Oleh: Khalid Amayreh*
Saya tidak yakin jika mahasiswa teknik yang berasal dari Nigeria, Umar Abdul Farouk Abdul Mutallab, benar-benar ingin meledakkan pesawat Northwest Airline 253.
Kita telah belajar, khususnya setelah peristiwa 11/9, untuk tidak mempercayai semua penjelasan yang berasal dari Washington, khususnya mengenai dunia Islam.
Tentu saja, penjelasan mengenai peristiwa pengeboman yang diberitakan oleh beberapa media, menyebabkan banyak keraguan, termasuk pemuda yang dijebak untuk melakukan sesuatu yang dituduhkan oleh agen CIA atau badan rahasia lainnya.
Sebagai contoh, sangat sulit untuk membayangkan Abdul Mutallab mampu lolos dari semua alat pendeteksi bahan peledak di Amsterdam.
Begitu juga, sangat tidak masuk akal membayangkan murid teknik yang memiliki kehidupan nyaman, dan putra dari orang kaya (ayahnya adalah banker terkenal) melakukan bunuh diri, hal yang tak berguna, dan tindakan kriminal, hanya karena ia ingin menunjukan “kebencian terhadap kebebasan”.
Intinya, cerita yang kita dengar tidak dapat diterima dan dipercaya karena banyak kejanggalan.
Bagaimanapun, jika pemuda tersebut benar-benar mencoba melakukan apa yang CIA tuduhkan, maka kita sebagai kaum Muslim harus mengutuk keras tindakan jahat ini.
Lingkaran Kejahatan
Selain itu, orang-orang yang mereka sebut korban, penumpang dari pesawat Northwest Airline 253, justru mendukung kebijakan Amerika yang bersifat kriminal di beberapa tempat, seperti Palestina, Iraq, Pakistan, dan Afghanistan.
Ya, itulah kenyataannya, Amerika membunuh kaum Muslimin secara besar-besaran, menghabisi atau menyebabkan kematian ratusan, bahkan ribuan orang tak bersalah. Amerika telah menghancurkan dua negara muslim, dan mencoba untuk menghancurkan negara ketiga dan jika memungkinkan negara yang keempat, dengan tindakan-tindakan terornya yang menakutkan.
Di saat sama, dengan liciknya Amerika mengumumkan tidak ada toleransi terhadap kejahatan terhadap penduduk yang tidak bersalah.
Bagaimanapun, kaum Muslimin tidak boleh bertindak secara barbar untuk mempertahankan atau membalas tindakan barbar dari kaum nonmuslim.
Sebagai tambahan, jika kita melakukannya, kita memiliki moral yang rendah seperti mereka, yang akan menyebabkan kita mengkhianati dan melawan prinsip-prinsip suci yang kita bela. Hal ini juga akan mencemarkan, membahayakan diri kita sendiri.
Untuk itu saya mengatakan, Islam harus melewati ujian ini, walaupun dengan kenyataan yang kejam, dan tak ada keraguan jika kita memiliki kenyataan yang pahit diperlakukan dengan kejam dalam sejarah Islam di tahun 1430 H.
Intinya, kita tidak boleh mengkhianati prinsip-prinsip agama Islam, tidak peduli apa yang telah dilakukan teroris barbar tersebut. Karena jika kita lakukan, kita akan memberi kemenangan besar pada musuh-musuh Islam.
Selain itu, kita tidak bisa menutup mata dari kenyataan bahwa Amerika bertanggung jawab penuh mendorong pemuda Islam jatuh pada tindakan radikal dengan kekerasan.
Mendukung Nazi ala Israel
AS pun mendukung Nazi ala Israel. Sebagai contoh, mendukung pembunuhan besar-besaran Israel terhadap rakyat Gaza.
Israel, sebuah negara bersenjatakan nuklir, membunuh banyak orang tanpa senjata, selama tiga minggu tanpa henti, membunuh orang-orang tak bersalah, menghancurkan rumah, sekolah dan masjid mereka, dan menggunakan teknologi mematikan milik Amerika terbaru.
Pemerintah Amerika mungkin senang. Tidak hanya melihat senjata apinya menembaki Gaza, tetapi juga menyatukan semua kebijakan diplomatik dan politik mereka untuk membela Israel, dari hukuman Internasional.
Bahkan Goldstone Report, yang benar-benar membuktikan Israel melakukan pembunuhan dan pemerkosaan terhadap korban-korban yang tak bersalah, ditolak oleh pemerintah Amerika dan dicegah untuk diajukan ke Dewan Keamanan PBB dan Pengadilan Internasional.
Intinya, pemerintah Amerika menginginkan rakyat Palestina dan anak-anak mereka berkurang dan dihilangkan secepat mungkin.
Di saat yang bersamaan, pemerintah AS tanpa malu melanjutkan dukungannya pada Israel-Mesir untuk menutup perbatasan Gaza, dan daerah pinggiran, dengan tujuan menghabisi 1,6 juta orang yang tersiksa dengan “kejahatan yang menakutkan” akibat berani memilih partai politik yang tidak disukai oleh Amerika dan sekutunya.
Memang benar bahwa Amerika tidak secara langsung berpartisipasi dalam pembunuhan tersebut. Tetapi kaum muslim dan seluruh dunia tahu bahwa Israel tidak dapat melakukan semua itu tanpa, setidaknya, persetujuan Amerika.
Serangan sistematik
Demikian pula dalam dekade terakhir, Amerika membunuh atau menghabisi hampir satu juta rakyat Irak dengan alasan menyelidiki senjata pemusnah massal milik Irak, yang sebenarnya bangsa Irak tidak pernah memiliki.
Di Afghanistan, Amerika membawa pasukan Perang Salib melawan satu negara miskin di dunia, menggunakan senjata pembunuh yang paling baru.
Sebagai tambahan, di Pakistan, Amerika membunuh rakyat Pakistan yang miskin hampir tiap hari dengan alasan melawan Taliban.
Tindakan kriminal lainnya juga diberlakukan di beberapa negara muslim lainnya, seperti di Yaman. Amerika berniat membantu pimpinan Yaman yang korup dan melakukan nepotisme besar-besaran, dan menindas rakyat yang mencari makan dan keadilan.
Dan kemudian, tindakan kriminal yang memalukan berikutnya oleh Amerika adalah mendukung tirani Arab di Maroko dan Bahrain, padahal kedua negara tersebut menolak adanya hak asasi manusia dan kebebasan masyarakat. Sementara Amerika tetap menyatakan peduli dengan hak asasi dan nilai-nilai demokrasi di dunia Arab.
Kesimpulannya, Amerika selalu tidak dapat menghentikan tindakan Nazi ala Israel di Gaza, namun selalu menyatakan dirinya benar. Intinya, semua orang tahu siapa sebenarnya yang bertindak jahat itu, yang tidak dapat dibenarkan dari sudut pandang moral.
Penulis adalah jurnalis yang tinggal di Palestina. Mendapatkan gelar MA dalam jurnalisme dari University of Southern Illinois di tahun 1983. Semenjak tahun 1990-an Amayreh bekerja dan menulis untuk beberapa kantor berita, di antaranya Aljazeera.net, Al-Ahram Weekly, Islamic Republic News Agency (IRNA), and Middle East International. E-mailnya:
[email protected]