View Full Version
Jum'at, 23 Apr 2021

IISD: Pengendalian Tembakau Tidak Musuhi Petani Tembakau

JAKARTA (voa-islam.com)--Kampanye pengendalian tembakau nampaknya sering disalah-persepsikan sebagai gerakan memusuhi tembakau. Gerakan memusuhi petani tembakau. Padahal tidak. Pengendalian tembakau diantaranya untuk perlindungan petani tembakau serta pengendalian konsumsi rokok bagi anak.

Pembahasan ini mengemuka pada diskusi media tentang pengendalian tembakau di Jakarta Pusat, Kamis (22/04/2021) yang diselenggarakan Indonesia Institute for Social Development (IISD). “Kita tidak memusuhi petani temabakau, tembakaunya pun tidak kita musuhi. Tetapi bagaimana petani tembakau itu dilindungi dengan pengendalian ini,” ungkap penasihat IISD Sudibyo Markus dalam pengantar diskusi.

Sudibyo menyoroti terkait rokok kretek yang dianggap warisan budaya bangsa Indonesia pada pembahasan RUU Kebudayaan beberapa tahun silam. Menurut dia, anggapan itu meyesatkan.

Sudibyo menyampaikan dua alasan Pertama, tembakau sebagai bahan baku utama rokok kretek adalah zat adiktif yang sangat berbahaya, tak layak untuk dilestarikan, karena dapat menimbulkan kerusakan pada generasi muda bangsa.

Kedua, bangsa Indonesia mengenal bahwa tanaman tembakau yang semula dibudidayakan oleh suku-suku bangsa Indian di Amerika dan Amerika Latin, diperkenalkan ke bumi Nusantara oleh penjajah Belanda, untuk selanjutnya dijadikan komoditas tanam paksa (cultuurstelsel) oleh Gubernur Jenderal van den Bosch pada 1830.

Untuk itu, Sudibyo berharap kepada insan pers agar menyampaikan informasi terkait rokok tidak dibumbui mitos-mitos. 

Pada kesempatan yang sama, pengajar di FISIP UPN Veteran Jakarta Dewanto Samodro  menyampaikan peran penting media dalam kampanye pengendalian tembakau. Dan hal ini merupakan tugas pers sebagai kontrol sosial seperti yang tercantum pada UU Pers Nomor 40 Tahun 1999.

”Media sangat penting bahkan vital dalam membuat terobosan dalam pengendalian tembakau, maupun memberikan informasi dan penyadaran kepada masyarakat,” ungkap Dewanto yang juga mantan wartawan Kantor Berita Antara.

Dewanto mengapresiasi beberapa media yang sudah komprehensif dalam pemberitaan tembakau di Indonesia. Namun, dalam catatannya masih terdapat berita mengglorifikasi industri tembakau dengan frasa “penyumbang cukai terbanyak” atau “pelindungan petani/tenaga kerja”.

Diskusi media ini juga mengungkap banyak iklan rokok di media sosial seperti Youtube yang tanpa sensor. Tidak sedikit influencer bermunculan dengan konten rokok. Konten ini mudah diakses berbagai usia.* [Syaf/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version