View Full Version
Selasa, 15 Oct 2024

''Al-Hamdulillah'' Melindungi dari Musibah

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Musibah –apapun itu bentuknya- adalah ujian dari Allah Subhanahu wa Ta'ala bagi seorang hamba. Hendaknya ia sabar, ridha, dan berharap pahala dariNya Subhanahu wa Ta'ala. Sedangkan orang yang Allah selamatkan dari musibah itu hendaknya bersyukur kepada-Nya karena ia berada dalam nikmat dari-Nya.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

مَنْ رَأَى مُبْتَلًى فَقَالَ: الحَمْدُ للهِ الَّذِي عَافَانِي مِمَّا ابْتَلَاكَ بِهِ وَفَضَّلَنِي عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيلًا لَمْ يُصِبْهُ ذَلِكَ الْبَلَاءُ

Barangsiapa melihat orang yang tertimpa musibah kemudian mengucapkan,

الحَمْدُ للهِ الَّذِي عَافَانِي مِمَّا ابْتَلَاكَ بِهِ وَفَضَّلَنِي عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيلًا

‘Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkanku dari musibah yang diberikan kepadamu dan melebihkanku atas kebanyakan orang yang Dia ciptakan’, maka ia tidak tertimpa musibah tersebut.” (HR. Al-Bukhari)

Maksud melihat orang yang tertimpa musibah adalah mengetahuinya dengan melihat langsung atau mendengarnya. Dan musibah itu bisa menimpa urusan dunia seperti sakit, bangkrut, kecelakaan atau semisalnya. Bisa juga musibah menimpa agama –semoga Allah selamatkan kita darinya- seperti maksiat atau kesesatan.

Terhadap musibah dunia yang menimpa orang lain maka membaca dzikir ini dengan suara pelan. Dibaca untuk dirinya sendiri tanpa memperdengarkannya kepada saudaranya yang tertimpa musibah itu sehingga ia tidak tersinggung.

Sedangkan terhadap orang yang tertimpa musibah agama seperti pelaku maksiat, terlibat riba, pezina dan semisalnya maka membacanya dengan keras sehingga pelaku maksiat itu dengar. Tujuannya sebagai teguran keras dan nasihat baginya.

Imam al-Nawai rahimahullah –dalam Syarh Muqaddimah Kitab al-Jami’ milik Ibnu Abi Zaid Al-Qairawani- menjelaskan hadits ini,

قال هذا إنْ كان ممَّا ابتلاه الله به من أمور الدُّنيا كالخلقة أو ما شابه ذلك كأن يكون معاقًا أو مريضًا أو عنده شيءٌ من الأمراض فإنَّه يقولها سرًّا

Ia membaca bacaan ini jika musibah yang Allah timpakan padanya itu berupa musibah dunia seperti musibah pada fisiknya seperti cacat atau ia menderita jenis penyakit tertentu, maka ia membacanya dengan pelan.

أما ان كان من أمور الدِّين كالمعاصي وما شابه ذلك فإنَّه يرفع بها صوته ويُسمعه إيَّاها ليتَّعظ بها

“Jika musibahnya itu beurpa musibah agama seperti maksiat dan yang serupa dengan itu maka ia baca dengan mengeraskan suaranya dan memperdengarkan kepadanya supaya ia sadar dengannya.”      

“Al-Hamdulillah” yang dibacanya ini sebagai ungkapan syukur karena Allah yang telah selamatkan dirinya dari musibah yang menimpa orang itu. Allah memberikan kesehatan dan keselataman kepada dirinya dari bala’ dan musibah tersebut. Dengan ini ia sadar telah mendapat anugerah besar dari Allah dan dilebihkan dalam kesehatan dan keselamatan dari-Nya. Karenanya, ia bersyukur kepada Allah atas keselamatan dirinya dari keburukan-keburukan yang dilihatnya.

Faidah membaca “Al-Hamdulillah” di atas adalah: maka ia tidak tertimpa musibah tersebut. Maksudnya adalah bacaan dzikir dan hamdalah ini menjadi sebab diperolehnya penjagaan dari Allah untuk dirinya dari bala’ (musibah) yang menimpa orang lain. Pada awalnya, ia tidak terjamin aman dari musibah tersebut. Lalu Allah memberikan kesehatan kepadanya dan merahmatinya dengan sebab doanya. Karenanya, hendaknya setiap kita senantiasa mengingat nikmat Allah dan bersyukur kepada-Nya.

Ringkasnya bahwa dzikrullah dan memuji Allah benar-benar akan menjaga seseorang dan menyelamatkannya dari musibah. Wallahu a’lam. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version