View Full Version
Ahad, 05 Mar 2017

Kelapa, Emas Hijau Indonesia

Menakjubkan, selama ini kita mengkonsumsi kelapa untuk hidangan penyegar tenggorokan dikala dahaga, namun pada kenyataanya ternyata kelapa bisa menjadi "Emas Hijau" bagi Indonesia, benarkah?
.
Simak tulisan Eep S. Maqdir ini, "Suatu hari saya berdiskusi dengan Prof. Wisnu Gardjito, yang banyak disebut orang The Cocoman. Pak Wisnu sempat saya undang untuk jadi narasumber di Talkshow Indonesia Asyik!. Prof. Wisnu berbicara dengan penuh semangat, terutama ketika berbicara tentang Kedaulatan NKRI, padahal waktu itu dengan kondisi sedang tidak fit."

 .
Prof. Wisnu Gardjito menjelaskan, salah satu yang membuat kelapa menjadi industri Bintang 5, adalah fungsinya yang tidak bisa digantikan. Belum ada yang bisa menggantikan fungsi santan untuk makanan dan fungsi minyak kelapa untuk pelembut produk-produk sabun, shampoo, dan kosmetik lainnya. Dahulu, produsen sabun, shampoo dan kosmetik menyembunyikan minyak kelapa dari komposisinya, tetapi sekarang mereka kembali berani mencantumkan “coconut oil” dalam ingredient di kemasan produknya. Santan sendiri, bukanlah penyebab meningkatnya kadar kolestoreol dalam darah. 
.
Eep menulis, "Saya jadi teringat, orang tua kita dahulu bisa mengolah sendiri minyak kelapa. Minyak kelapa asli sering diusapkan ke rambut untuk menjaga kesehatan rambut, ke tangan dan kaki agar tetap lembab, dll. Kelihatannya seperti “kampungan”, ternyata, sekarang minyak kelapa justru dipakai untuk kosmetik, dan produk kecantikan lainnya." 

[Khadijah, dikutip dari Facebook Eep S Maqdir]
.
“Di Eropa, minyak sawit mulai ditinggalkan untuk konsumsi, bahkan di Rusia dan Skandinavia sudah tidak dipakai sama sekali untuk konsumsi manusia, hanya digunakan untuk bahan bakar bio fuel atau pelumas sintetik. Allah sudah memberikan petunjuk, tupai dan hewan lainnya tidak mau konsumsi buah sawit,” ujar Prof. Wisnu. 
.
“Minyak goreng yang paling bagus adalah minyak kelapa, karena tahan pemanasan, titik didihnya tinggi. Berbeda dengan minyak lainnya, seperti minyak sawit, minyak jagung, kedelai, dan yang lainnya, karena titik didihnya rendah, ketika dipakai menjadi minyak goreng, maka akan ikut “terbakar” dan rusak berubah menjadi trans-fat, yang sudah jelas menyebabkan kanker. Oleh karena itu, minyak goreng yang beredar sekarang, selalu dilarang untuk digunakan berulang-ulang,” papar Prof. Wisnu
.
Minyak goreng dengan asam lemak trans (tram fatty add). Asam lemak trans banyak terdapat dalam lemak hewan, margarin, mentega, minyak terhidrogenasi, dan terbentuk dari proses penggorengan. Selain karsinogenik, lemak trans meningkatkan kadar kolesterol buruk, menurunkan kadar kolesterol baik, dan menyebabkan bayi-bayi lahir prematur. Dengan mempertimbangkan berbagai keterangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa minyak goreng yang paling aman bagi tubuh, terutama bagi pejuang kanker, adalah minyak kelapa, bukan minyak kedelai, min­yak bunga matahari, minyak canola, minyak zaitun, margarin, dan minyak sawit.
.
Kelapa mengalami kemunduran, ketika waktu itu terjadi pemusnahan secara besar-besaran perkebunan kelapa di Indonesia, digantikan dengan tanaman lainnya. Hal ini terjadi karena ketidak tahuan potensi pengolahan kelapa. Padahal, 7 milyar penduduk dunia, membutuhkan produk kelapa. 
.
Tentu saja, Kelapa yang merupakan tanaman endemik tropis, bagi Indonesia harusnya menjadi potensi yang luar biasa. Kelapa dapat diolah menjadi sekitar 1600 produk olahan, mulai dari Cooking Oil yang jauh lebih sehat dari minyak sawit, VCO, kecap, Desicated Coconut (tepung kelapa), sirup, nata decoco, briket/arang, cocofeat untuk pupuk/polybag ramahg lingkungan, asap cair untuk pengawetan dan pengusir hama, serabutnya bisa dijadikan bahan kursi jok mobil mewah; sabun kecantikan, body scrub, pelembab kulit, pengusir flu, dan bahkan bisa menjadi bioetanol.
.
Potensi kebun kelapa per hektar, dengan jumlah 300 pohon kelapa:
Potensi produk turunan kelapa layer-1:
1. Desiccated Coconut 3.150 kg /tahun
2. Nata De Coco 4.400 kg /tahun
3. Minyak Goreng 220 kg /tahun
4. Briket tempurung 780 kg /tahun
5. Cocofiber 2.200 kg /tahun
6. Cocopeat 2.750 kg /tahun 
 7. Galendo 150 kg /tahun
.
Ini belum sampai ke pengolahan menjadi VCO, sabun, kecap, dll. Produk olahan No, 2 sampai dengan 7, adalah “limbah”, karena selama ini yang diambil hanya daging kelapanya, yang kemudian sebagian besar dijadikan kopra yang nilainya sangat rendah. 
.
Sebagai contoh, untuk satu jenis produk turunan, misalnya nira dijadikan gula merah:
Jumlah pohon 300 batang /ha, menghasilkan 5 liter nira per batang per hari, setara 0.7 kg gula merah/gula kelapa.
Total Produksi per hari /ha : 1.500 liter nira/hari setara dengan 210 kg gula/ha/hari.
Total produksi gula per bulan /ha : 210 kg x 30 hari = 6.300 kg.
Harga gula Rp.15.000,-/kg.
Revenue :
Rp.94.500.000,-/ha/bulan
Rp. 1.134.000.000,-/ha/tahun
.
“Teknologi pengolahan, formula 1600 produk, sudah siap dijalankan, kita hanya tinggal menunggu siapa saja yang mau bermitra berinvestasi di bidang ini, dengan pola syariah dan bekerja sama mengentaskan kemiskinan para petani kelapa yang terjerat rentenir,” lanjut Prof. Wisnu Gardjito, sambil menunjukkan semua produk kelapa yang sudah beliau produksi. "Tanah airku Indonesia, negeri elok amat kucinta. Lagu Rayuan Pulau Kelapa ini, bukan tanpa maksud Ismail Marzuki menggubahnya.”
.
Menarik sekali bukan? Terbuka peluang bagi siapa saja yang berniat membuka usaha/berinvestasi di bidang kelapa. Silakan hubungi saya, di WA: 0813.3010.3010
.
Salam, Kang Eep
Swadaya Petani Indonesia
Koperasi Mitra Malabar

*Foto: sebagian produk olahan kelapa.


latestnews

View Full Version