View Full Version
Ahad, 12 Mar 2017

Urgensi Pendidikan Kaum Perempuan di Masa Kegemilangan Islam dalam Naungan Khilafah

Gemuruh takbir memenuhi Gedung Prajurit Balai Sudirman Jakarta dalam Konferensi Perempuan Internasional, Sabtu (11/03/2017). Konferensi ini merupakan akhir dari serangkaian kampanye Khilafah & Pendidikan yang diselenggarakan oleh Divisi Muslimah Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir yang bekerja sama dengan Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia. Konferensi yang mengangkat tema “Khilafah & Pendidikan, Menghidupkan Kembali Masa Keemasan” ini menghadirkan para pembicara dari dalam dan luar negeri.

Sister Nazreen Nawas (Inggris), Fika Komara (Indonesia), Umm Suhaib (Palestina), Nida Sa’adah (Indonesia), Zehra Malik (Turki), Najah As-Sabateen (Jordania), Dr. Ummu Sumayyah Ammar (Malaysia), Shadia aAs-Sayadi (Turki), Yasmin Malik (Belanda) adalah para orator yang menggugah kesadaran kaum perempuan untuk berkontribusi dalam membangun peradaban dan juga generasi emas.

Sesekali para pembicara tersebut bertanya dalam Bahasa Indonesia dan dijawab dengan semangat dari para peserta konferensi. Seperti ketika Sister Nazreen Nawas bertanya “Apakah ibu-ibu mengerti?” “Mengerti...” jawab peserta serempak. Atau ketika Najah As-Sabateen dari Jordania sesekali menyapa para peserta dengan mengggunakan Bahasa Indonesia “Saudari-saudariku...” dengan logat Arabnya yang kental, disambut gemuruh tawa dari para peserta karena pengucapannya yang kurang fasih. Demikianlah serba-serbi yang menghiasai serangkaian agenda Konferensi Perempuan Internasional yang kelima.

Zehra Malik dari Turki menyampaikan orasi yang berjudul “Urgensi Pendidikan Perempuan dalam Khilafah Islam”. Zehra mengawali orasinya dengan menyampaikan realitas bahwa media, para politisi dan organisasi-organisasi sekuler serta kaum feminis telah menuduh Islam bersifat misogynistic (benci terhadap perempuan). Mereka menyerang Syariah Islam telah menghalangi kaum perempuan dan anak-anak untuk maju dan berpendidikan.

Senyatanya Islam telah memerintahkan siapapun untuk menuntut ilmu (pendidikan). Yang artinya adalah, Islam tidak pernah menghalangi kaum perempuan dan anak-anak untuk sekolah lebih tinggi, bahkan Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu hingga liang lahat. Perintah Islam telah memerintahkan untuk memperoleh pengetahuan tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan. Bahkan Rasulullah memberikan satu hari khusus dalam satu minggu untuk pendidikan kaum perempuan di masjid Madinah.

...Kaum perempuan di bawah naungan Khilafah memiliki peran penting dalam pencerdasan masyarakat. Mereka berperan aktif dan berkontribusi dalam mewujudkan sebuah generasi dan peradaban emas...

Ummul Mukminin Aisyah ra disebut sebagai contoh yang paling berkilau yang menunjukkan pentingnya pendidikan kaum perempuan di dakam Islam. Semua isteri Nabi, puteri-puteri beliau dan shahabiyah yang tak terhitung jumlahnya memiliki kepribadian yang terpercaya dan cendikia dalam pengetahuan Islam, kedokteran, kepustkaan dan lain-lain. Islam tidak pernah menganggap kaum perempuan sebagai kelas dua sebagaimana yang dinarasikan oleh Barat. Bukankah narasi Barat yang dikeluarkan untuk menyerang Islam demikian jahat?

Namun kita juga memahami bagaimana upaya Barat yang tidak pernah ridha teradap umat Islam. Hal itu sudah dikabarkan oleh Allah SWT dalam al-Qur’an bahwa orang-orang kafir tidak akan pernah ridha terhadap umat Islam hingga kita mengikuti millah (jalan hidup) mereka.

Para penguasa Negara Khilafah menganggap pendidikan sebagai tanggung jawab negara. Oleh karenanya mereka berusaha untuk memenuhi kebutuhan kolektif masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas dan gratis.

Kaum perempuan di bawah naungan Khilafah memiliki peran penting dalam pencerdasan masyarakat. Mereka berperan aktif dan berkontribusi dalam mewujudkan sebuah generasi dan peradaban emas. Umm Darda as-sughra al-Dimashkiyya adalah seorang ahli hukum dan ulama. Beliau mengajarkan fiqih dan hadits kepada sebagian kaum laki-laki di masjid besar di Syam dan Yerusalem. Bahkan Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah murid beliau. Aisha binti Sa’ad bin Abi Waqqas adalah salah satu imam besar Imam Malik. Puteri Hasan ra, Nafisa binti Hasan adalah salah satu guru Imam syafi’i. Ibnu Hajar dan Ibnu Taimiyah memuji para guru perempuan mereka karena ilmu pengetahuan, kecerdasan, kesabaran, perilaku mulia, integritas, serta keshalihan mereka.

Fathimah al-Samarkandi adalah seorang ahli hukum. Beliau memberikan saran dalam hal yurisprudensi kepada suaminya yang juga ahli hukum terkenal. Lobana dari Cordova, Spanyol adalah seorang ahli matematika, penyair, penerjemah, direktur perpustakaan terbesar pada abad ke-10. Maryam al-Asturlabi, ia memberi fitur baru yang canggih ke astrolabe, sebuah perangkat astronomi. Masih banyak kaum perempuan lainnya yang lahir dari peradaban Islam yang sangat memuliakan kaum perempuan dan mampu berkarya dalam bidangnya masing-masing, serta bermanfaat bagi kehidupan umat manusia.

Sesungguhnya Khilafah tegak di tangan umat Muhammad yang mulia. Khilafah tegak memenuhi kebutuhan pendidikan bagi setiap warganya baik laki-laki maupun perempuan.  (MHTI/riafariana/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version