“Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi-Mu keturunan yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar (memperkenankan) do’a” (Q.S. Ali’Imran, 3:38)
Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi anak yang “baik”. Tapi apakah orang tua menyadari bahwa baik buruknya perilaku yang ditampilkan oleh anak sangat dipengaruhi oleh bagaimana cara orang tua mendidik anak. Lantas pertanyaan selanjutnya adalah, sudah benarkah cara orang tua dalam mendidik anak?
Secara umum ada 4 tipe pola asuh yang dipakai orang tua dalam mendidik anak, yaitu: Orang tua yang otoriter, orang tua permisif, orang tua yang demokratis dan orang tua yang mengabaikan. Keempat tipe ini dibedakan berdasarkan tingkat perhatian/kehangatan dan tingkat kontrol yang diberikan orang tua kepada anak.
Seperti apakah orang tua yang otoriter?
Orang tua dikatakan memiliki pola pengasuhan otoriter jika menerapkan kontrol yang tinggi terhadap anak akan tetapi tidak diberengi dengan tingginya perhatian dan kehangatan. Orang tua banyak menuntut dan tidak mendengarkan alasan-alasan yang dikemukakan anak. Kata yang umumnya terdengar dari orang tua yang seperti ini adalah “Apapun yang saya suruh kamu lakukan, ya lakukan”
Jika teknik mendisiplinkan anak ini juga disertai dengan hukuman maka kemungkinan anak menjadi lebih agresif , tidak bisa diajak kerjasama, takut akan hukuman, memiliki rasa berharga diri dan kompetensi yang rendah ketika bergaul dengan temannya
Kebanyakan orang tua, karena merasa sayang terhadap anak, cenderung menuruti apapun yang anak inginkan. Orang tua seperti ini dikatakan orang tua yang permisif. Memang baik jika orang tua bisa memberikan apa yang anak butuhkan, tapi tentunya harus ada batasan, agar orang tua tetap bisa mengarahkan anak, bukan sebaliknya anak yang mengarahkan orang tua. Orang tua tipe permisif ini memberikan kasih sayang/kehangatan yang begitu tinggi kepada anak, tapi tidak dibarengi dengan adanya kontrol terhadap perilaku anak, jadi pusat kontrol malah berada pada si anak. Anak-anak dari orang tua yang memiliki pola pengasuhan permisif biasanya menjadi anak yang mandiri namun tidak bertanggung jawab.
Tipe ideal adalah ketika orang tua memiliki pola pengasuhan yang sifatnya demokratis. Orang tua seperti ini seimbang dalam memberikan kasih sayang /kehangatan dengan tuntutan/kontrol terhadap anak. Mereka menerapkan standard perilaku yang harus ditampilkan oleh anak dan meminta anak untuk mematuhinya, disamping itu orang tua sangat terlibat dengan aktivitas yang dilakukan anak, memperhatikan kebutuhan anak, membangun komunikasi yang baik dengan anak, mau mendengarkan anak dan menghormati pandangan anak. Hasilnya anak-anak yang diasuh dengan gaya pengasuhan seperti ini, mereka penuh percaya diri, terkontrol, dan popular diantara teman-temannya.
Pola pengasuhan yang terakhir adalah ‘mengabaikan’. Orang tua tipe ini, sedikit sekali memberikan kontrol dan kasih sayang terhadap anak. Orang tua jarang terlibat dengan aktivitas-aktivitas yang dilakukan anak. Umumnya, anak-anak yang berasal dari keluarga seperti ini adalah anak-anak yang menampilkan perilaku anti-sosial, impulsif, tidak mempunyai rencana hidup ke depan, lebih cepat dalam merokok dan minum-minuman keras.
Bagaimana menerapkan gaya pengasuhan demokratis dalam kehidupan sehari-hari?
Mudah-mudahan dengan menerapkan pola pengasuhan yang demokratis, doa kita sebagai orang tua untuk memiliki anak-anak yang baik dapat terwujud. Amin.
(Ummu Mahira)