View Full Version
Senin, 05 Jun 2023

Jika Doamu Benar, Pasti Dikabulkan!

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Doa adalah ibadah. Siapa berdoa kepada Allah maka dia telah beribadah kepada-Nya. Dengan itu dia dapat pahala. Semakin banyak berdoa semakin banyak ibadahnya sehingga banyak pula pahalanya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala suka kepada hamba yang berdoa dan meminta kepada-Nya. Karena dengan berdoa seorang hamba mengakui Rububiyah Allah dan Uluhiyyah-Nya. Dengan doa pula ia merasa tidak bisa lepas dari Allah dan selalu merasa butuh kepada-Nya. Doa juga bukti ketundukan dan tidak enggan beribadah kepada-Nya.

Sebaliknya, siapa enggan berdoa kepada Allah dan merasa tidak butuh kepada-Nya maka Allah murka kepada orang itu dan mengancamnya dengan sika jahannam yang menghinakan.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina".” (QS. Ghafir: 60)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

مَن لم يَسأَلِ اللهَ يَغْضَبْ عليه

Siapa tidak minta kepada Allah niscaya Allah marah kepadanya.” (HR. Al-Tirmidzi)

Cukuplah seseorang diberi taufiq berdoa telah mendapatkan anugerah istimewa. Sibukkan diri dengan berdoa dan jangan terlalu sibuk dengan pengabulannya. Karenanya, hendaknya ia tidak terburu-buru melihat ijabah doanya. Tetapi, ia menguatkan keyakinannya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan meyakini Tuhannya menginginkan kebaikan untuknya; baik disegerakan ijabah doanya atau ditunda.

3 Bentuk Dijabah Doa

Dari Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ : إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ ، وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ ، وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنْ السُّوءِ مِثْلَهَا

Tidaklah seorang muslim memanjatkan satu doa yang tidak mengandung dosa dan pemutusan silaturahim kecuali Allah memberinya salah satu dari tiga perkara: doanya tersebut dikabulkan segera, disimpan untuk nya di akhirat, atau dirinya akan dijauhkan dari keburukan yang senilai dengan permohonan yang dipintanya.” (HR. Ahmad dan dishahihkan Al-Hakim dan Al-Albani)

Jaminan dikabulkanya doa –berdasarkan hadits di atas- salah satunya dipengaruhi isi doa atau permintaan; yaitu isi doanya bukan maksiat dan kezaliman, serta bukan bentuk memutus silaturahim.

Jika isi doa seseorang adalah kebaikan, keutamaan, dan kebajikan maka akan diijabah dengan salah satu dari tiga bentuk:

Pertama, disegerakan pengabulan doa itu di dunia. Maksudnya, Allah ‘Azza wa Jalla ijabah/perkenankan doanya sehingga ia dapatkan pengabulan doanya itu di dunia. Baik bentuknya meminta nikmat atau dihindarkan dari bahaya.

Kedua, disimpan pengabukan dia itu di akhirat. Maksudnya, Allah tunda pemberian pahala dan balasan doanya itu di hari kiamat; bentuknya bisa dengan ditinggikan derajatnya, mendapat ampunan dan rahmat, atau diselamatkan dari siksa neraka yang dahsyat.

Ketiga, dihindarkan dari keburukan serupa / sebanding dengan doanya. Yaitu, Allah ‘Azza wa Jalla Allah hindarkan dirinya di dunia ini dari keburukan dan musibah sekadar dengan doanya. Dalam riwayat lain di al-Tirmidzi, “atau Allah akan hapuskan dosa-dosanya sekadar dengan doanya.” Dengan sebab doanya maka Allah ampuni dosa dan maksiatnya sebanding dengan doanya; baik atau sedikit.

Salah seorang sahabat yang mendengar sabda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam ini menimpali,

إذَنْ نُكثِرُ

Kalau begitu kita perbanyak (doa),” supaya kita mendapat satu dari tiga keutamaan ini.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

اَللهُ أكثَرُ

Dan Allah lebih banyak (pemberiannya).

Maksudnya, pemberian Allah lebih banyak daripada doa kebaikan yang dipanjatkan hamba-hamba-Nya. Sebanyak apapun permitaaan dan doa seorang hamba maka pemberian Allah tidak ada habisnya. Pemberian Allah itu tanpa batas.

Dari sini seorang mukmin yakin bahwa doanya tidak akan disia-siakan, tidak akan ditolak jika terpenuhi syarat-syarat ijabah. Hanya saja Allah lebih tahu kemaslahatan hamba-hamba-Nya; dikabulkan di dunia, disimpan di akhirat, atau diganti dengan yang lebih baik yang segera atau tertunda.

Hendanya ia selalu berdoa kepada Allah dan tidak meninggalkannya. Dengan berdoa ia telah beribadah kepada Allah sebagaimana ia beribadah dengan ketundukan dan menyerahkan diri kepada-Nya. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version