Pergeseran hingga 30 cm hanya akan mengubah posisi kurang dari sepersatu juta derajat saja. Praktis tak mengubah posisi arah kiblat
Hidayatullah.com—Maraknya pemberitaan akan salah atau bergesernya arah kiblat sebagian masjid di Indonesia membuat resah sebagian umat. Hal ini bisa di maklumi karena salah satu syarat sahnya shalat adalah menghadap arah kiblat. Arah kiblat memang bisa di sebabkan karena adanya bencana alam, misal gempa bumi Meski demikian, pengamat astronomi menilai, masyarakat diharap jangan buru-buru merobah arah kiblat.
“Namun umat Islam jangan buru-buru dulu mengubah arah kiblat apalagi sampai membongkar masjid,” ungkap pakar astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr.Moedji Raharto kepada hidayatullah.com di Bandung.
Moedjito menjelaskan, setiap tahun pergeseran lempeng tektonik memang selalu ada namun relatif kecil dan hanya beberapa millimeter saja pertahunnya. Hal ini bisa di abaikan dalam menentukan arah kiblat.
“Pergeseran hingga 30 cm, itu hanya akan mengubah posisi kurang dari sepersatu juta derajat saja.Sehingga praktis tidak mengubah posisi arah kiblat masjid atau arah kiblat kita saat shalat di luar masjid.Jadi jangan buru-buru mengubah arah kiblat,” imbuh Moedji yang juga aktif menjadi Peneliti Senior di Observatorium Bosscha ITB Lembang Bandung ini.
Cara Sederhana
Saat disinggung bahwa sekarang sudah banyak beredar alat penunjuk arah kiblat digital (semacam GPS) yang bisa di gunakan kapan dan dimana saja, mantan Kepala Observatorium Bosscha Lembang ini menyambut baik. Menurutnya, alat tersebut memang praktis dan mudah di bawa dalam saku. Namun Moedji menyarankan hendaknya umat Islam jangan terlalu percaya dan tergantung pada satu alat saja.Apalagi alat tersebut bergantung pada satelit dan jasa ini di sediakan oleh orang nonmuslim.
“Faktor human error bisa saja terjadi, bagaimana kalau mereka (penyedia jasa tersebut, red) tidak suka kepada umat Islam bisa sajakan mereka mengacaukan sistem kerja satelit yang berimbas pada ketidakakuratan alat tersebut,” gurau Dosen FMIFA ITB ini.
Ia lantas mencotohkan kasus perang di Timur Tengah, beberapa peluru kendali jarak jauh yang salah sasaran.Hal itu terjadi karena tidak akuratnya data yang tersedia sebagai akibat kacaunya system navigasi digital yang mengandalkan kerja satelit.
Namun Ketua Kelompok Keahlian Astronomi ITB ini segera menampik jika dirinya di anggap anti teknologi.
“Sebagai orang Islam, teknologi itu harus kita manfaatkan seluas-luasnya namun jangan terlalu bergantung padanya,” jelasnya.
Lebih lanjut ia mengungkapkan,menurut prakiraan pada tahun ini akan nada momen penting dimana matahari akan berada tepat di atas Ka’bah yakni pada tanggal 25 – 28 Mei 2010 pada pukul 16:18 WIB dan tanggal 14 – 17 Juli 2010 pada pukul 16:27 WIB.
“Insya-Allah pada tanggal dan waktu tersebut matahari tepat di atas Ka’bah sehingga kita yang ada di Indonesia bisa melalukan kegiatan sederhana untuk menentukan arah kiblat,”ajak Moedji.
Moedji lalu mempraktekan cara sederhana tersebut.Yakni sebuah tongkat di tegakan lalu periksa bayang-bayang tongkat tersebut.Insya-Allah itulah arah kiblat kita.Pada bulan-bulan itu menurut prakiraan curah hujan juga sudah berkurang sehingga matahari pada tanggal dan waktu tersebut akan kelihatan.
“Cara ini memang terkesan jadul (jaman dulu),tapi insya-Allah akurat,”ujar Moedji meyakinkan. [man/www.hidayatullah.com]