkau anugerahkan, dari siksa-Mu yang datang secara tiba-tiba, dan dari segala kemurkaan-Mu.” (HR. Muslim)
Penjelasan
Ini adalah salah satu doa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang sangat agung. Di dalamnya berisi perlindungan dari 4 perkara yang dibenci dan ditakutkan setiap muslim. Yaitu hilangnya nikmat, berubahnya kesehatan, siksa yang datangnya tiba-tiba, dan seluruh kemurkaan Allah. Dimintakankan kepada Allah karena Dia pemilik kebaikan dan kemudharatan. Jika Allah sudah menghendaki kebaikan untuk hamba, tidak ada yang bisa mencegahnya. Sebaliknya, jika Dia menghendaki keburukan atas hamba maka tidak ada yang bisa mencegahnya. Karena Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Dan jika Allah menimpakan suatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.” (QS. AL-An’am: 17)
Hilangnya Nikmat
Maksudnya berlindung kepada Allah dari hilangnya nikmat-nikmat Allah yang dzahir maupun yang batin. Nikmat berkaitan dengan materi duniawi atau dien masuk di dalamnya. Dan nikmat agama (Islam) adalah lebih paling agung.
Nikmat-nikmat ini, tidak ada yang mengetahui detailnya kecuali Allah Ta’ala. “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.” (QS. Al-Nahl: 18)
Doa ini mengandung makna agar Allah menjaga nikmat-nikmat tersebut dan menambahkannya untuk dirinya. Dan terjaga dan bertambahnya nikmat itu dengan syukur.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"." (QS. Al-Ibrahim: 7)
Menurut imam Ibnu Katsir rahimahullah, "Jika kamu bersyukur atas nikmat-Ku kepadamu, pasti Aku akan tambah dari nikmat itu untukmu." {dan jika kalian kufur}, maksudnya: kalian mengufuri nikmat-nikmat, menyembunyikan dan mengingkarinya {maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih} dan itu dengan diangkatnya nikmat itu dari mereka dan menyiksa mereka atas kekufuran terhadap nikmat-nikmat tadi."
Umar bin Abdul Aziz berkata, “Ikatlah nikmat-nikmat Allah ‘Azza wa Jalla dengan bersyukur kepada-Nya.”
Maka doa isti’adzah ini mengandung permintaan agar diberi taufik menyukuri nikmat-nikmat Allah dan terjerumus ke dalam maksiat. Karena maksiat akan menghilangkan nikmat.
Berubahnya Kesehatan
‘Afiyah adalah selamat dari sakit, bencana dan musibah. Berlindung dari berubahnya kesehatan adalah meminta kepada Allah agar tidak merubah ‘afiyah tadi menjadi sakit, tertimpa bala’ dan musibah. Maka doa ini, secara tidak langsung, meminta senantiasa sehat dan sejahtera.
Kenapa berlindung dari berubahnya kesehatan dan kesejahteraan? Karena hilangnya kesehatan dan kesejahteraan menyebabkan hidup terasa tidak nyaman. Ia tidak bisa bekerja untuk dunianya atau melaksanakan perintah-perintah agama. Apalagi sakit, bencana, dan bencana sering menyebabkan orang berkeluh kesah, tidak terima kepada keputusan takdir, marah kepada Allah, tidak ridha terhadap qadha’-Nya, dan tidak mau lagi beribadah kepada-Nya.
Datangnya Siksa Secara Tiba-tiba
Fuja-atun Niqmah artinya hukuman atau siksa yang datangnya tiba-tiba atau mendadak, tanpa diprediksi sebelumnya.
Hukuman berupa kecelakaan yang membuat cacat, kematian mendadak, bencana dan musibah yang menghabiskan harta, atau semisalnya yang datang secara tiba-tiba akan sangat berat ditanggung jiwa. Berbeda kalau datangnya diawali dengan sinyal dan bertahap. Terlebih, korbannya tidak memiliki kesempatan lebih untuk meminta ampun, bertaubat, dan menyiapkan amal-amal kebaikan. [Baca: Ingat, Kematian Mendadak Semakin Marak di Zaman Sekarang!]
Semua Kemurkaan Allah
Maksud berlindung dari semua kemurkaan Allah adalah berlindung dari sebab-sebab yang mendatangkan murka Allah ‘Azza wa Jalla dalam bentuk perkataan maupun perbuatan. Siapa yang Allah murka kepadanya sungguh ia celaka dan merugi. Kemurkaan Allah disebabkan kemaksiatan hamba. Bisa berupa meninggalkan perintah atau menerjang larangan. Terkadang, maksiat yang menyebabkan Allah murka sesuatu yang remeh di mata manusia. Karenanya Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam berlindung dari semua kemurkaan-Nya.
Apabila sebab-sebab yang mengundang kemurkaan Allah hilang dari hamba maka ia mendapatkan lawannya, yakni ridha Allah Subhanahu wa Ta'ala. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]