Hidayatullah.com-- Gus Dur dimakamkan di komplek pemakaman Pondok Pesantren Tebuireng Jombang pada Kamis (31/12) lalu hingga saat ini (1/1) ribuan peziarah terus mengalir.
Tak jarang di antara peziarah itu menangis dan menitikkan air mata di depan makam Gus Dur dan para sesepuh NU di komplek pemakaman itu. Di sela-sela mereka membaca surat Yasin dan tahlil.
Namun selain memanjatkan doa, tak jarang di antara peziarah yang mulai berperilaku berlebihan. Misalnya mengambil tanah gundukan di pusara mantan presiden RI ke-4 tersebut. Bukan hanya itu, sejumlah peziarah juga mengambil bunga yang berada di atas makam Gus Dur.
Umayah, satu peziarah mengaku setelah memanjatkan doa di depan makam Gus Dur ia bersama rombongan kembali ke kota asalnya, yakni Gresik.
Namun sebelum beranjak dari makam, ia terlebih dahulu mengambil tanah segenggam. Tanah tersebut akan dibawa pulang dan disimpan di rumahnya.
Umayah bersama rombongan percaya bahwasannya tanah tersebut akan membawa berkah tersendiri. Sebab, mantan ketua PBNU itu merupakan tokoh bangsa dan keturunan kiai. “Insya Allah, dengan menyimpan tanah ini kami akan mendapatkan barokah,” kata perempuan berjilbab ini sembari menunjukkan tanah yang digenggamnya, Jumat (1/1) kemarin.
Pimpinan Pondok Pesantren Tebuireng, KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah), yang juga adik kandung Gus Dur sudah memperingatkan agar tidak berlaku berlebihan di makam. "Jika diteruskan hal itu bisa mengarah kepada kemusyrikan," tegas Gus Sholah.
Gus Solah menjelaskan, ia sudah mendengar laporan dari para santri terkait fenomena tersebut. Ia juga sangat menyayangkan aksi ‘irasional’ yang dilakukan oleh peziarah tersebut. [cha/ant/www.hidayatullah.com]