Putri Munawaroh mengaku, dia dan suaminya tak mengetahui persis aktivitas tamunya yang dituduh polisi sebagai “teroris”
Hidayatullah.com--Putri Munawaroh, 21, istri Susilo, hanya bisa pasrah pada Tuhan YME saat terjadi baku tembak antara kelompok Noordin M Top dengan Densus 88 di rumah kontrakannya di Kepuh Sari, Solo.
Demikian pengakuan wanita asal Solo ini ketika didengar keterangannya dalam perkara terorisme menyangkut terdakwa Rachmad Puji Prabowo di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Menurut dia, di saat pasrah itu dalam hatinya ia berdoa, kalau dirinya mati dalam peristiwa ini mudah-mudahan mati syahid. Namun, hati kecilnya masih berharap untuk hidup karena ia baru hamil 5 bulan.
Ditanya hakim, kenapa saat diminta keluar rumah saksi tidak beranjak dari tempat tersebut. “Tak mungkin, pak hakim. Saya panik dan situasi sangat gelap,” jelasnya, sambil menambahkan dia melihat suami telah bersimbah darah karena tertimpa reruntuhan atap rumah.
“Karena saudari tidak keluar rumah, sehingga polisi memberondong tembakan lagi?” tanya hakim Syamsudin. “Ya Pak Hakim,” jawabnya singkat.
Dia menuturkan suaminya, Susilo, yang berada di lokasi kejadian tersebut tewas seketika. “Dia tertembak kepalanya. Sedangkan temannya, yang sembunyi sama saksi di kamar mandi juga ikut tewas,” katanya, sambil menyebutkan belakangan dirinya tahu pria yang mati itu bernama Aji.
“Sekarang bayimu sehat?” tanya hakim lagi. “Alhamdulillah anak saya sehat wal Afiat, Pak Hakim,” ucapnya.
Tiga Ustadz
Dia menuturkan, selama membina rumah tangga bersama suaminya dia tinggal di rumah kontrakan di Kepuh Sari, Solo, sejak awal April 2009. Namun baru ditempati dua bulan berikutnya. Sebelumnya ia mengaku tinggal bersama di rumah mertua.
“Kami kontrak di Kepuh Sari supaya dekat tempat kerja suami di Ponpes Alkafi,” katanya. Putri juga membenarkan sejak menempati rumah tersebut, dia menerima tamu tiga ustad yang menumpang di rumahnya selama 2 bulan. Namun dia tidak tahu siapa nama-nama ustad tersebut.
“Ketiga tamu itu teman suami saya. Jadi saya tidak boleh tahu siapa mereka. Itu urusan suami,” katanya, sambil menambahkan, suaminya memberi ciri-ciri ketiga tamu tersebut.
Dia juga tak mengetahui aktivitas ketiga tamunya tersebut. Bahkan dia juga tidak tahu persis kapan dia keluar atau masuk rumah.
“Terus terang saya sama sekali tidak tahu menahu ketiga tamunya menjadi buronan polisi. [pko/www.hidayatullah.com]