Ujian kecintaan bagi umat Islam terhadap Nabi nya telah menuntunnya menuju jalan penuh cahaya, yang bertabur rahmat
Oleh: Umarulfaruq Abubakar
Perilaku tidaksopan terhadap Nabi Muhammad Saw terus saja berulang. Tanggal 20 Mei 2010 nanti ada lagi lomba kompetisi menggambar sketsa Nabi Muhammad Saw. Hingga saat sini sudah ada lebih dari 13.880 facebooker yang menyatakan siap ikut. Judul event ini adalah “Everybody Draw Mohammed Day.”
Sejak masa kenabian, penghinaan kepada Nabi Muhammad Saw. selalu mendapat respon keras dari umat Islam. Penghinaan kepada Nabi Muhammad itu tidak berhenti ketika beliau hidup. Setelah meninggal lama pun, usaha pencitraan buruk dan mengusik pribadi mulia itu tidak berhenti. Sejarah mencatat beberapa orang yang dihalalkan darahnya oleh Baginda Nabi sebab penghinaan mereka. Sebutlah misalnya Abdullah bin Abi Sarh, Ibnu Khathal, Ka’ab bin Asyraf, ‘Ashma’ binti Marwan dan banyak tokoh lainnya di masa kenabian.
Apa yang dilakukan Salman Rushdie di akhir 1988 telah melukai harga diri umat Islam. Rushdie divonis murtad dan wajib dibunuh oleh Rabithah Alam Islami dan Organisasi Konferensi Islam (OKI), setelah melakukan serangkaian penghinaan dalam novel kontroversialnya, Ayat-Ayat Setan (The Satanic Version). Di dalamnya seolah tanpa beban, Rushdie menuliskan penghinaan dan pelecehan terhadap Nabi Muhammad Saw.. Rushdie menyebut istri-istri beliau sebagai pelacur, dan Ka’bah selaku kiblat umat Islam sebagai tempat pelacuran. Ia juga bercerita tentang para sahabat dengan kata-kata biadab dan menjijikkan, sehingga sulit bagi banyak kaum Muslimin untuk membaca dan mengutip kata-kata kotornya. Tapi Rushdie hidup damai dengan berbagai penghargaan dari pemerintah dan dinas kemanan Inggris. Ironis.
Desember 2005, setelah Organisasi Konferensi Islam (OKI) menyatakan penentangan, masyarakat Islam baru menyadari bahwa sebuah harian terbesar di Denmark, Jyllands Posten telah melakukan penghinaan kepada umat Islam melalui 12 karikatur Nabi Muhammad Saw. yang dimuat pada 30 September 2005. Tapi seolah tak mempedulikan kemarahan umat Islam, tak lama berselang banyak surat kabar Eropa dan dunia kembali menerbitkan karikatur yang sama. Norwegia melalui surat kabar Magazinet 10 Januari 2006 menerbitkan ulang sebagiannya. Die Welt, koran Jerman, surat kabar Perancis France Soir dan banyak surat kabar lain di Eropa serta beberapa surat kabar di Selandia Baru dan Yordania. Di Indonesia sendiri, Tabloid Gloria dan PETA ikut menerbitkan karikatur-karikatur tersebut. Padahal respon umat Islam terhadap aksi tersebut sudah sangat jelas. Perlawanan, penolakan dan pengutukan dengan keras. (buletin sinai, edisi mei 2010)
Tahun 2008 kemarin (detik.com, 19/11/2008) ada komik yang bercerita tentang Nabi Muhammad dengan bentuk yang berisi penghinaan tidak tanggung-tanggung. Dalam komik itu disebutkan dua cerita dalam komik tersebut dengan judul 'Muhammad dan Zainab' dan 'Kartun Sex Muhammad dengan Budak'.
Dua kartun tersebut, sangat banyak sekali menampilkan gambar yang disebutnya sebagai Nabi Muhammad. Pada 'Muhammad dan Zainab', misalnya, Nabi digambarkan sebagai sesosok orang mengenakan jubah hijau lengkap dengan surbannya. Tak hanya menampilkan gambar Nabi, komik di wordpress.com ini juga menggambarkan Muhammad sebagai sosok yang tidak pantas.
Atas nama kebebasan berekspresi dan berpendapat, Barat melakukan serangkaian penghinaan. Dengan berlindung di balik jargon kebebasan tersebut, mereka menyatakan bahwa setiap orang berhak menyampaikan apa saja, bahkan berhak untuk menghina orang lain. Padahal menurut prinsip-prinsip moral yang universal, penghinaan terhadap orang lain adalah perilaku yang jauh dari akal sehat dan hak asasi manusia.
Apalagi segala penghinaan kepada Rasulullah Saw. ini merupakan mata rantai dari penghinaan terhadap kesucian, syiar dan perasaan kaum Muslimin, dan masih akan terus berlangsung selama umat ini masih ada di muka bumi. Sebagaimana ramalan Al-Quran sejak berabad-abad silam, musuh-musuh Islam tidak akan berhenti menyulut api permusuhan, oleh karenanya perlawanan hendaklah terus disuarakan.
Apapun yang terjadi, kasus semacam ini memberikan dua sisi. Sisi pertama adalah yang nampak terjadi di depan kita berupa pencitraan yang buruk terhadap Nabi Muhammad dan umat Islam. Hal ini mestinya kita hadapi dengan sikap pembelaan sejauh yang bisa kita lakukan. Baik dengan menulis, boikot produk, memberitahukan kepada kawan dan lain sebagainya. Lawan dan terus melawan. Jangan sampai hal seperti ini menjadi kebiasaan. Jangan sampai gairah perlawanan umat Islam atas penghinaan kepada simbol agama mereka meredup di tengah derasnya kekuatan opini yang dibangun musuh.
Sisi kedua, ini adalah ujian kecintaan bagi umat islam terhadap nabinya yang telah menuntunnya menuju jalan penuh cahaya, yang bertabur rahmat dan kasih sayang di kanan kiri, menuju kebahagiaan abadi dunia akhirat.
Setiap orang akan merasa terusik bila tokoh yang dicintainya dan dekat dengan kehidupannya dijelekkan. Mungkin tokoh itu adalah ayah, ibu, saudara, paman, guru atau siapa pun. Sebab cinta sifatnya adalah menggerakkan, baik raga maupun jiwa. Cinta sifatnya ada menjaga agar tak ada satu sakit walau seujung kuku pun menimpa orang yang dicintainya.. Episode kehidupan semacam ini bisa kita gunakan untuk meraba sejauh mana cinta yang ada di dalam relung kalbu.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Sayidina Umar, Rasulullah bersabda: "Tidak beriman seorang diantara kamu sampai aku lebih ia cintai dari pada anaknya, bapaknya dan seluruh manusia." (H.R Bukhari)
Mari sempatkan bertanya kepada hati kita sendiri, ”.... adakah terusik dengan penghinaan yang dilakukan terhadap Nabi kita? atau sudah tidak ada lagi sisa kecintaan itu..?
Oh Rasulullah... maafkanlah kami..
Penulis alumni PP Alkhairaat Tilamuta-Gorontalo. Sedang menempuh pendidikan Pasca Sarjana di Fakultas Darul Ulum Universitas Kairo