Hidayatullah.com--Berhemat dalam pengeluaran pesta pernikahan perlu dilakukan, terutama pada masa krisis ekonomi seperti sekarang ini. Di Inggris, situs perjodohan SingleMuslim.com melihat masalah keuangan membayangi pasangan yang ingin menikah. Hasil jajak pendapat yang mereka rilis awal bulan ini menunjukkan bahwa para anggotanya banyak yang memangkas biaya pesta.
Sebanyak 58% pasangan yang bertemu jodoh melalui situs tersebut mengatakan, resesi ekonomi mempengaruhi rencana pernikahan mereka.
"Pesta pernikahan yang besar menuntut dana yang tidak sedikit dari pasangan dan keluarganya. Bagi kebanyakan orang, pesta semacam itu hanyalah mimpi, terutama di masa resesi global seperti sekarang," kata Adeem Younis, pendiri dan Dirut SingleMuslim.com.
Meskipun demikian, menurut Younis, ini adalah masa yang tepat untuk introspeksi diri. Pernikahan dengan biaya besar tidaklah dianjurkan dalam agama. Dan berhutang hanya demi menyelenggarakan pesta meriah untuk membuat keluarga, kerabat, dan teman bangga serta terkesan, adalah tindakan yang kurang baik.
Cara efektif untuk menekan biaya pernikahan adalah mengurangi jumlah tamu yang diundang. "Kami mendapati banyak anggota SingleMuslim.com yang berencana akan mengundang kurang dari 100 orang di pesta pernikahannya."
Jejak pendapat SingleMuslim menunjukkan, 47% responden menyatakan akan mengundang tamu hingga 100 orang. Sementara yang mengundang tamu kurang dari 50 orang sebanyak 27%.
Cukup mengejutkan karena ada 19,3% yang menyatakan mengundang lebih dari 500 orang. Dan sebanyak 8,5% mengharap ada 1.000 tamu yang akan datang ke pesta mereka.
Jejak pendapat itu juga mengungkap, perkawinan antarbangsa di kalangan Muslim menurun popularitasnya. Kebanyakan dari mereka cenderung memilih jodoh yang dekat dengan lokasi tempat tinggal.
Ketika ditanya dari mana asal calon yang diinginkannya, sebanyak 68% responden menyatakan mereka mencari pasangan yang berasal dari negara yang sama--jika tidak bisa mendapatkan dari kota yang sama.
Kelihatannya resesi ekonomi mempengaruhi pilihan mereka. Namun Younis memiliki pendapat lain.
"Secara pribadi saya tidak yakin itu penyebabnya. Menurut saya hal itu merupakan refleksi dari sebuah masyarakat Muslim yang moderen dan terintegrasi. Mereka yakin dan percaya dengan komunitas lokalnya sendiri, di mana sebuah komunitas Muslim tidak lagi bergantung hanya pada ikatan internasional untuk berkembang." [di/meo/www.hidayatullah.com]