Dokumen CIA yang bocor menyebutkan agar wanita Afghanistan dimanfaatkan guna meraih dukungan publik Eropa atas NATO
Hidayatullah.com--Menurut sebuah dokumen CIA yang bocor ke media Jumat lalu, para pakar di CIA optimis bahwa orang-orang Afghanistan dan para wanitanya bisa direkrut, untuk meyakinkan orang Eropa yang skeptis terhadap perang pasukan Barat di Afghanistan.
"Para wanita Afghanisan bisa berfungsi sebagai penyampai pesan kemanusiaan yang ideal," demikian menurut dokumen CIA yang dibocorkan oleh WikiLeaks (26/3).
Pandangan wanita Afghanistan akan memberikan arti khusus, jika mereka dapat mengungkapkan "aspirasi mereka tentang masa depan, dan ketakutan mereka akan kemenangan Taliban."
CIA menolak untuk mengkonfirmasi atau membantah keaslian dokumen itu. Namun, beberapa dokumen pemerintah dan perusahaan yang sebelumnya pernah diungkap WikiLeaks, di kemudian hari terbukti kebenarannya.
Dokumen yang bertanda rahasia itu, berisi strategi memanipulasi opini publik Eropa, khususnya Prancis dan Jerman, atas perang Afghanistan.
Meskipun tidak memerinci langkah apa saja yang harus dilakukan--misalnya melalui propaganda di media massa atau semacamnya--namun dokumen itu memaparkan poin apa yang dianggap bisa mengubah pandangan publik terhadap perang Afghanistan. Salah satu usulannya adalah memanfaatkan wanita guna merayu publik Prancis, karena mereka sangat memperhatikan masalah HAM wanita Afghanistan. Menurut data statistik, misi mereka lebih populer di Afghanistan daripada di Eropa.
Sementara untuk publik Jerman, mereka menggunakan taktik menakut-nakuti, bahwa kemungkinan NATO akan gagal, terorisme merebak, dan berbagai masalah terkait opium serta pengungsi.
"Kegagalan pemerintah Belanda atas komitmen pasukannya di Afghanistan, menunjukkan kerapuhan dukungan Eropa terhadap misi ISAF yang dipimpin NATO," tulis dokumen itu.
Seperti kita ketahui, beberapa negara NATO--seperti Prancis dan Jerman--memikirkan sikap apatis rakyat mereka dalam mengambil keputusan penambahan jumlah pasukan.
Laporan CIA itu mencatat, 80 persen rakyat Prancis dan Jerman menentang perang. Tapi CIA memberikan jalan keluar, yaitu sikap apatis publik, yang telah memungkinkan para pemimpin Eropa memperluas dan memperpanjang keterlibatannya di Afghanistan, meskipun mendapat tentangan.
"Jika perkiraan musim panas berdarah di Afghanistan bisa dilewati, ketidaksenangan pasif rakyat Prancis dan Jerman atas keterlibatan pasukan mereka, bisa berubah menjadi partisipasi aktif dan menunjukkan sikap permusuhan secara politis," kata dokumen itu.
Dalam dokumen juga disarankan untuk melibatkan Obama. Meskipun beberapa bulan terakhir dukungan atas dirinya berkurang di dalam negeri, namun ia populer di Eropa.
Kepercayaan publik Prancis dan Jerman atas kemampuan Presiden Obama mengatasi masalah internasional pada umumnya dan Afghanistan khususnya, akan secara langsung memberikan kesan tentang pentingnya misi ISAF bagi mereka. Dan akan menimbulkan kekecewaan atas negara-negara sekutu yang tidak mau membantu.
Dengan menyoroti keberhasilan ISAF memberikan efek positif bagi rakyat sipil, sehingga diharapkan publik akan mendukung perang. Menurut hasil jajak pendapat bulan Desember 2009 yang mereka lakukan, duapertiga rakyat sipil Afghanistan mendukung kehadiran ISAF.
Jika dokumen tersebut benar adanya, maka semakin jelas bukti keterlibatan CIA dalam perang di Afghanistan sangat dalam dan sudah berlangsung lama. Sebelumnya, berita mengenai keterlibatan CIA dalam kegiatan militer terbongkar setelah tujuh orang mata-matanya terbunuh dalam bom bunuh diri. Kasus itu mengungkap keterlibatan mereka dalam pengoperasian pesawat-pesawat tempur tak berawak yang membombardir Afghanistan dan memakan banyak korban warga sipil. [di/afp/wkl/www.hidayatullah.com]