JAKARTA (voa-islam.com)--Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Achmad Yurianto mengatakan terdapat risiko terlalu tinggi jika masyarakat tetap berpergian termasuk mudik ke kampung halaman mereka dalam situasi pandemi COVID-19 sebagaimana terjadi saat ini. Risiko besar melakukan perjalanan jauh atau mudik di tengah COVID-19 tersebut tidak bicara tentang titik awal atau akhir, melainkan selama proses perjalanan.
“Risikonya terlalu tinggi kalau berpergian dalam situasi seperti ini, sebab akan ada perjalanan panjang yang dilalui dan sangat mungkin bertemu banyak orang,” kata Yuri pada perbincangan yang mengangkat tema “Sukses Isolasi Mandiri Selama 14 Hari” di Gedung Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Senin (6/4).
Sebagai contoh, saat seseorang sampai di terminal tentu bertemu banyak orang dan begitu pula saat berada di dalam kendaraan. Otomatis akan berinteraksi dengan orang yang tidak tahu kondisinya bagaimana.
Apalagi saat berada di dalam bus dengan sirkulasi udara tertutup sehingga memungkinkan terjadi penyebaran jika ada yang terjangkit COVID-19 di dalamnya.
“Nanti ada yang batuk, dropletnya bisa mengenai benda-benda di dalam bus,” ujarnya.
Namun bagi masyarakat yang sudah terlanjur mudik atau siapapun yang terpaksa berpergian, maka langkah atau upaya mesti dilakukan adalah menjaga jarak dalam berkomunikasi.
Bahkan, untuk sementara tidak bersalaman dulu dengan keluarga di kampung dan rajin mencuci tangan. Di sisi lain, perlu pula memberikan penjelasan atau pemahaman terkait COVID-19 itu pada keluarga.
Hal itu perlu dilakukan agar individu tersebut tidak menjadi pembawa potensi penyakit bagi keluarga di kampung halaman. Sebab tidak ada yang tahu apakah dia sebagai carrier atau pembawa virus atau bukan.
“Karena bisa saja kita membawa virus. Apalagi 60-70 persen penderita COVID-19 merupakan orang tanpa gejala,” pungkas Yuri.*[Ril/Syaf/voa-islam.com]