Sahabat Voa Islam Peduli Kesehatan,
Lebah –kecuali yang jantan– dibekali senjata andalan berupa sengat berduri: terdiri atas jaringan keras menyerupai tiga buah jarum yang menyatu, membentuk kanal, untuk menyalurkan racun yang diproduksi kelenjar venom – kelenjar racun yang terangkai dalam umbai kelenjar asam.
Bagi yang hipersensitif, racun berbentuk cairan bening dengan bau tajam, larut air namun tidak larut dalam alkohol dan amonium sulfat, serta cepat kering, menjadi kristal buram ketika kena udara terbuka ini, dapat menyebabkan reaksi alergi serius: dari bengkak, demam, gatal sekujur tubuh, kejang, sesak napas, kulit membiru atau nadi berdenyut cepat, diikuti gejala kelumpuhan sementara, hingga tak mustahil menimbulkan situasi lebih fatal.
Meski demikian, bagi yang tidak hipersensitif, racun, yang komposisinya dapat dilihat pada tabel dibawah ini, tidak akan berdampak apa-apa –dalam sebuah kasus disebutkan, ada orang yang dapat tetap bertahan hidup meski diserbu 2.243 anggota “geng” lebah– bahkan bisa dimanfaatkan untuk pengobatan, yang dikenal dengan istilah apipungtur (The Acupuncture Bee Venom Therapy) atau sering disebut BVT (Bee Venom Therapy) saja.
BVT sendiri sebetulnya bukan sesuatu yang baru, sebab telah dipraktekan sejak dua hingga tiga ribu tahun lalu di Timur Tengah dan Cina berdasar teori Yi Du–Gong Du (racun melawan racun), meski baru diakui Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai salah satu pengobatan alternatif pada Konferensi Terapi Akupungtur Sengatan Lebah Sedunia ke-II di Nanjing, RRC, pertengahan September 1993..
Dalam pelaksanaannya, metoda pengobatan yang diduga dimulai setelah ada pengumpul madu yang disengat lebah merasakan penderitaannya karena artritis berkurang, akan merangsang titik-titik akupuntur (ada 360 titik) pada tubuh menggunakan sengatan lebah. Konon, kekuatan rangsangan yang ditimbulkan dapat bertahan lebih lama, sekitar 4 x 24 jam, dibanding jika mengandalkan jarum, yang hanya 15 menit saja.
Setelah diterapi, pasien tidak dianjurkan minum obat-obatan apotek pada hari itu. Sebaliknya, pasien dianjurkan minum madu untuk meredam “keliaran” racun lebah. Sedangkan bagi yang badannya panas dingin karena sengatan lebah, bisa menenggak air kelapa hijau sebagai penawarnya.
Membuat Sehat
Christopher Kim, direktur medis pada the Monmouth Pain Institute di Red Bank, New Jersey, telah membuktikan keampuhan cara pengobatan ini. Berdasar studinya selama dua tahun pada 108 penderita reumatik dan osteoartritis yang sudah tidak mempan dengan pengobatan konvensional, setelah 12 kali penyengatan (2 kali per minggu selama 6 minggu), menunjukkan adanya tanda-tanda perbaikan.
Studi lain yang dilakukan Ross Hauser, seorang dokter pada the Caring Medical & Rehabilitation Service di Oak Park, Illinois, berhasil mengintip kemampuan BVT dalam menolong penderita multiple sclerosis, penyakit yang biasa menyerang orang-orang di usia produktif (20–40 tahun), serta mampu mempengaruhi kemampuan otak dan sumsum tulang belakang dalam mengendalikan berbagai fungsi seperti melihat, berjalan, atau berbicara.
Hauser mengikuti perkembangan 51 pasien dengan catatan medis menderita kronik progresif multiple sklerosis selama setahun. Mereka memulai mendapat BVT dengan penyengatan sebanyak satu kali per minggu, kemudian meningkat menjadi sebelas “tusukan” dalam minggu-minggu berikutnya.
Hasilnya, 58% dari mereka dilaporkan merasakan keuntungan yang signifikan: dapat berjalan dan menaiki tangga serta melakukan pengontrolan usus besar dan kandung kencingnya secara lebih baik. Dengan kata lain, bagi mereka BVT betul-betul membuat sehat.
Sementara 30% lainnya merasa tidak memperoleh apa-apa, bahkan seorang pasien dikabarkan mendapat situasi lebih buruk.
Dalam perkembangan selanjutnya, rupanya BVT bisa juga diandalkan untuk menyembuhkan pasien dengan penyakit selain yang telah disebutkan, semisal hipertensi, dengan memberi sengatan pada bagian tengkuk dan bahu bagian kanan dan kiri; atau obesitas, dengan memberi 18 sengatan di tempat berbeda, mulai tulang ekor hingga kepala; atau juga penyakit yang selain itu.
Adapun mengenai dosisnya, disesuaikan dengan penyakit dan keadaan pasien. Pengobatan untuk pasien yang menderita sakit ringan cukup dengan 4–6 atau 6–8 sengatan. Jika sakitnya berat atau komplikasi, dapat diberikan antara 25–30 sengatan, tergantung kemampuan menerima.
Sementara bagi pasien baru, yang belum pernah menerima terapi, cukup sekali sengatan. Tiga sampai lima hari berikutnya diberikan dua sengatan. Selang 4–5 hari, tiga kali sengatan. Andai belum juga sembuh, selanjutnya bisa diberikan 6–10 sengatan secara bertahap.
Bila kondisi pasien cukup baik dan dirasakan ada banyak kemajuan, tiap tahapan bisa ditambah 1–10 kali sengatan pada titik-titik yang tepat, sesuai keadaan penyakit. Sedangkan bila tidak ada perubahan, atau justru malah memburuk serta menunjukkan tanda-tanda terkena alergi, sebaiknya pengobatan segera dihentikan.
Tidak untuk semua orang
Dari hasil utak-atik lebih lanjut diketahui, untuk bisa merasakan khasiatnya, orang tidak selalu mesti siap disengat, bisa pula dengan cara penyuntikan racun lebah yang diawetkan. Walau, menurut Prof. H.M. Hembing Wijayakusuma, selain mahal –untuk mendapatkan 1 gr racun kering, diperlukan 1.000 kali sengatan lebah pekerja Apis mellifera– daya penyembuhan dengan cara ini jadi berkurang, gara-gara efek racunnya tidak berlangsung lama.
Selain itu, diketahui pula, ternyata tidak semua penderitaan orang bisa ditolong dengan metode ini. Mereka yang sedang hamil; menderita penyakit jantung kongenital; kondisi kardiovaskuler; kelainan hematologis; arterosklerosis; infeksi purulen; hepatitis; nefritis; TBC; diabetes yang ketergantungan insulin (IDDM); demam; psikosis; penyakit venereal; sebelum dan setelah menjalani pembedahan; tumor malicious; penyakit liver dan ginjal, pengguna adrenocortical steroids dan atau nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs), pengguna beta blockers ; penderita depresi dan anak dibawah usia 12 tahun, tidak dianjurkan melakukan pengobatan ini.
Hal lain, ada daerah tertentu yang dilarang untuk diberi sengatan lebah demi keamanan dan kecantikan, yaitu daerah wajah, mata, pusar, daerah di sekitar organ intim, lubang dubur, serta daerah dekat jantung.
Sumber : dari berbagai sumber
=====*****=====
Yuga Pramita
(Penulis Buku “Ayat-Ayat Sehat”)