Dubes Djoko Susilo mengusulkan agar Presiden Swiss bekunjungan ke Pesantren di Jawa Timur
Hidayatullah.com--Indonesia dan Swiss akan semakin pererat kerjasama di bidang ekonomi dan perdagangan, konsisten dalam penyelesaian negosiasi antara EFTA dan Indonesia, terus menjalin dialog antarkerukunan umat beragama, serta merintis kerjasama di bidang jurnalisme di antara kedua negara.
Semangat bersama Indonesia dan Swiss tersebut diutarakan oleh Duta Besar RI, Djoko Susilo maupun Presiden Konfederasi Swiss, Doris Leuthard dalam acara penyerahan Surat Kepercayaan Djoko Susilo sebagai Duta Besar RI untuk Konfederasi Swiss, Selasa (20/4) di Federal Palace, Bern.
Dalam diskusi informal usai penyerahan Surat Kepercayaan, Dubes RI Djoko Susilo menyampaikan salam hangat dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada Presiden Doris Leuthard dan Federal Chancellor Corina Casanova, yang diterima baik oleh kedua pemimpin Swiss tersebut.
Selain itu, Dubes RI juga mengutarakan beberapa pokok penting, di antaranya mengenai rencana kunjungan Presiden Leuthard ke Indonesia pada bulan Juli mendatang. Rencana kunjungan ini, dengan interval waktu yang tidak terlalu lama dengan kunjungan sebelumnya, merupakan isyarat keseriusan Swiss untuk meningkatkan hubungan dan kerjasama antara kedua negara. Sebelumnya, Presiden Swiss Micheline Calmy-Rey telah melakukan kunjungan ke Indonesia pada Februari 2007.
Menanggapi rencana kunjungan Presiden Leuthard pertengahan tahun ini, Dubes Djoko Susilo mengusulkan untuk menjajaki kemungkinan kunjungan ke Pesantren di Jawa Timur, untuk melihat bagaimana kehidupan komunitas Islam moderat berkembang dan berkontribusi dalam upaya menjaga kerukunan hidup di Indonesia.
Selain itu, Dubes RI juga melontarkan ide sekiranya Presiden Leuthard dapat turut serta membawa komunitas jurnalis Swiss untuk tidak saja meliput kunjungan Presiden, namun juga dapat mengamati secara langsung kehidupan muslim moderat di Indonesia, yang disambut dengan antusias oleh Presiden Leuthard dan Chancellor Casanova.
Mengemukanya referendum pelarangan pembangunan menara di Swiss pada November 2009, merupakan salah satu alasan mengapa Swiss perlu melihat bagaimana kehidupan masyarakat Indonesia dapat hidup berdampingan secara rukun di tengah berbagai kemajemukan budaya, etnis, dan agama, demikian ucap Presiden Leuthard kepada Dubes RI.
Sebagai salah satu pilar demokrasi, Dubes Djoko Susilo percaya bahwa pers yang bebas dan bertanggung jawab merupakan salah satu unsur penting untuk membina kehidupan demokrasi di suatu negara. Dengan demikian, pers juga memiliki tanggung jawab yang besar untuk turut serta mendidik masyarakat luas melalui tulisan-tulisannya.
“Indonesia dan Swiss, sebagai dua negara yang demokratis, banyak memiliki kesamaan pandangan, khususnya dalam bidang HAM dan pluralisme,“ demikian ujar Presiden Leuthard.
Menyepakati hal tersebut, Dubes RI mengatakan bahwa di masa mendatang, Indonesia juga pasti akan banyak menimba ilmu dari Swiss sebagai negara demokrasi yang telah lebih dahulu mapan, khususnya di bidang HAM.
Sebelum mendapatkan penugasan sebagai Duta Besar, Djoko Susilo merupakan wartawan senior pada harian Jawa Pos dan pernah pula ditugaskan sebagai koresponden luar negeri untuk Jawa Pos, masing-masing di Washington D.C. dan London.
Djoko Susilo juga pernah berkarier sebagai anggota DPR-RI Komisi I yang membidangi pertahanan dan keamanan, hubungan luar negeri, dan informatika selama 2 periode, sejak 1999 hingga 2009.
Selain untuk Konfederasi Swiss, Duta Besar Djoko Susilo juga diakreditasikan untuk Keharyapatihan Liechtenstein. Menurut rencana, Duta Besar akan menyerahkan Surat Kepercayaannya kepada Pangeran Alois pada 12 Mei 2010 di Kastil Vaduz, Liechtenstein. [es/swiss/hidayatullah.com]