Oleh: Neneng Sri Wahyuningsih*
Mutiara Ummat mempersembahkan acara liqo syawal pada hari minggu, 7 Juni 2020 jam 15.00-17.30 WIB. Tema yang diusung, “Syawal 1441 H: Momentum Muslimah Produktif”. Acara ini disiarkan langsung melalui zoom meeting, FB live Mutiaraummatpage dan radio http://radiomutiara.caster.fm. Mutiara Ummat yang kepanjangan dari Muslimat Indonesia Antar Negara untuk Ummat, merupakan komunitas yang menghimpun para muslimah yang berada di negeri minoritas muslim agar tetap bisa mengkaji dan mengupgrade pengetahuan keislaman.
“Secara bahasa, produktif bermakna menghasilkan. Namun saat ini disalahartikan dengan makna menghasilkan sesuatu yang bersifat materi. Jika kita seorang muslimah, maka kembalikan lagi maknanya sesuai syari'at. Produktif berarti kita mengoptimalkan posisi sebagai hamba, menjadikan diri kita menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Sempit jika hidup atau produktif hanya dimaknai untuk menghasilkan materi." Demikian pernyataan Yuli Kusumadewi (Founder Rumah Baca Faqih) dalam talkshow sesi pertama Liqo Syawal Mutiara Ummat yang juga sebagai moderator di acara ini.
Lebih lanjut, ibu yang aktif berdakwah ini menjelaskan cara agar muslimah tetap produktif meski di masa pandemi ini. Kunci utamanya berada pada mindset. Pandemi ini menjadi momentum istimewa untuk semakin merekatkan hubungan dengan anak dan suami. Bukan malah sebaliknya menjadi celah peretak rumah tangga.
Ketika sudah memiliki mindset yang benar, maka kita bisa mengatur pikiran kita. Lantas mindset yang benar itu seperti apa?
Pertama luruskan niat. Niat ikhlas lillahita’ala. Mindset yang harus jalan adalah ini kesempatan untuk menghandle anak-anak seluruhnya. Kita sadari anak sebagai karunia dari Allah. Sehingga tidak memberikan kesempatan stress untuk merasuki pikiran kita.
Kedua, kita harus proaktif lakukan segala upaya. Mengambil bagian dari solusi. Maka semuanya akan ringan. Ibnul qayyim al jauziyah mengatakan, “Allah itu berdasarkan prasangka hambanya”. Jika Allah inginkan kebaikan untuk hambanya maka Allah akan mudahkan.
Ketiga, menjadi muslimah pembelajar. Haus akan ilmu. Dengan pandemi ini kita memiliki banyak kesempatan untuk mendapatkan ilmu dari mana-mana.
Keempat, menjadi orang yang berpikir maksimalis tidak minimalis. Berpikir maksimalis membuat dia ingin sekali produktif.
Dan terakhir, berpikir tidak untuk skup pribadi saja melainkan juga untuk orang lain (upaya untuk kebangkitan umat). Tidak egois hanya diri kita saja yang berarti di sisi Allah.
Adapun pembicara kedua, Annisa Theresia atau yang dikenal dengan panggilan Kak Tere (Motivator Hijrah dan Public Figur Muallaf). Beliau menyampaikan kondisi saat sebelum hijrah yang memaknai produktif dengan pencapaian materi. Pun ketika awal-awal hijrah, beliau masih berpikiran sama. Orientasi hidupnya seputar dunia dan materi. Disamping itu, tsaqofah-tsaqofah dari luar Islam seperti feminisme, liberalisme, kapitalisme masih bersemayam di benaknya. Saat itu, muslimah mantan penyanyi ini beranggapan bahwa syari'at Islam layaknya pagar-pagar yang akan membatasi geraknya. Sehingga beliau menyimpulkan, secara teori sudah muallaf namun secara tindakan belum mencerminkan seorang muslimah.
Menjelang akhir hayat, ibunya memberikan wasiat padanya agar menjadi muslim yang benar. Meskipun sebenarnya ibunya meninggal dalam keadaan belum memeluk Islam. Ia menganggap ini kode keras baginya. Tak berselang lama ayahnya juga meninggal namun dalam keadaan tak lagi sebagai muslim. Sejak saat itu, ia terus belajar Islam, mempelajari bagaimana Islam kaffah, berusaha meninggalkan pemikiran-pemikiran di luar Islam, dan selalu berdoa agar diwafatkan dalam keadaan husnul khotimah.
Perlahan ia juga menyadari bahwa Allah telah memberikan surat cinta bagi hambaNya sebagai tuntunan hidup selama di dunia. Maka kita harus kembali pada al-qur'an dengan mempelajari dan memaknainya dengan benar. Kini ia memahami bahwa kunci muslim/muslimah produktif adalah dengan meningkatkan keimanan dan ketakwaannya.
“Kita harus terus belajar dan minta pada Allah untuk selalu diberikan hidayah dalam mengetahui yang haq dan bathil, berkumpul dengan orang-orang shalih, dan memperbanyak bersyukur,” ujar Kak Tere di akhir diskusi.
Dan sebelum ditutup, moderator menyampaikan bahwa makna syawal adalah naik. Semoga syawal ini bisa kita jadikan sebagai momentum menjadi insan yang terus meningkatkan kualitas diri di hadapan Allah yakni menjadi hamba yang terbaik. Setelah digembleng di bulan Ramadhan, kita bisa berkomitmen meneruskan perjuangan menjadi muttaqin di sebelas bulan ke depannya.
Syawal merupakan start awal tangga menuju tercapainya hal-hal yang kita cita-citakan yakni mendapat maghfirah, jannah dan hadiah terindah. Caranya bagaimana? Tetap menjaga semangat menjadi muslimah yang produktif, berusaha untuk terus menjadi hamba Allah yang terbaik, meningkatkan ketaatan dan ketakwaannya dari hari ke hari, memperbanyak pengorbanan demi dien-Nya, dan menjadi manusia yang berkontibusi untuk ummat.
Alhamdulillah acara yang diikuti kurang lebih 80 peserta dari lintas negara ini berjalan dengan lancar. Acara semakin meriah dengan tampilan nasyid dan sapaan live ucapan hari raya serta harapan ke depannya dalam bahasa negaranya masing-masing. Dari benua Asia ada perwakilan dari Indonesia, Jepang, Korea, Turki, dan Riyadh. Sedangkan dari Benua Eropa diwakili oleh negara Swedia, Jerman, UK, Belanda, Finlandia, dan Norwegia. Wallahu a'lam bishshowab. (rf/voa-islam.com)
*Anggota Mutiara Ummat dan Revowriter Jepang
Ilustrasi: Google