Hubungan intim bukan saja semata-mata untuk mendapatkan kesenangan, melainkan juga mendapat pahala dari Allah
Assalamualaikum Ustaz
Saya (25 tahun) sudah 3 tahunn menikah. Suami saya adalah teman sekelas ketika SMU. Suami saya bisa dibilang memiliki hasrat kebutuhan biologis yang tinggi. Sedangkan saya setelah melahirkan anak pertama, boleh dibilang enggan dan tidak tertarik lagi untuk berhubungan. Malahan saya merasa jijik ketika suami mulai membicarakan sesuatu yang berbau seks. Sudah hampir 6 bulan lebih saya tidak berhubungan. Saya pribadi merasa tidak ada masalah, malahan merasa senang. Tapi suami saya sangat terbebani dengan masalah ini.
Yang ingin saya tanyakan, kenapa saya jadi begitu enggan berhubungan intim, dan apa sebaiknya yang saya lakukan karena saya kasihan pada suami saya. Jazakallah khoir.
wassalamualaykum.
Jawaban
Wa'alaikum salam
Menurut teori kesehatan (pendapat Dr dr Hudi Winarso SpAnd Mkes), potensi seks seseorang terkait dua faktor, yaitu umur dan usia pernikahan. Pria usia 15–30 tahun umumnya berada pada potensi kebutuhan biologis (seks) yang prima. Potensi pria pada usia 30–40 tahun berada pada kondisi konstan. Setelah usia 40 tahun, pria akan mengalami penurunan potensi karena andropause. Maka saya sarankan seharusnya Anda bersyukur, karena suami berada pada potensi yang prima. Banyak keluhan para isteri disebabkan hilangnya potensi suami yang secara biologis sedang dalam puncak kebutuhan.
Islam memandang seks dengan pandangan berbeda dibandingkan dengan pandangan umum. Majida Tufail dalam buku Panduan Seks Islami menuliskan bahwa Islam tidak memandang seks sebagai syahwat daging yang penuh dosa dan karena itu jiwa harus menundukkannya. Islam menganggap seks sebagai suatu hal yang suci, fitrah dari setiap manusia, dan bahkan sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah. Karena, jika “seks” dipraktikkan dalam kerangka yang sesuai dengan syariat Islam, tentu sepasang suami-istri bukan semata-mata untuk mendapatkan kesenangan dan kepuasan seksual, melainkan juga mendapat pahala dari Allah. Artinya seks yang dilakukan dalam ikatan pernikahan dipandang Islam sebagai wujud sedekah dan juga ibadah. Seperti diungkapkan oleh Rasulullah, bahwa “dalam hubungan yang dilakukan oleh pasangan yang sah, ada sedekah.”
Bahkan dalam satu hadis lain, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa ingin melihat Allah dalam kesucian, hendaklah dia menemui-Nya dengan istrinya.” Tetapi jika seks itu dipraktikkan di luar ikatan pernikahan, Islam jelas-jelas akan mengutuk karena hal itu termasuk perbuatan zina yang dilarang ajaran Islam (QS. al-Isra` [17]: 32).
Saran kami, Anda belum terlambat untuk 'berlatih' kembali untuk menikmati anugrah Allah ini. Persiapkan pikiran positif dalam melakukannya.
- Komunikasikan dengan suami tentang apa yang Anda harapkan, dan mintalah bersabar bila Anda perlu tahapan.
- Mintalah suami untuk memberikan pijatan-pijatan lembut pada tubuh Anda, untuk mengurangi ketegangan.
- Mintalah agar suami memberi perhatian ekstra pada Anda agar Anda dapat mendatangkan hasrat/mood, sehingga meningkatkan rasa nyaman dan percaya diri Anda.
- Perbanyak kegiatan bersama suami, yang dapat menimbulkan rasa sayang dan kebersamaan.
- Konsumsi multi vitamin yang mengandung vitamin E, C, B kompleks, mangan, kalsium, dan seng, yang seluruhnya berguna menjaga keseimbangan fungsi sistem syaraf dan membantu memperbaiki sel-sel yang rusak dalam organ reproduksi.
- Perlakukanlah seks sebagai hal yang suci, jangan kotori dengan sesuatu yang menghilangkan kesuciannya. Karena ada adab dan aturan yang tak bisa dilanggar.
Islam menganjurkan pasangan tidak sampai mempraktikkan seks a la binatang, melainkan seks yang me”manusia”kan Anda sebagai seorang isteri. Karena itu, Nabi bersabda “Janganlah di antara kalian mendatangi istrinya seperti binatang. Adalah lebih patut baginya untuk mengirimkan pesan sebelum melakukannya.” (HR Dailami).
Demikian jawaban dari kami, mudah-mudahan kita senantiasa berada dalam petunjuk Allah SWT.
Ust. Endang A Rahman
Ilustrasi: Daniel Smith/Corbis