Oleh:
Mimi Ummu Qo
Aktifis Pemerhati Sosial
AWAL tahun 2019, dengan dana seadanya, Ulwan dibawa berobat ke Rumah Sakit Harapan Jayakarta. Dari hasil rontgen, ternyata di dalam usus Ulwan terdapat benjolan pembengkakan hingga perutnya membesar. Karena keterbatasan alat, untuk diagnosa lebih detil Ulwan dirujuk ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Miris,bocah malang itu tak bisa memperoleh pengobatan yang memadai di Rumah Sakit. Pengobatan BPJS tak bisa ditempuh karena beberapa kelengkapan administrasi tak bisa dipenuhi kedua orang tuanya.
Khadijah, sang ibunda tak bisa berbuat banyak, hanya bisa pasrah, bersabar dan berdoa untuk kesembuhan buah hatinya. Karena sang suami tak bisa lagi menjadi penopang. Sudah satu tahun uzur karena keterbatasan fisik dan sakit-sakitan.
Tak hilang akal, Khadijah harus mati-matian menjadi tulang punggung keluarga. Ia pun mengais rezeki sebagai penjual kerupuk kebab. Dengan penjualan yang tidak menentu, penghasilannya jauh dari cukup untuk biaya pengobatan Ulwan. Bahkan sekedar untuk makan dan menghidupi ketiga anaknya yang masih balita saja masih kekurangan.(voa-islam.com)
Abdul Hamid (60), warga Desa Tonggorisa, Kecamatan Palibelo, Kabupaten Bima, menderita lumpuh selama 20 tahun. Karena miskin, ia hanya bisa pasrah menunggu ajal lantaran tak punya biaya untuk berobat.(kompas.com)
Nurhayati (60) hanya bisa pasrah. Warga miskin di Pangkep itu kini berjuang menghadapi penyakit diabetes yang dideritanya sejak setahun terakhir.Akibat tak memiliki biaya untuk berobat serta tak ada yang mencari uang untuk keluarga ini, Nurhayati memilih tinggal di rumahnya sambil menahan rasa sakit. (news.rakyatku.com).
Kapitalisme Menggerus Kemanusiaan
Beberapa kasus diatas adalah secuil gambaran betapa buruknya pelayanan pemerintah terhadap rakyat. Tidakkah pemerintah negeri ini merasa bertanggung jawab atas derita yang menimpa sebagian besar rakyatnya? Atau sekedar iba lalu tergerak membantu, adakah? Nothing! Karena kedudukan mereka sebagai wakil rakyat bukanlah untuk kemaslahatan rakyat melainkan untuk kepentingan segelintir orang yang punya kuasa dan harta.
Begitulah kapitalisme, sangat ampuh menggerus kemanusiaan elite politik negeri ini. Kehadiran BPJS yang di gadang-gadang akan meringankan urusan perobatan semua kalangan dengan sistem”tolong-menolong” nya hanyalah bualan “penguasa boneka” semata. Toh, yang menjadi pusat perhatian mereka bukanlah mudahnya masyarakat mengakses layanan kesehatan, melainkan meraup keuntungan sebesar-besarnya dari iuran “paksa” yang mereka berlakukan pada kalangan menengah kebawah. Lihatlah betapa menggiurkannya gaji seorang Dirut BPJS Kesehatan. Bahkan setelah 2 bulan kabinet baru dilantik, mereka masih berkutat dengan defisit, defisit dan defisit yang dialami BPJS. Hingga detik ini politikus negeri ini masih sibuk mengkalkulasikan keuntungan yang bisa“dikantongi” BPJS Kesehatan dengan kenaikan premi per bulannya.
Ah begitulah, berbicara tentang kebobrokan kapitalisme memang tak akanada habisnya. Karena sejatinya kapitalisme sudah cacat sejak lahir dan akan menimbulkan kecacatan-kecatan turunan selama masih diterapkan. Sekarang mari kita perhatikan bagaimana awesome nya Sistem Islam dalam mengatur urusan ummat.
Islam Pionir Pelayanan Kesehatan Berkwalitas
Adalah Bymaristan sebuah Rumah Sakit sekaligus Sekolah Kedoktoran bersejarah yang menjadi garda terdepan dalam masalah pelayanan medis di saat bangsa-bangsa Barat sedang dalam masa keterpurukan. Pelayanan kesehatan melalui Rumah Sakit yang dalam bahasa Persia disebutBymaristan ini dirintis oleh Khalifah Al Walid dari Dinasti Bani Umayyah.(hidayatullah.com)
Rumah sakit ini dibiayai oleh para sultan, pejabat, maupun para saudagar yang menyerahkan istana dan aset mewahnya guna pengembangan pelayanan kesehatan masa itu. Termasuk, untuk gaji para dokter, tenaga kesehatan, serta staf rumah sakit lainnya. Awesome!
Pemerintah pada masa itu memfasilitasi masyarakat dengan layanan kesehatan yang menakjubkan dan berstatus high quality sebagai bentuk riayah (pengaturan) mereka terhadap rakyat.
Penguasa di masa peradaban Islam memahami betul bahwa kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Dimana mekanisme pemenuhannya adalah langsung dipenuhi oleh negara. Karena negara dalam Islam adalah sebagai pengatur urusan rakyat, dan penguasa sebagai pelaksana negara akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT atas pelaksanaan pengaturan ini.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
"Imam (penguasa) adalah pengurus rakyat dan dia bertanggung jawab atas rakyatnya (HR al –Bukhari dari Abdullah bin Umar ra.)"
Sudah Menjadi kewajiban Negara mengadakan rumah sakit, klinik, obat-obatan dan kebutuhan-kebutuhan kesehatan lainnya yang diperlukan oleh kaum Muslim dalam terapi pengobatan dan berobat.
Imam Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan dari Anas ra. Bahwa serombongan orang dari Kabilah Urainah masuk Islam. Lalu mereka jatuh sakit di Madinah. Rasulullah SAW selaku kepala Negara saat itu meminta mereka untuk tinggal di penggembalaan unta zakat yang dikelola Baitul Mal di dekat Quba’. Mereka dibolehkan minum air susunya sampai sembuh. Semua itu merupakan dalil bahwa pelayanan kesehatan termasuk kebutuhan dasar bagi seluruh rakyat yang wajib disediakan oleh Negara secara gratis dan tanpa diskriminasi.
Hal ini Jauh berbeda dari pelayanan kesehatan yang saat ini diberikan oleh penguasa negeri ini. Karena kepemimpinan mereka dijalankan dengan sistem kapitalis yang hanya mementingkan uang, uang dan uang.
Penguasa negeri ini betul-betul abai terhadap urusan rakyat yang dipimpinnya. Padahal semua itu berat pertanggung jawabaanya dihadapan ALLAH SWT. Sebagaimana nasihat yang pernah disampaikan Rasulullah yang mulia kepada salah seorang sahabatnya Abu Dzar Alghifari tentang kekuasaan.
Dari Abu Dzarr , ia berkata, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak memberiku kekuasaan?” Lalu beliau memegang pundakku dengan tangannya, kemudian bersabda,
يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّكَ ضَعِيفٌ وَإِنَّهَا أَمَانَةٌ وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْىٌ وَنَدَامَةٌ إِلاَّ مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِى عَلَيْهِ فِيهَا
“Wahai Abu Dzarr, sesungguhnya engkau adalah orang yang lemah. Dan kekuasaan itu adalah amanah, dan kekuasaan tersebut pada hari kiamat menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mendapatkan kekuasaan tersebut dengan haknya dan melaksanakan kewajibannya pada kekuasaannya itu.” (HR. Muslim).
Luarbiasanya Islam ketika diterapkan dalam aturan kehidupan yang komprehensif dalam seluruh sendi kehidupan. Jangankan manusia bahkan tumbuhan dan hewan pun tidak akan dizhalimi oleh penguasanya. Sebab aturan dari maha pencipta adalah aturan paripurna tiada cela. Semoga Allah mengizinkan kita segera merasakan sejahteranya hidup dibawah naungan aturan Islam yang sempurna dalam seluruh sendi kehidupan. Aamiin allahumma aamiin.*