View Full Version
Senin, 11 Jan 2010

Menag: Umat Islam Harus Bersatu

Hidayatullah.com--Menteri Agama H Suryadharma Ali mengatakan, umat Islam sebagai sumber potensi nasional tidak boleh terpecah dalam polarisasi dan fragmentasi politik. Siapa saja yang berbuat makruf harus didukung, dan siapa pun yang berbuat munkar harus diingatkan.

Islam melarang kita mencela, menghina, dan lebih-lebih mengkafirkan sesama muslim. Tapi di samping itu, Islam menganjurkan kita agar dengan cara yang baik menasihati dan mengingatkan sesama muslim yang tergelincir karena kebodohan dan kekeliruannya, supaya ishlah dan mengikuti jalan yang benar, papar Menag pada acara Tabligh Akbar menyambut Tahun Baru Islam 1431 H dan Silaturahim Umat Islam Se-Sumatera di Lapangan Merdeka Medan, Ahad (10/1).

Hadir Gubernur Sumut H Syamsul Arifin, SE, Direktur Penerangan Kementerian Agama H Ahmad Djauhari, Ketua MUI Pusat H Nazri Adlani, anggota DPR RI H Asrul Azwar, Kakanwil Departemen Agama Sumut H Syariful Mahya, dan lebih dari 10.000 umat Islam. Sedangkan penceramah adalah KH Khalil Ridwan.

Menurut Menag, sesama muslim harus menjauhi sikap merasa terpisah dari yang lain atau memisahkan yang lain karena perbedaan organisasi maupun orientasi sikap politik, sehingga menimbulkan sikap saling tidak menyenangi, saling membenci, dan menjelekkan satu sama lain.

Berkaitan dengan hubungan antarumat beragama, lanjut Menag, umat Islam sebagai umat terbesar di negara ini, telah memberikan andil yang besar dalam menjaga kerukunan antarumat beragama, baik dalam lingkup lokal maupun nasional.

Kerukunan antarumat beragama pada prinsipnya merupakan kepentingan timbal balik semua umat beragama, tanpa kecuali. "Dalam hubungan ini, saya memberikan penghargaan dan apresiasi yang tinggi kepada masyarakat Sumatera Utara dan provinsi lainnya di Sumatera yang mampu memelihara kerukunan di tengah kemajemukan yang ada," tutur Menag.

Menurut ia, kerukunan yang perlu dibangun tidak ada hubungannya dengan pluralisme yang menisbikan kebenaran agama bagi para penganutnya.

Dia menjelaskan, Islam selalu mendorong umatnya agar senantiasa bekerja dan beramal dalam rangka mewujudkan cita-cita ideal masyarakat. Oleh karena itu, marilah kita gerakkan potensi umat yang besar ini untuk menghasilkan amal-amal jamai dan karya-karya besar yang tidak hanya bermanfaat bagi generasi sekarang, tetapi juga generasi yang akan datang.

Menag mengatakan, umat dan bangsa yang berperadaban tinggi bukan hanya dilihat dari tingginya ilmu pengetahuan, teknologi ataupun kemajuan ekonomi, tetapi yang utama diukur dari tingginya akhlak, moral, dan budi pekerti masyarakatnya. Perlu disadari bahwa pembangunan dan modernisasi tidak boleh menumpulkan dan memiskinkan rohani dan budi kita sebagai bangsa.

Untuk itu, Menag mengajak umat Islam mencurahkan perhatian, pemikiran, dan upaya yang lebih besar untuk menanggulangi krisis akhlak dan moral yang terjadi di tengah masyarakat. Penanggulangan krisis akhlak dan moral harus dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Sementara itu Gubernur Sumatera Utara H Syamsul Arifin mengatakan, perlu adanya keselarasan antara ulama dan umaro. "Kami sebagai umaro harus banyak belajar dari ulama. Ulama berfungsi untuk meluruskan dan membina umat. Oleh karena itu, jangan jauhkan orangtua kita dan ulama," katanya. [pel/www.hidayatullah.com]

 

 


latestnews

View Full Version