Indonesia mengalami dua masalah gizi yang besar. Selain masih kekurangan gizi, kita juga mulai kelebihan gizi. Anak blita, anak sekolah, remaja dan orang dewasa masih banyak yang kurus, tetapi sekaligus mulai banyak yang gemuk.
Keadaan Gizi di Indonesia
Masalah gizi yang belum selesai adalah masalah gizi kurang dan pendek (stunting). Pada tahun 2013 prevalensi anak stunting 37.3 %, artinya 1 diantara tiga anak kita kemungkinan besar pendek. Sementara prevalensi gizi kurang telah turun dari 31% (1989), menjadi 17.9% (2010). Dengan capaian ini target SDGs sasaran 1 yaitu menurunnya prevalensi gizi kurang menjadi 15.5% pada tahun 2019 diperkirakan dapat dicapai.
Disparitas masalah gizi kurang menurut propinsi sangat lebar. Beberapa propinsi mengalami kemajuan pesat dan prevalensinya sudah relatif rendah, tetapi beberapa propinsi lain prevalensi gizi kurang masih sangat tinggi.
Hasil Riset Kesehatan Dasar 2010 mengungkapkan bahwa faktor pengetahuan, perilaku masyarakat sangat berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang di masyarakat. Data lain menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan.
Sementara itu, masalah gizi yang mengancam kesehatan masyarakat (emerging) adalah gizi lebih. Hal ini merupakan masalah baru selama beberapa tahun terakhir, yang menunjukkan kenaikan. Prevalensi gizi lebih, baik pada kelompok anak-anak maupun dewasa meningkat hampir satu persen setiap tahun. Prevalensi gizi lebih pada anak-anak dan dewasa, masing-masing 14,4% (2007) dan 21,7% (2010).
Di samping itu, secara umum pola konsumsi pangan masih belum mencerminkan pola makan yang sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Karakteristik pola konsumsi pangan masyarakat (Susenas, 2011), antara lain: Konsumsi kelompok minyak dan lemak, sudah diatas anjuran kecukupan; Konsumsi sayur/buah baru mencapai 63,3%; Konsumsi pangan hewani 62,1%; Konsumi kacang-kacangan 54%; Konsumsi umbi-umbian 35,8%; dan Kontribusi pangan olahan dalam pola makan sehari-hari sudah tinggi.
Kekurangan dan kelebihan gizi sama-sama berdampak negatif. Kekurangan gizi berhubungan erat dengan lambatnya pertumbuhan tumbuh (terutama pada anak), daya tahan tubuh rendah sehingga mudah sakit, kurangnya kecerdasan dan produktivitas kerja rendah. Adapun kelebihan gizi ditandai dengan kelebihan berat badan dan gemuk- berisiko terkena berbagai penyakit kronis /degenerative, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, PJK, Stroke, penyakit asam urat, dan beberapa jenis kanker.
Apa solusinya, yaitu “”Gizi Seimbang””
Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan da berat badan ideal.
1. Pentingnya membiasakan makan makanan beraneka ragam
Membisaakan makan makanan beraneka ragam adalah prinsip pertama dari gizi seimbang yang Artinyya, setiap manusia dimana saja membutuhkan makanan yang beranekaragam, karena tak ada satu pun makanan yang mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan tubuh, kecuali ASI untuk bayi sampai umur 6 bulan. Makin beragam maka makin terpenuhi kebutuhan akan berbaggai zat gizi…
Pola makan ber—Gizi seimbang bukan hanya memerhatikan zat gizi makro dan air, melainkan sumber zat gizi mikro juga…
Zat Gizi Makro: Karboohidrat, Protein dan Lemak
Zat Gizi Mikro; Vitamin dan Mineral
2. Pentingnya Pola Hidup Bersih
Prinsip Kedua dari pola makan dengan gizi adalah pola hidup bersih bahkan dalam agama islam terdapat kaidah yang mengatakan “Kebersihan adalah sebagian dari Iman”. Pola ber-gizi seimbang akan menjadi tak berguna bila tidak diikuti dengan pola hidup bersih. Seperti cuci tangan sebelum makan dengan air bersih dan sabun, menyajikan makanan dalam kondisi tertutup agar tidak dihinggapi oleh lalat atau serangga, serta mencuci sayur dan buah dengan air yang mengalir dan bersih .
3. Pentingnya pola hidup aktif dan berolahraga
Disini dituntut kesimbanggan antara asupan dan pengeluaran energi untuk berakktivitas. Bila energi yang masuk lebih kecil dari kebutuhhan energi untuk aktivitas, BB akan kurus dan menjadi kurus. Sebaliknya bila asupan energi tinggi dari aktivitas yang dikeluarkan maka dapat terjadi kegemukan. Sekarang kita dilanda syndrome yang dinamakan pola hidup santai yang dimana mendorong terjadinya kegemukan dan munculnya penyakit degenaratif, sebagai baggian dari beban ganda masalah gizi.
Para pendahulu kita dari generasi awal Islam, menunjukkan pentingnya membentuk jasmani yang kuat sebagaimana kita harus terus memupuk keimanan kita dengan menuntut ilmu agama dan beramal saleh. Umar bin Al-Khaththab radiallahu ‘anhu berkata:
عَلِّمُوْا أَبْنَائَكُم السِّبَاحَةَ وَالرِّمَايَةَ وَرُكُوْبَ الخَيْلِ
“Ajarilah anak-anak kalian berenang, memanah, dan menunggang kuda.”
Semua contoh aktivitas tersebut adalah dalam rangka mempersiapkan dan melatih jasmani kita agar senantiasa kuat dan sehat di dalam mengemban tugas-tugas yang Allah Subhanah wa Ta’ala berikan kepada kita. Di dalam buku ‘Nida’ ilal Murabbiyyin’, Asy-Syaikh Muhammad Jamil Zainu rahimahullah ketika mengomentari hadits, “Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih Allah Subhanah wa Ta’ala cintai daripada mukmin yang lemah”, beliau mengatakan, “Karena mukmin yang kuat jasmaninya akan lebih kuat dan lebih bersemangat di dalam menunaikan ibadah badaniyah seperti shalat, puasa, haji, jihad, dan yang selainnya.”
Oleh sebab itu Membiasakan hidup aktif bergerak dan berrolah raga teratur merupakan baggian dari pola hidup ber-gizi seimbang.
4. Pentingnya berat badan ideal
Keseimbangan antara asupan makanan dan aktivitas dapat diukur denggan naik turunnya BB. Badan yang sehat antara lain ditengarahi dengan kemampuan tubuh untuk mempertahankan BB ideal. Yang dimaksud BB ideal adalah BB yang serasi dengan tinggi badan.
5. Memberikan ASI saja kepada Bayi selama 6 Bulan
ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu kepada bayi umur 0 – 6 bulan tanpa diberikan makanan atau minuman tambahan selain obat untuk terapi (pengobatan penyakit). ASI merupakan satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi sosial maupun spiritual. ASI mengandung zat gizi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi.
Zat Gizi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan. ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat–zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susu memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari – sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan system saraf.
Dalam Ayat Alloh terangkan mengenai ASI, yaitu Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, iaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan” (Surah Al-Baqarah : ayat 233.
Berikut beberapa manfaat ASI antara lain:
[syahid/voa-islam.com]