JAKARTA (voa-islam.com) - Tiga pelajar di China dilaporkan meninggal ketika berolahraga sembari menggunakan masker demi mencegah penularan virus corona. Salah satunya menggunakan masker medis tipe N95.
Pria 26 tahun, juga di China, dilaporkan paru sebelah kirinya mengempis 90 persen usai joging atau lari cepat sembari menggunakan masker. Namun, nyawanya berhasil diselamatkan.
Lantas, benarkah penggunaan masker saat berolahraga membahayakan nyawa?
Menurut dr Michael Triangto Sp.KO, spesialis kedokteran olahraga dari Rumah Sakit Mitra Kemayoran, Jakarta, penggunaan masker di saat berolahraga masih dimungkinkan. Asalkan, level olahraga, intensitas, dan jenis maskernya disesuaikan.
"Menggunakan masker masih dimungkinkan dalam olahraga ringan. Kita tidak dalam situasi pendidikan militer, kita boleh berhenti kapan saja. Kalau olahraga satu jam saja sehat, kenapa harus sampai mati," kata Michael kepada Republika, Jumat (29/5).
Michael menjelaskan, penggunaan masker memang membuat jumlah udara, termasuk oksigen, yang masuk ke tubuh berkurang. Kendati demikian, setiap orang tentu mengetahui batasan dirinya.
Jika sudah terengah-engah, berarti sudah saatnya untuk berhenti. Masalah kesehatan yang fatal baru akan terjadi jika batasan itu dilampaui.
Untuk menerangkan hal ini, ia mengacu pada kasus kematian tiga pelajar di China. Penyebab kematiannya disebutkan karena menggunakan masker saat berolahraga.
Padahal, kata dia, bisa jadi karena mereka dalam kondisi tertekan untuk menyelesaikan satu sesi olahraga lantaran berada di bawah pengawasan guru. Walhasil, sejumlah anak melampaui batasan fisiknya.
Hal serupa juga ia jelaskan dari kasus kematian pria 26 tahun di China. Penyebab kematian tidak bisa langsung disimpulkan karena penggunaan masker.
Bisa jadi penyebabnya karena terlalu memaksakan diri, atau karena sudah memiliki riwayat sakit paru. "Memangnya itu orang sebelum berolahraga parunya difoto X-ray, lalu berolahraga, kemudian difoto lagi. Kan tidak begitu, dong," ungkapnya.
Masker kain
Untuk masker yang digunakan saat berolahraga, Michael menganjurkan masker kain, atau masker bedah. Penggunaannya tidak perlu lagi ditambah dengan dilapisi tisu.
Michael sudah melakukan uji coba penggunaan masker medis saat berolahraga skiping. Durasinya selama 30 menit. "Selama saya latihannya ringan, saya tidak masalah pakai masker. Kalau lelah berhenti, kan tidak ada orang yang memaska saya," kata pria berusia 60 tahun itu.
Ia sangat tidak menyarankan penggunaan masker medis tipe N95. Sebab, masker tersebut memiliki kemampuan filtrasi yang maksimal sehingga udara yang masuk ke tubuh sangat sedikit.
"Masker N95 itu untuk tenaga medis di ruang ICU. Tapi apa ada orang di ICU yang lari? Makanya aneh ketika ada orang berolahraga lari menggunakan N95," katanya.
Olahraga ringan
Selama masa pandemi Covid-19, menjaga kesehatan tubuh adalah sesuatu yang semakin penting. Tujuannya memperkuat daya imun tubuh.
Lalu, jenis olahraga apa yang sebaiknya dilakukan? Menurut Michael, olahraga yang dilakukan sebaiknya yang level ringan hingga sedang.
Dua level itulah yang cocok untuk tujuan kesehatan. Adapun, olahraga berat ditujukan untuk capaian spesifik, seperti target bentuk fisik tertentu pada atlet.
Jenis olahraga yang dianjurkan Michael adalah joging atau lari cepat. Ia pun mengingatkan, jika melakukan joging di keramaian, selalu terapkan protokol jaga jarak dan gunakan masker. Hal yang terpenting, berhenti ketika sudah terengah-terengah. [syahid/voa-islam.com]
sumber: republika.co.id