Penelitian menunjukkan, indikasi awal bahwa kehidupan yang bahagia ia mudah bersosialisasi dan percakapannya bermakna, tidak dangkal
Hidayatullah.com--Ahli psikologi University of Arizona, Matthias Mehl dan Simine Vazire dari University of Washington di St. Louis mempublikasikan sebuah studi yang menemukan bahwa orang yang lebih bahagia membicarakan topik-topik besar, cinta, tata-krama, arti kehidupan, dan sebagainya.
Dalam sebuah berita yang dirilis dari universitasnya, Mehl mengatakan, “Indikasi awal adalah bahwa kehidupan yang bahagia ialah bersosialisasi ketimbang kesendirian dan percakapannya (bermakna) lebih ‘mendalam’ ketimbang (yang bermakna) dangkal.”
Para peneliti mendengarkan dengan diam-diam apa yang dikatakan oleh relawan dengan menggunakan alat perekam yang diaktifkan, atau EAR.
Peralatannya mengambil ribuan contoh percakapan pada selang waktu yang teratur. Para relawan dan teman-temannya memerinci kegiatan mereka dengan baik.
Orang yang paling bahagia - dalam studi itu - mempunyai omongan sebanyak sepertiga obrolan sepele dan sebanyak dua kali lipat hal-hal yang (bermakna) dalam. Pembicaraan filosofis kebanyakan orang yang paling tidak bahagia. [epoch/erb/www.hidayatullah.com]