View Full Version
Senin, 13 Mar 2017

Ngaji di Perjalanan, Malaikat Menemani di Kendaran

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam- keluarga dan para sahabatnya.

Diriwayatkan dari Mu’awiyah bin Qurrah, ia berkata: aku medengar Abdullah bin Mughaffal bertutur:

قَرَأَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم عَامَ الْفَتْح فِي مَسِيرٍ لَهُ سُورَةَ الْفَتْحِ عَلَى رَاحِلَتِهِ، فَرَجَّعَ فِي قِرَاءَتِه

“Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam membaca surah al-Fath diatas untanya dalam perjalanan Fathu Makkah, beliau membacanya dengan melagukannya.”

Mu’awiyah berkata : jika saja aku tidak senang melihat orang menegerumuniku, aku akan menirukan bacaannya .” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam membaca Al-Qur'an dengan melagukannya sehingga terdengar bagus suara bacaannya. Hal ini dibolehkan. Bahkan disunnahkan karena lebih bisa menghadirkan kekhusyu’an, lebih membekas di hati, dan jiwa tertarik untuk menyimaknya.

Imam al-Nawawi menyebutkan ijma’ ulama untuk memperbagus suara saat membaca Al-Qur'an dan membacanya dengan tartil. Ini sesuai sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, “Hiasilah Al-Qur'an dengan suara-suara kalian.”

Hadits ini menerangkan petunjuk Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam safar (perjalanan) di atas kendaraan; mengisinya dengan membaca Al-Qur'an dan berdzikir. Tilawah Al-Qur'an adalah bentuk dzikir paling utama. Masuk di dalamnya aktifitas-aktifitas positif seperti menyimak murattal, bacaan hadits, ceramah, dan semisalnya.

Apabila seorang muslim mengisi safarnya dengan dzikir, membaca Al-Qur'an, mendengarkan murattal, menyimak ceramah yang manfaat, atau semisalnya maka Malaikat yang akan menjadi teman safarnya di dalam kendaraannya. Sebaliknya, jika safarnya diisi nyanyian lahwun –apalagi berisi maksiat-, atau aktifitas yang tak bermanfaat maka –kita berlindung kepada Allah- syetan yang akan menjadi teman perjalannya.

Uqbah bin Amir Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

ما من راكب يخلو في مسيره بالله وذكره، إلا كان رِدفه مَلَكٌ، ولا يخلو بشعرٍ ونحوه إلا كان رِدفه شيطانٌ

“Tidaklah seorang pengendara dalam perjalanannya karena Allah dan disertai dengan dzikir, kecuali malaikatlah yang menjadi teman perjalannya. Dan tidaklah ada pengendara yang dalam perjalanannya disertai dengan Sya’ir (nyanyian) dan semisalnya (termasuk musik), kecuali syetanlah yang menjadi teman perjalannya.” (HR. Al-Thabrani no. 895. Disahihkan oleh Albani dalam Shahih al-Jami, no. 5706)

Bagi saudara-saudariku di Jakarta dan sekitarnya, perjalanan pergi dan pulang kerja sering ditemani kemacetan, manfaatkan waktu di kendaraan dengan tilawah, dzikir, istighfar, atau mendengarkan ceramah-ceramah! Supaya waktu kita tidak terbuang sia-sia. Karena setiap kesempatan ada pertanggungjawabannya. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version