Oleh:
Tri Wahyuningsih, Pegiat Literasi dan Media
SEJAK beberapa tahun lalu, Indonesia mengalami masalah gizi yang belum selesai yakni masalah gizi kurang dan pendek (stunting). Pada tahun 2019 ini angka prevelensi balita stunting mencapai angka 27,67 %. Di antara Negara-negara G-20, Indonesia angka stuntingnya tinggi di atas angka 20 % sebagai standard yang ditetapkan WHO. Melihat tingginya angka stunting yang mendera masyarakat, desakan banyak pihak agar pemerintah serius menurunkan angka stunting semakin menguat. Menteri Moeldoko didukung Mentan berinisiasi meluncurkan gerakan nasional piara 1 ayam tiap rumah.
Dikutip dari halaman CnnIndonesia, “Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengusulkan agar satu keluarga memelihara ayam untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. Ia mengatakan pemenuhan gizi anak bisa dilakukan dengan memberi asupan telur dari ayam yang dipelihara tersebut. Menurut Moeldoko, gizi yang diberikan sejak usia dini dapat menekan angka stunting alias gagal tumbuh akibat kurang gizi kronis pada seribu hari pertama. "Perlu setiap rumah ada (memelihara) ayam, sehingga telurnya itu bisa untuk anak-anaknya," kata Moeldoko di Kantor Staf Presiden, Jakarta, Jumat (15/11).
Gerakan piara satu ayam tiap rumah yang diwacanakan pemerintah untuk menyelesaikan masalah stunting ini sangat mengherankan dan lucu. Negeri dengan tanah subur yang terhampar luas di penjuru tanah air, menjadikan ternak ayam dirumah sebagai solusi. Bukankah ini menjadi mengatasi masalah dengan masalah. Ternak ayam dengan perkarangan atau halaman rumah sempit, menyebabkan kotornya rumah dan akan menimbulkan penyakit lainnya. Atau ketika memelihara ayam untuk menghasilkan telur yang bagus dan berkualitas tentulah harus diberi makanan gizi tinggi dengan harga pasti mahal. Ibarat kata, “Membeli makan untuk keluarga saja sulit, apalagi harus dibebankan membeli makan ayam.” Miris sekali solusi yang ditawarkan selevel penguasa negeri.
Negara Kapitalis : Atasi Masalah dengan Masalah
Solusi absurd yang ditawarkan penguasa untuk mengatasi stunting dengan piara satu ayam tiap satu rumah, hanya satu diantara sekian banyak solusi-solusi absurd untuk masalah-masalah rakyat lainnya yang pemerintah tetapkan. Masalah stunting ini selain kompleks juga sistemik. Sehingga semua solusi yang digencarkan pemerintah tidak akan menyelesaikan secara komprehensif, karena solusi tersebut digencarkan dibawah system kapitalis yang justru menjadi akar segala permasalahan.
Dalam era kapitalis sekuler ini, sulit bagi rakyat untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidupnya. Harga bahan pokok yang setiap saat mengalami kenaikan tinggi, berdampak pada sulitnya masyarakat memperoleh bahan makanan yang sesuai dengan syarat dan memenuhi standard gizi keluarga. Disamping itu, beban ekonomi semakin hari semakin menghimpit, memaksa wanita keluar rumah, terjun ke dunia kerja untuk menambah penghasilan keluarga. Peran wanita sebagai ibu, pengelola rumah tangga dan madrasatul ula bagi anak-anaknya kadang terabaikan karena peran tambahan ini. Ditambah lagi dengan dalih emansipasi wanita yang diserukan gerakan feminisme, menyebabkan wanita sibuk mengejar karir dan mengabaikan hak anak. Tak jarang, pengasuhan anak terbengkalai, pasokan gizi pun kadang luput dari perhatian.
Maka, wacana gerakan piara satu ayam tiap rumah sesungguhnya bukanlah solusi komprehensif dalam mengatasi masalah stunting, sebab mengatasi masalah stunting dan gizi buruk diperlukan solusi mendasar dan sistemik. Pengentasan masalah gizi bukanlah ditujukan hanya untuk memiliki tenaga kerja sehat yang dapat berperan aktif dalam perekonomian Negara sebagaimana tujuan akhir Negara kapitalis sekuler, yang menjadikan keuntungan orientasi segala solusi tiap permasalahan. Tetapi pengentasan stunting ditujukan dalam rangka memenuhi kebutuhan asasi rakyat atas dasar ketaatan kepada perintah Allah swt, sebagai penguasa yang diamanahkan tanggung jawab mengurusi rakyat dengan sebaik-baiknya pengurusan.
Islam Mengatasi Masalah Stunting
Kasus gizi buruk dan stunting merupakan kewajiban negara untuk mengatasinya. Karena merupakan bagian dari tanggung jawabnya. Berdasarkan hadits: " Kamu semuanya adalah penanggungjawab atas gembalanya. Maka, pemimpin adalah penggembala dan dialah yang harus selalu bertanggungjawab terhadap gembalanya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan At-Tirmidzi dari Ibnu Umar).
Stunting berkaitan erat dengan masalah kesejahteraan. Oleh karenanya, negara wajib menjamin kesejahteraan rakyatnya. Mekanismenya yaitu negara menerapkan sistem ekonomi islam yang terintegrasi dengan sistem islam secara keseluruhan. Di dalam sistem ekonomi islam, negara wajib memperhatikan kesejahteraan setiap individu rakyatnya agar terpenuhi kebutuhan pokoknya. Baik itu kebutuhan akan pangan, sandang, maupun papan. Juga kebutuhan tambahan berupa kebutuhan sekunder dan tersier. Karena itulah makna sejahtera. Dengan menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok dan tambahan individu per individu rakyat, mustahil terjadi kasus stunting dalam negara yang menerapkan sistem islam secara kaffah.
Di samping itu, negara akan menyerukan kepada setiap warganya terutama para orang tua agar memberikan perhatian dalam pengasuhan anaknya.Melakukan edukasi pentingnya mengasuh dan mendidik anak. Mengembalikan peran wanita sebagai ibu, pengatur rumah tangga, dan madrasah pertama anaknya. Memudahkan para ayah untuk mendapatkan akses mencari nafkah. Memudahkan rakyat untuk memperoleh kebutuhannya dengan harga yang terjangkau. Menjamin warga negara dalam mendapatkan hak kesehatan, pendidikan dan keamanan secara gratis.
Karena dalam Islam, fungsi negara adalah sebagai ra'in (pengurus) warga negaranya baik muslim dan non muslim. " Seorang pemimpin adalah pemelihara dan dia bertanggung jawab terhadap peliharaannya" (HR. Imam Bukhari dan Muslim). Pemimpin benar-benar bertanggung jawab atas rakyatnya. Bukan sebagai regulator atau fasilitor semata seperti dalam sistem kapitalisme saat ini. Dimana pemenuhan kebutuhan hidup diserahkan pada masing-masing individu rakyat.
Hak mendapatkan pangan dan kecukupan gizi merupakan hak setiap individu rakyat, termasuk di dalamnya hak anak-anak. Angka stunting dapat ditekan apabila negara menerapkan sistem islam. Sistem kehidupan yang berasal dari pencipta manusia. Yang memiliki mekanisme menyeluruh dalam mengentaskan permasalahan manusia tanpa menghadirkan masalah lainnya. Wallahu’alam.*