View Full Version
Kamis, 29 Apr 2010

Kasus Narkoba di Arab Saudi Meningkat

Menurut peneliti dari UNODC,  tingginya angka kejahatan narkoba tidak lepas banyaknya  pekerja asing

Hidayatullah.com--Sebuah konferensi internasional yang membahas masalah narkoba mulai digelar di Saudi, Selasa kemarin. Setelah satu pekan sebelumnya pemerintah mengumumkan salah satu hasil tangkapan terbesar narkoba dalam sejarah Arab Saudi.

Konferensi yang diikuti lebih dari 480 pakar dari 26 negara itu akan fokus membahas perang melawan narkoba melalui pelatihan petugas keamanan, program-program pencegahan dan berbagi informasi.

Data United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) menyebutkan, Arab Saudi menempati daftar teratas negara yang berhasil menyita obat-obatan jenis amfetamin selama tahun 1998-2007, yang jumlahnya mencapai 27% dari total hasil tangkapan di berbagai negara.

Annemarie Profanter, profesor dari Libera Università di Bolzano, Italia, yang meneliti perdagangan narkoba di kawasan Teluk khususnya Arab Saudi, mengatakan bahwa penyalahgunaan narkoba di kalangan pemuda Saudi terus meningkat. Mereka mengkonsumsi berbagai jenis narkoba seperti kokain, heroin, ganja dan alkohol. Termasuk obat-obat yang biasa diberikan dengan resep dokter seperti ridlin, oxyconton, seconal dan sebagainya.

Wilayah yang paling banyak kasus penyalahgunaan narkoba di Arab Saudi justru Propinsi Mekah. Dalam beberapa tahun belakangan, jumlahnya terus meningkat. Puncaknya pada tahun 2009 dengan jumlah sekitar 9.000 kasus, demikian menurut harian Al Madinah, Selasa (27/4).

Menurut Dr. Ashraf Shilbi dari Universitas King Saud, Riyadh, pertambahan kasus pertahunnya mencapai angka 1.000.

Wilayah kedua yang paling banyak kasus narkoba adalah Riyadh, disusul Jazan, Ash-Sharqiyah, Asir, Madinah, Tabuk, Al-Qassim dan Al-Jawf.

Jumlah pecandu yang dirawat di Jeddah naik dari 10.876 pada tahun 2000 menjadi 35.857 pada tahun 2009. Di Riyadh dari 13.520 melonjak jadi 40.515 pada periode yang sama. Sementara di Dammam pada tahun 2000 jumlahnya 1.263, naik menjadi 2.932 pada tahun 2009.

Menurut kajian yang dilakukan Dr. Shilbi, kejahatan narkotika dan obat terlarang melibatkan warga Saudi dan asing. Sekitar 22% yang terlibat sindikat penyelundupan narkoba adalah warga negara asing.

Beberapa negara yang mengkuti pertemuan internasional itu antara lain Yordania, Bahrain, Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Sudan, Mesir, Libya, Libanon, Kuwait, Iraq, Suriah, Yaman, Rumania, Belgia, Australia, Perancis, Qatar, Uni Emirat Arab, Jerman, Austria, Rusia dan Iran.

Menurut peneliti dari UNODC, Thomas Pietschmann, tingginya angka kejahatan narkoba di Saudi tidak lepas dari pembangunan pesat negara kaya minyak itu. Di mana Saudi membuka hubungan dengan negara-negara maju dan mengimpor banyak pekerja asing.

Dalam presentasinya di hari kedua, Nawal Al-Shammari  menyampaikan hasil studinya. Kurangnya pendidikan pada anak dan kurangnya perhatian orangtua terhadap anak dituding menjadi penyebab penyalahgunaan narkoba. Kajian yang menyoroti usaha lembaga pendidikan dalam memerangi narkoba itu menilai, perlakuan kasar seperti memukuli anak dan menghukum mereka tanpa sebab yang jelas, membuat anak-anak frustasi dan menjadi nakal.

"Mereka kabur dari rumah dan mencari perlindungan orang tak bermoral yang menggunakan narkoba," katanya ketika presentasi.
 
"Anak-anak putus sekolah rawan menjadi korban narkoba," tambahnya.

Al-Shammari menyeru organisasi-organisasi sosial agar menyelenggarakan program bersama keluarga, untuk memberikan konsultasi kepada mereka bagaimana cara membesarkan anak-anaknya.

Acara tiga hari itu dibuka pada hari Selasa lalu oleh Wakil PM Kedua dan Menteri Dalam Negeri Pangeran Naif. Dalam acara yang dihadiri ratusan orang dari 26 negara itu juga digelar sesi khusus wanita. [di/an/tml/hidayatullah.com]

foto: sebuah toko obat di Saudi


latestnews

View Full Version