View Full Version
Selasa, 29 Dec 2009

Perhatian Ibu, Cegah Perselingkuhan dan Kenakalan Remaja

Hidayatullah.com--Indonesia merupakan negara yang paling tinggi tingkat kasus perceraian di Asia Pasifik dan negara Islam di dunia. Menurut data BKKBN, mencapai 200 ribu kasus per tahun.

Sebanyak 10 persen perceraian, disebabkan perselingkuhan. Pernyataan ini disampaikan dosen Jurusan Kesejahteraan Keluarga, UNP, Dr. Yuliana, SP, M.Si., pada acara seminar bertema "Mewujudkan Keluarga Sakinah, Mawadah, Waramah Yang Tangguh dan Berkualitas"  memperingati Hari Ibu di Palanta, Kediaman Walikota Padang, Senin (28/12).

"Dalam kasus perceraian itu, 70 persen terjadi melalui cerai gugat, yang artinya istri melakukan gugatan. Lalu, 30 persen lagi cerai talak, yang artinya suami yang menggugat," ujarnya.

Sebanyak 175 orang dari 25 organisasi yang tergabung dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW) se-Kota Padang hadir mengikuti acara ini.

Panelis mengatakan,  banyaknya rumahtangga bercerai karena kurangnya perhatian ibu terhadap suami dan anak, sehingga terjadi perselingkuhan. Kasus perceraian itu sebagian besar dialami oleh pasangan muda dengan jumlah anak rata-rata satu dan istri sedang hamil pertama.

"Akibat dari perilaku istri yang kurang memperhatikan keluarga karena kesibukannya, juga berdampak pada sikap anak yang cenderung mengarah pada kenakalan remaja," katanya.

Panelis mengutip data Kompas, setelah melakukan survei pada 4.500 anak di 12 kota besar di Indonesia pada 2007, didapat data 97 persen anak sudah menonton film porno, 93,7 persen pernah ciuman dan oral seks, 62,7 persen remaja SMP dan SMA tak perawan, 21,2 persen remaja SMP dan SMA melakukan aborsi.

Berdasarkan kondisi demikian, katanya, menunjukan suatu gambaran sudah mulai buruknya suasana rumah tangga pasangan di Indonesia dan harus dicarikan solusinya. Juga perlu kemauan keras dari pasangan untuk mengubah sikap dan cara berfikirnya.

Sementara itu data lain menunjukkan, pada 2006 sebanyak 600 pasangan suami-istri di Indonesia bercerai karena urusan politik, terbanyak karena pilkada. Data ini diambil dari hasil penelitian Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) Departemen Agama Prof Dr Nasaruddin Umar.

Angka 600 itu, kata Nasaruddin, sebagaimana pernah disampaikan dalam ceramah di televisi, naik tajam dibanding tahun-tahun sebelumnya. Ia mengimbau, janganlah bercerai karena urusan politik.

Sedangkan Ketua Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Padang, Hj. Nelly Mahyeldi mengatakan, saat ini wanita atau ibu berperan ganda. Selain sebagai wanita yang aktif berkarier di luar rumah, juga berperan sebagai istri yang melayani suami, dan ibu dari anak-anaknya yang menjaga dan membesarkan mereka. "Jadi, sesibuk apapun kaum ibu tersebut, tak boleh meninggalkan tugas dan tanggungjawab di rumah," katanya.

â€ÂTak ada alasan, karena letih pulang kerja, tak mengurus suami atau anak. Bila terus menerus dibiarkan, inilah yang akan mengarah pada perselingkuhan dan kenakalan remaja,â€Â imbuhnya. [sing/dn/www.hidayatullah.com]
 


latestnews

View Full Version