View Full Version
Kamis, 04 Mar 2010

Bagi NU, Tak Ada Tawar Menawar Aqidah dengan Syiah

Hidayatullah.com—Kewaspadaan Nahdlatul Ulama (NU) terhadap kaum Syiah nampaknya tak terbendung. Senin lalu, dalam pertemuan ratusan ulama NU yang tergabung dalam Forum Pengasuh Pondok Pesantren bertemu di Pondok Pesantren Langitan, Kecamatan Widang, Senin (29/2), pembicaraan masalah Syiah diungkap kembali. Menurut para ulama, ajaran Syi'ah bahkan sudah merasuk dalam tubuh NU.


Menurut M. Zaim Ahmad Ma'soem, juru bicara forum mengatakan, indikasi masuknya paham Syiah di tubuh NU karena adanya amalan kader yang mulai tak selaras dengan NU. Dia mencontohkan, banyak kader NU yang menganggap pajak sama dengan zakat, padahal esensi keduanya jelas berbeda. “Ini jelas akibat pengaruh pemikir-pemikir Syiah yang pura-pura masuk NU,” tegas Ma'soem.

“Racun” lain yang tidak kalah mengkhawatirkannya, lanjut Ma'soem, adalah pluralisme dan liberalisme yang diusung Ulil Abshar Abdala dengan bendera Islam Liberalnya.

Kewaspadaan masalah ini dibenarkan oleh Ketua PWNU Jatim KH Moch. Hasan Mutawakkil ’Alallah. Menurut Pengasuh Pesantren Zainul Hasan, Genggong, ini, sikap waspada para kiai NU itu dikarenakan mereka (ulama NU, red) ingin membentengi organisasi NU agar tak kemasukan paham Syiah.

“NU sebagai ormas sosial punya kewajiban menjaga pemahaman aqidah ahlussunnah wal jamaah. Jika kiai-kiai itu bersemangat, tak lain untuk memproteksi dan menjaga aqidah,” ujarnya kepada hidayatullah.com.

Menurut Mutawakkil, ancaman Syiah di Indonesia tak hanya pada masalah aqidah, namun juga sudah mulai pada tingkat politik kenegaraan.

“Jika urusan politik kenegaraan, NU bisa elastis, namun jika sudah menyangkut aqidah, itu sudah tak bisa ditawar, “ tambahnya.

Menurut Mutawakkil, sebenarnya, kewaspadaan NU tak hanya pada Syiah, juga paham transnasional yang dibawa kaum liberal ke Indonesia.

“Liberal itu menafsirkan ayat-ayat Allah sesuai dengan kehendak hatinya. Inti ajarannya, ia ingin menjadikan agama ini sebagai budaya. Ia mencontohkan kasus di Barat, di mana kaum gereja tak berdaya menghadapi serangan liberal sehingga memunculkan tren perkawinan sejenis, baik di kalangan gay atau penganut lesbian.

Sebelum ini, Habib Achmad Zein Alkaf, anggota Komisi Fatwa MUI Jatim yang juga anggota Syuriah PWNU Jatim telah menulis "Export Revolusi Syiah ke Indonesia". Sebelumnya, ia menyampaikan, penerbitan buku itu dilakukan guna menghadapi Muktamar NU di Makasar.

"Jelang Muktamar NU ke-32 di Makasar, kami minta warga NU jangan memilih pemimpin yang berafiliasi dengan Syiah. NU dengan Syiah tidak bisa bekerjasama, karena bagaikan air dengan minyak," ujarnya. [cha/www.hidayatullah.com]


latestnews

View Full Version