Berpeluang besar keliru, alat canggih belum tentu bisa mendeteksi kanker paru-paru
Hidayatullah.com--CT scan yang dijalani pasien untuk mendeteksi kanker paru-paru, belum tentu bisa menyelamatakan nyawa seseorang, karena hasil pemeriksaannya kurang akurat. Demikian menurut hasil penelitaian terbaru di Amerika.
Beberapa rumah sakit dan LSM giat mengkampanyekan pemeriksaan kanker paru-paru bagi para perokok dengan menggunakan sinar X khusus, yaitu CT scan.
Namun demikian, tidak ada satu bukti pun yang memastikan bahwa test tersebut bisa menyelamatkan nyawa mereka.
Para peneliti masih menyelidiki, apakah pemindaian paru-paru pasien, khususnya para perokok, dengan CT scan benar-benar bisa menyelematkan banyak nyawa.
Sementara menunggu hasil penelitian, para peneliti menemukan data, sesering apa hasil pemindaian tersebut keliru. Ilmuwan di National Institutes of Health, AS, mengatakan perlunya para dokter dan orang-orang yang dicurigai menderita kanker paru-paru, memperhatikan penelitian mereka mengenai tingkat kesalahan pemeriksaan CT scan atas lebih dari 3.000 orang.
Resiko kesalahan hasil "positif-palsu"--atau menemukan sebuah titik yang tidak berbahaya--adalah 21% setelah satu kali pemeriksaan dengan CT scan dan 33% setelah dua kali pemeriksaan. Untuk pemeriksaan di dada, resiko kesalahannya adalah 9% setelah satu kali periksa dan 15% setelah dua kali.
Pasien yang dicurigai menderita kanker paru-paru, kemudian biasanya menjalani pemeriksaan lanjutan. Mereka menjalani berbagai macam tes, biopsi dan bahkan operasi, untuk mengetahui apakah mereka benar-benar terkena kanker. Padahal operasi itu bisa berisiko membahayakan fungsi paru-parunya, pendarahan dan infeksi.
Kanker paru-paru adalah jenis kanker yang paling mematikan. Tahun lalu di Amerika saja, diperkirakan 159.000 orang tewas akibat penyakit tersebut. Para ilmuwan berusaha untuk dapat mendeteksi penyakit itu lebih dini, karena selama kanker paru-paru hanya bisa diketahui jika kondisi pasien sudah parah dan kankernya menyebar.
Sejak tahun 1990an, CT scan sangat diandalkan untuk mendeteksi kanker, karena dianggap lebih bisa mengenali ketidaknormalan dalam tubuh dibandingkan dengan sinar X biasa.
Penelitian tersebut melibatkan perokok dan mantan perokok berusia antara 55 dan 74 tahun. Sebanyak 3.190 orang yang menjalani pemeriksaan dengan CT scan atau sinar X di dadanya dipilih secara acak. Mereka dipindai untuk keduakalinya satu tahun kemudian, dan tahun sesudahnya.
Pada kelompok yang diperiksa dengan CT scan, didapati hasil positif-palsu sebanyak 506, dan 216 di kelompok sinar X.
Lebih dari separuhnya kemudian menjalani pemerikasaan CT scan atau sinar X lanjutan. Para peneliti menemukan, sekitar 7 persen dari kelompok CT scan dan 4% dari kelompok sinar X, mendapat perawatan yang tidak perlu, termasuk diantaranya operasi atau memasukkan selang pernapasan ke dalam tenggorokan.
Dengan hasil penelitian ini, diharapkan para pasien mengetahui dengan baik bahwa hasil pemeriksaan yang mereka jalani, belum tentu 100% akurat. [di/ap/hidayatullah.com]