Hidayatullah.com--Prospek pertumbuhan jangka menengah untuk pasar sukuk dunia bagus, demikian menurut Standard & Poor's Ratings Services dalam sebuah laporannya yang diterbitkan Jumat (29/1).
"Kami melihat adanya pertumbuhan yang stabil untuk penerbitan surat berharga ini pada tahun 2010, setelah adanya pemulihan penerbitan tahun lalu senilai USD 23,3 milyar," kata analis kredit Standard & Poor's, Mohamed Damak dalam laporan tersebut. "Pasar sukuk sepertinya akan menunjukkan pertumbuhan yang stabil di tahun 2010."
Pertumbuhan penting yang terjadi pada tahun 2009 adalah:
* Penerbitan kumulatif yang mencapai USD 10 milyar.
* Malaysia menjadi negara no.1 yang mengeluarkan sukuk terbanyak, yaitu 54,1% dari keseluruhan nilai sukuk yang diterbitkan.
* Dollar sempat pulih, tapi mata uang lokal menjadi pilihan untuk denominasi sukuk yang diterbitkan.
* Muncul pemain besar baru seperti General Electric Capital Corp. dan International Finance Corporation.
* Dua sukuk gagal dan satu berhasil menghindari kegagalan setelah pada menit-menit terakhir mendapat paket dukungan dan repayment.
"Pasar sepanjang tahun 2010 dalam pandangan kami akan tetap sehat dengan USD 20 milyar sukuk seperti yang diumumkan sebelumnya, jika kondisi memungkinakan akan bisa memenuhi pasar." kata Damak.
"Apalagi, seperti kabar dari sumber tidak resmi yang kami dapat, sekitar USD 1 milyar lagi juga akan masuk ke pasar. Jika benar masuk ke pasar, maka total sukuk yang diterbitkan tahun 2010 bisa mendekati jumlah rekor tahun 2007, yaitu USD 34,3 milyar."
"Ketidakpastian terbesar tahun ini adalah kondisi pasar. Adanya kegagalan di dua sukuk menimbulkan pertanyaan mengenai pasar yang relatif masih muda ini. Dua sukuk yang gagal diterbitkan oleh The Investment Dar Co. K.S.C.C. (TID) dan Saad Group. Sementara sukuk ketiga yang berhasil menghindari kegagalan diterbitkan oleh Nakheel PJSC.
"Kami yakin, jika para investor sudah memiliki pandangan yang jelas tentang dua sukuk yang gagal tersebut, maka pasar sukuk sepertinya akan tumbuh lebih kuat lagi, setelah melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan mengambil pelajaran dari pengalaman yang didapat sebelumnya," kata Damak.
"Setelah tahun 2010, tantangan paling besar bagi terwujudnya pasar sukuk global yang terintegrasi, menurut kami masih sama seperti sekarang, yaitu belum adanya standarisasi, khususnya yang terkait dengan hukum syariah dan bidang hukum lainnya."
Standard & Poor's meranking 26 sukuk. Mereka mengatakan penilaian yang diberikannya independen dan obyektif. Tapi penilaian mereka tidak dikaitkan dengan dengan hukum syariah. Rating yang mereka keluarkan juga bukan sebuah rekomendasi bagi investor, apakah akan menjual atau tidak.
Mereka juga memperkirakan Malaysia akan tetap memimpin pasar sukuk dunia. Kerena Malaysia memiliki sistem perbankan Islam yang sudah mapan, regulasi yang kuat serta dukungan pemerintah atas sistem keuangan Islam.
Diperkirakan pertumbuhan untuk sukuk terbitan Dubai akan melemah, karena para investor di sana hanya berminat pada investasi dengan resiko rendah. Dan mereka menginginkan keuntungan yang lebih tinggi, jika mereka menanamkan modal di bidang yang mereka nilai beresiko tinggi. [di/iol/www.hidayatulah.com]