JAKARAT (voa-islam.com)--Arsitektur pembangunan Indonesia di era Orde Baru dinamakan Master Plan Pembangunan Bangsa. Master Plan ini bersifat sekuler, deislamistik, bahkan menumbuhkan Islamophobia.
Sebaliknya, memanjakan misionarisme sehingga kristenisasi berlangsung secara ugal-ugalan. Master Plan Pembangunan Bangsa disusun oleh lembaga think tank Centre for Strategic and International Studies (CSIS) yang didirikan pada 1 September 1971 dengan dukungan Ali Moertopo dan Soedjono Hoemardani (aspri Presiden Soeharto).
Mengantisipasi Master Plan tersebut, pada 1985 Dewan Dakwah menyusun Master Plan Pembangunan Umat. Master plan itu dirumuskan tim bentukan Dr M Natsir yang terdiri tokoh-tokoh pergerakan seperti Amien Rais, Kuntowioyo, Yahya Muhaimin, M. Mahyudin, Yusuf Amier Faisal, Endang Saefudin Anshari, AM Lutfi, M. Nursal, dan Hussein Umar.
Master Plan itu kemudian dikenal sebagai Khittah Dakwah Islam Indonesia (KDII) yang kemudian diberlakukan sejak 8 April 1990 sebagai pedoman bagi para da'i dan mubaligh di Indonesia.
KDII merupakan panduan untuk "Menghadapi berbagai macam tantangan kehidupan, terutama di bidang agama, politik, budaya, pendidikan, hukum, budaya, ekonomi dan pembangunan industri di Indonesia, guna melaksanakan dakwah ila-Allah".
Guna mengelaborasi kembali KDII di tengah situasi kekinian, Madrasah Ghazwul Fikry Majelis Fatwa & Pusat Kajian (Mafatiha) Dewan Dakwah, menggelar Halaqoh VII bertema Menafsir KDII di Tengah Pergumulan Ideologis Kontemporer.
Halaqoh diselenggarakan pada Selasa, 29 Desember 2016, pukul 12.30-15.15 WIB di Gedung Menara Dakwah Lt 6 Jl Kramat Raya 45, Jakarta Pusat.
Pembicara dalam Halaqoh ini adalah: Prof Dr AM Saefuddin (Ketua Pembina Dewan Dakwah), Ustadz H Mas'adi Sulthani MA (Pengurus Perguruan Pesantren Al-Azhar Pusat), H Abdullah Hehamahua MSc (eksponen '66 & mantan Penasehat KPK), dengan moderator HT Romly Qomaruddien, MA (Bidang Ghazwul Fikry & Harakah Haddamah Mafatiha Dewan Dakwah). Calon peserta dipersilakan menghubungi 085214023437 (Tatang) atau 087770259234 (Hadi). * [Rilis/Syaf/voa-islam.com]